Part 10 : Should I Marry My Best Friend?

104K 5.4K 20
                                    

Gemerlap pakaian dan aksesoris yang dikenakan teman-teman Genta dan Biya di acara makan malam untuk merayakan pesta ulang tahun Genta ini berlangsung dengan penuh sukacita. Biya yang merencanakan ini semua. Ia mengundang teman-teman SMA nya yang kebetulan semuanya juga teman Genta di sebuah café bergaya klasik dengan pencahayaan yang minim, menambah keromantisan di dalam café itu.

Ledekan dari beberapa teman mereka memenuhi obrolan malam itu, Genta dan Biya yang serasi mengenakan pakaian berwarna hitam itu tampak begitu serasi. Genta dengan kemeja hitam, dan Biya dengan gaun berpotongan rendah di bagian punggungnya yang tampak begitu seksi tubuhnya.

“Happy birthday Genta..”

Biya terbelalak mendapati sosok itu, Karin. Sosok itu mulai mendekati Genta, mengecup pipi kanan dan kirinya, lalu memberikan Genta sebuah kotak kecil, hadiah.

“Thankyou.” Genta dengan canggung menjawabnya, menatap sosok di hadapannya tanpa berkedip. Biya yang sedang menyiapkan cake ulang tahun milik Genta di sudut café menyaksikan kecanggungan yang terjadi di antara Genta dan Karin. Mengapa Karin bisa ikut hadir menjadi tamu di acara ulang tahun Genta ini, semuanya Biya yang merencanakan dan menyiapkannya, Biya juga yakin, nama Karin tidak pernah menjadi guestlist nya. Pasti ada orang lain yang mengajaknya. Dan itu bukanlah Biya.

Dengan diiringi senyum, Biya bertegur sapa dengan Karin. Semua orang pasti tau gaya basa-basi Biya pada mantan kekasih suaminya itu. Biya tidak peduli, dia memang tidak menyukai Karin, dari awal Genta dulu berpacaran dengannya. Dan Karin juga sudah biasa dengan hubungan ‘perang dingin’ nya dengan Biya itu.

Biya mempersilahkan seluruh teman-temannya itu mendekat ke satu meja yang sudah siap dengan cake ulang tahun milik Genta, dengan beberapa lilin kecil yang sudah dinyalakan, mereka beramai-ramai menyanyikan lagu happy birthday untuk Genta.

“First cake nya dong!” teriak salah satu tamu undangan yang menggoda Genta ketika Genta sedang memotong cake nya.

“Of course just for you..” Genta mengecup pipi Biya sambil memberikan first cake nya untuk Biya yang kini berdiri di sisinya itu. Biya tersenyum malu-malu.

“Please deh, kalian itu udah suami istri, bukan sahabatan lagi. Masa Cuma di pipi sih!” sahut salah satu teman mereka yang langsung disambut sorakan dari yang lainnya.

“Bukan aku yang minta..” bisik Genta yang langsug memeluk pinggang Biya, menundukkan sedikit tubuhnya, meraih bibir Biya ke dalam ciumannya. Lembut dan dalam.

“Udah udah cukup! Jangan kelamaan! Pada pengen nih!” ledek salah satu temannya lagi. Biya langsung menarik tubuhnya dari pelukan Genta. Tertawa kecil mendengar ledekan itu.

Sementara sepasang mata menatap Genta dan Biya dengan tajam dan penuh selidik.


***


Sorry kalo di chapter ini ceritanya pendek =( pengen tau kelanjutannyaa? jangan lupa vote, like atau comment ya sayang.. your comments are always very welcome here =) apalagi kalo sekalian ada vote atau like nya! thankyouuu =)

Should I Marry My Best Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang