Eleven

909 69 14
                                    

Terkadang kenyataan itu sulit dipercaya. Namun itulah kenyataannya.
-Diana-
***
Senyum manis terukir jelas di hari kamis.

Hari ini ada pelajaran olahraga. Saat memasuki jam Olahraga, mereka diberi waktu 15 menit untuk ganti baju dan kembali ke kelas. Maka dari itu, mereka harus cepat-cepat ganti baju dan balik ke kelas. Kalau tidak nanti akan di cap buruk oleh pak guru.

"Ke WC yok. Ntar keburu habis waktunya." Ucap Diana.

"Ayok."jawab mereka-Pia, Ani dan Yani- serempak.

Saat akan melewati koperasi, Pia bilang, "Banyak cowok nih. Gimana?"

Diana balas "Santai aja Pia. Mereka nggak akan menggigit kok!"

Dan mereka pun lewat.

Diana tidak memerhatikan sekitar. Hanya jalan nyelonong dan sesuka hati melewati mereka.

Tiba-tiba saat Diana lewat di depan bangku L, cowok yang duduk paling ujung dan dekat jalan ke WC itu mengucapkan salam pada Diana.

"Assalamu'alaikum" ujarnya. Diana berhenti dan menoleh. Hendak berjalan menjauh tetapi cowok itu mencegah sambil menatapnya.

"Kok gak di jawab salamku. Jawab dong" ucapnya sambil tersenyum. Mata coklat itu!! dan.. ahh senyumnya sangat manis melebihi gula!

Dengan suara yang pelan, Diana berkata, "Wa'alaikumussalam." dan dia lebih tersenyum dari tadi.

Ohh tuhan senyumnya sungguh menawan hatiku yang terasa terbang di langit seperti awan!

Sesampainya di WC. Mereka semua bertanya pada Diana.

Yani bilang, "Dii, bukannya tadi itu cowok yang kemaren yak?"

"Ah masak sih? Kok gue lupa?" jawabnya sambil pikirannya tertuju ke orang itu. Gadis itu hanya menjawab asal karena pikirannya hanya ada cowok tadi.

"Bener Dii, itu orangnya!" jawab Ani

Pia menimpali, "Siapa sih itu cowok?"

Diana menyahut, "Entahlah, gue aja nggak kenal sama tu cowok. yaudah yuk! Ganti baju!"

Pulang sekolah. Ganti baju. Makan. Beribadah. Main hape.

Diana hanya membuka gallery hapenya dan melihat foto-foto. Tiba-tiba ia teringat cowok itu.

"Ahh siapa sih nama cowok itu? Kan nggak adil! Dia tahu nama gue sedangkan gue nggak tahu namanya. Kesel gue!" Diana berbicara sendiri dengan raut wajah sebal.

"Tapi senyumnya? Ohh tuhan senyumnya sangat manis melebihi gula!" Diana ke-sem-sem. ia tersenyum-senyum.

"Wahai cowok misterius. Lo tahu? Senyum lo itu buat gue over dosis gula saking manisnya! Untung nggak menyebabkan diabetes. Kalau iya, ribet urusannya!"

"Eh, lo, cowok misterius. Kenapa nggak jujur aja sih kalau lo tuh pengen kenalan sama cewek cantik kaya gue?"

"Atau? Lo adalah pengagum rahasia gue? Berarti lo menyukai gue? Berarti lo sering stalking sosmed gue? Tapi nggak mungkin."

"Nggak mungkin-nggak mungkin!"

"Hufftt dia itu siapa sih. Bikin gue kesel aja. Tau nggak? Gue mulai baper gara-gara lo. Jadi sekarang gak usah sok sembunyi-sembunyi gitu deh. Ntar ketahuan juga sama gue. Ayo ngaku sekarang aja!"

"Lah, kok gue jadi kaya orang gila gini sih? ngomong sendirian?"

Diana terlarut dalam pikirannya karena cowok itu dan ia tersadar. Hpnya berdering.

Kriinngggg...kringg...kriiinnggg....

Ia ambil hpnya, "Oh mereka bertiga ngajak video call. Yaudah angkat aja deh."

Ahhh senangnya kalau aku bisa video call an gini sama cowok itu.

"Heh Diana, kok lo senyum-senyum sendiri sih?" Yani menatapku curiga.

Gadis itu mencoba mengelak, "Gue nggak senyum kok!"

Ani juga curiga, "Lo mikirin cowok misterius itu?"

Diana menjawab dengan cepat, "Mikirin dia? Ngapaain coba ngapaaiin?"

Pia lebih curiga, "Kalo nggak kepikiran, kenapa kamu senyum-senyum sendiri coba?"

Yani dan Ani menyahut berbarengan, "IYA!"

Diana menimpali, "Enggaakk kok, muka gue emang kayak gini. Keliatan senyum terus."

Pia berkata pada Diana, "Atau jangan-jangan lo suka ya sama cowok misterius itu? Ayoooo ngakuuu!! Suka kan???"

"Dih apa-apaan sih. Kok cuma gue yang di ledekin?"

Yani berujar, "Kok lo mengalihkan pembicaraan? Jawab dong! Lo senang kan dengan cowok itu? Hayoooo!"

"Aduuhh kalian ini,,, gue tuh nggak kenal sama dia! Serius dehh."

Ani berkata, "Iya emang nggak kenal, tapi lo suka kan? Atau jangan-jangan cinta lagi? Cieeeeeeeee."

Mereka bertiga tertawa dan tersenyum-senyum sendiri.

Gila!

Diana langsung mematikan video call itu. Bisa-bisa ia terpojok dan tidak punya alasan mengelak.

Lalu ia membuka gallery sebelum tidur. Melihat foto-foto. Saat foto seseorang muncul, matanya berkedip-kedip, "Eh, foto siapa nih?" Tangan gadis ceria itu refleks melepas hapenya. Untung ia diatas kasur jadi hapenya tidak jatuh ke lantai.

Lantas dia mengambil hape lalu duduk dengan keadaan mata membulat menatap foto yang tertera di layar kaca hapenya

"Gueeee inget!! Iya gue inget!! Cowok ini!!"

Foto seseorang yang menganggu pikirannya selama dua hari ini. Seseorang misterius yang menyapanya di depan kantin. Seseorang yang memberi salam padanya di depan koperasi.

Bagaimana gadis itu harus menghadapi sahabatnya, Fina. Tidak mungkin ia harus menyakiti hatinya. Tidak mungkin kan? Fina sahabatnya. Diana tidak bisa mengkhianatinya. Ia tidak bisa melihatnya terluka oleh seseorang itu.

Karena seseorang yang membuat Lia seperti orang gila itu....

Dimas Alfarazi William!

"Ya tuhan, gue mesti gimana sekarang?"

***

DianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang