Part 6

460 13 0
                                    


Bel masuk sudah 2 menit yang lalu berbunyi. Sedikit lagi Ibu Guru kesayanganku akan memasuki kelas, dan mengajarkan pada kami sesuatu tak kami ketahui.

Kata beliau, "Tanggal 12 Rabiul Awal adalah tanggal lahir Nabi Muhammad SAW."

Di rumah, Ibu tak pernah memberi tahuku hal-hal seperti itu.

Mungkin teman-teman kelas lainnya telah mengetahuinya, namun aku sebaliknya, baru mengetahui hal itu dari Guru Agamaku, Ibu Kalsum.

Setelah mendengar derap langkah tegas memasuki pintu kelas, perlahan seisi kelas terbungkam, dengan segera mereka kembali ke tempat duduk masing-masing dengan tertib.

Ibu kalsum berjalan pelan menuju kursi guru, mendudukinya. Kemudian memberi salam dan memulai pelajaran agama paaagi ini dengan sedikit tausiyah darinya. Setiap kata yang ia utarakan, aku mendengarkannya dengan seksama. Serasa tak mau ada sepatah kata yang tertinggal.

"Assalamu'alaikum..".

Seorang siswa yang kuduga ia kakak kelasku, mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsalam.. Ada apa Dani? Mengapa wajahmu pucat begitu??"

Ibu Guru meletakkan kapur tulis yang sedari tadi dipegangnya di atas meja, berjalan menghampiri Dani.

"Anu Bu ... Maaf ..., kata Pak Kepala Sekolah murid-murid disuruh pulang."

Bu Kalsum mengerutkan kening, bingung.

Ada apa ini? Mengapa Pak Kepala Sekolah menyuruh kami untuk pulang? Perasaanku tak enak. Ibu.. Aku yakin kau baik-baik saja dirumah.

"Memangnya ada apa?" Tanya Bu Kalsum.

Suasana dikelas menimbulkan tanda tanya. Berbagai pertanyaan berdatangan memenuhi benak kami, sekelas. Aku masih mencoba menerka-nerka gerangan apa yang terjadi diluar sana.

"Itu Buuu...." Dani terlihat gemetar. Ia nampak mengatur napas sejenak. "Rumah-rumah dekat kelurahan tertimbun longsor, ja ... Jadi murid-murid disuruh pulang. Takutnya longsor tersebut memakan korban."

Ibu Kalsum mengangguk, mengerti. Dani pun berbalik arah, berlari entah kemana. Ibu lalu mencoba menjelaskan kepada murid-murid, menyuruh mereka menyimpun alat tulis ke dalam tas.

Aku mematung. Gemetar.

Rumah-rumah dekat Pak RT? Oh tidak!

Gemuruh didadaku berdegup kencang.

Hanya satu sosok yang ingin segera kutemui, IBU.


.

.

.

next..........

cerpen - HUJAN AMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang