"Ame... tenanglah! kendalikan dirimu Nak". Ibu Kalsum memelukku.
Aku mengamuk, mencoba melepaskan diri dari dekapannya.
"Ada ibu disanaa... ibukuu....". teriakku penuh tangis.
Ya Tuhan! Jangan! Jangaaaan!
Aku tergugu.
"Ibu Guru tau. Ibu tau itu.. tapi disana ada petugas yang membantu mencari ibumu, Nak. Bersabarlah...".
Ibu Kalsum terisak.
Pelukannya kian erat.
"Ame.. ame sudah tak punya siapa-siapa lagi, Bu. Ame sendiri.." Aku terus menangis. "Ibuuuu...".
Andai saja ... andai saja tadi pagi anakmu ini tetap bersamamu.
Ya Tuhan, ini bahkan lebih menyesakkan dari kisah-kisah tentang hujan sebelumnya.
Seharusnya aku bersamanya...
Seharusnya aku tetap disisinya...
Ibuuu......
Hanya isakan kepiluan yang mampu kulakukan.
Hujan mereda.
Namun penyesalan ini tak kunjung reda.
.
.
- TheEnd -
#sorong_mei2017
KAMU SEDANG MEMBACA
cerpen - HUJAN AME
Short Story"Hujan menurunkan cinta lewat butiran-butiran air yang berjatuhan membasahi dedaunan, memenuhi tong-tong air, bagai penyelamat di kala kekeringan melanda".