...
Langit mendung, mengkerut. Awan gelap tercipta dikaki langit. sebentar lagi hujan akan menghampiri. Tidak! Sepertinya itu bukan hujan. Itu hanyalah gerimis yang membuat riak-riak kecil pada selokan depan rumah. Tapi mungkin itu memang hujan, yang airnya sering memenuhi tong-tong depan rumah para tetangga..
Kata Ibu, "Hujan itu anugrah."Tapi kataku, hujan itu bencana. Aku pernah berdebat dengan saudara sepupuku dari ayah tentang pengartian hujan ini. Sepupuku mengatakan,
"Hujan itu cinta".
Aku jelas menentangnya. Kalau hujan itu cinta, mengapa cintanya tak bisa menghapus rasa kesalku pada Ayah? Mengapa cintanya tak mampu melunturkan pekat yang kurasa?. Tapi ia tetap mempertahankan pendapatnya.
"Hujan menurunkan cinta lewat butiran-butiran air yang berjatuhan membasahi dedaunan, memenuhi tong-tong air, bagai penyelamat di kala kekeringan melanda", begitu menurutnya.
Bagiku pernyataan itu sedikit konyol. Namun biarlah. Karena aku hidup dinegara yang bebas berpendapat, aku biarkan saja walau aku tak mengakuinya. Hujan tetaplah bencana. gerimisnya saja sudah membuat bising diatap rumah, apalagi derasnya.Sesuatu yang tadi sempat kukira gerimis tenyata malah kakaknya gerimis, alias deras. Mungkin sebentar lagi tong-tong air itu akan penuh dan tumpah ruah memenuhi selokan yang sebenarnya tumpukan sampah, mengeluarkan aroma tak sedap untuk dihirup.Apa itu yang dimaksud hujan cinta.
next.................
KAMU SEDANG MEMBACA
cerpen - HUJAN AME
Short Story"Hujan menurunkan cinta lewat butiran-butiran air yang berjatuhan membasahi dedaunan, memenuhi tong-tong air, bagai penyelamat di kala kekeringan melanda".