#1

597 24 0
                                    

Ammora menginjakkan kakinya didepan sekolah yang megah. Senyumnya mengembang melihat beberapa orang menggunakan pakaian yang sama seperti dirinya,

"permisi, anda Ammora?" Ia menoleh kebelakang mendapatkan seorang lelaki. Ia mengangguk, "saya satpam disini dan saya ditugaskan membawa anda ke ruangan bu Flora, mari"

*****

"Silahkan masuk." Ia mengangguk dan masuk ke ruangan itu sambil mengingat pesan neneknya "jangan pernah menggunakan kekuatanmu disana dan jangan melepaskan kalung itu"

Bibirnya melengkung keatas melihat sosok wanita paruh baya di depannya yang tersenyum. Wewangian peri bunga menyeruak masuk kedalam hidungnya, membuatnya heran.

"Saya tidak menyangka tuan putri keluar dari tempatnya. Saya Flora, peri bunga. Saya sudah ditugaskan untuk menjaga anda disini."

"Bukankah tidak ada satupun peri yang bertahan didunia ini?" Tanya Ammora bingung, Flora tersenyum mendekati gadis itu. "Itu tidaklah benar, raja membuat peraturan itu agar kaumnya tidak keluar."

Suara ketukan pintu terdengar dan Flora menyuruhnya masuk. Seorang gadis cantik masuk lalu sedikit membungkuk memberi rasa hormat pada Flora membuat Ammora mengangguk melihat sikap manusia yang hampir sama diduniany.

"Ikutlah dengannya, dia akan mengantarmu ke kelas barumu."

Ammora mengangguk, mereka berpamitan. Pintu ditutup pelan oleh Felicia lalu berjalan tepat di samping Ammora. "Aku Felicia dan aku sudah tau namamu, Ammora kan?"

Ia mengangguk.

"Maaf aku tak bisa mengajakmu berkeliling sekolah ini. Tapi aku janji istirahat nanti aku akan mengajakmu." Katanya setelah kami sampai di depan kelas.

*****

Mereka terus berbicara tentang kehidupan masing-masing untuk mengenal satu sama lain sambil berkeliling sekolah hingga mereka berhenti di balkon atas tanpa pagar. "Bagaimana teman barumu di kelas?"

Felicia duduk di pinggir balkon membiarkan kakinya melayang di udara. Ammora ikut duduk disamping Felicia sambil tersenyum. "Mereka menyambut ku cukup baik." Jawab Ammora.

"Kamu berbohong, murid di kelasmu itu terkenal dengan ke sombongannya. Tidak mungkin mereka bersikap baik padamu."

Ammora hanya diam menatap ke bawah yang mengarah lapangan besar. Banyak lelaki bermain di sana dengan memainkan benda bulat yang tidak diketahuinya.

"Ada yang kamu suka diantara mereka?" Ia menggeleng dan kembali menatap Felicia, "hanya penasaran apa yang mereka lakukan disana." Jawabnya.

"Apa kamu bercanda? Jelas, mereka sedang bermain basket. Bilang saja kamu menyukai salah satu dari mereka, ya kan?"

Tiba-tiba seseorang memanggil Felicia membuat mereka menoleh kebelakang serentak. "Ternyata lo disini, dari tadi kita nunggu lo lama banget di ruang rapat. Ayo kesana, jangan membuatnya marah."

Ammora hanya diam dan mendengar pembicaraan mereka yang diakhiri Felicia mengikuti lelaki itu. "Aku harus pergi, ada urusan yang harus aku selesaikan. Kamu bisa ke kelasmu sendirikan?" Ia pun mengangguk.

*****
Ammora pov

Aku berjalan dengan membawa banyak buku di tangan. Tidak kusangka pelajaran disini sangat banyak bahkan tidak satupun pelajaran yang pernah kupelajari disana. Mataku terus menelusuri loker demi loker dan akhirnya menemukan loker bernomor 123.

"Oh akhirnya ketemu juga." Ia meraih kunci dan memasukkan nya kedalam lubang. Beban di tanganku semakin berat, dengan cepat aku menarik gagang loker tapi tidak terbuka.

Lagi-lagi aku mencoba, tetap saja tidak terbuka. Kesal, aku menaruh bukuku, menghela napas untuk mencobanya lagi. Dan.. ZONKK!! Aku pun terdiam sejenak melihat lokerku dengan tajam karena tak mau terbuka.

Hatiku mendidih, membuat cuaca diluar sana menjadi menakutkan dengan angin yang kencang disertai petir. Tanpa berpikir panjang aku langsung memukul loker Itu  dengan kuat, membuat semua siswa melihatku dan aku tidak perduli.
"Tanganmu bisa sakit, sini aku bantu." Kata seseorang sambil menggenggam tanganku membuat hatiku yang tadinya panas berubah menjadi sejuk seketika.

KLIKK.. Suara loker itu terdengar olehnya dan otomatis terbuka sendiri membuatku hanya bisa diam seribu bahasa.

Lelaki itu memasukkan buku-bukuku ke loker hingga ia kembali menguncinya. "Ikut aku" aku hanya bisa diam melihat tanganku ditariknya.

Aku mengernyit melihat ia membawaku keruangan UKS yang tidak kumengerti apa itu. Ia menghelaku duduk dan dengan santai tapi cepat ia sepertinya sedang menyiapkan sesuatu.

Aku terus diam melihatnya sibuk hingga tanpa sadar dia sudah di sampingku. "Kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang salah?"

Aku mengerjapkan mataku lalu menggeleng. Ia tersenyum. Di letakkannya handuk ke tanganku mengurutnya lembut membuat ku semakin aneh dengan diriku sendiri. Kenapa aku jadi gugup di sampingnya?

"Untung saja tanganmu tidak memar." Katanya yang masih meletakkan handuk yang telah di rendam air hangat ke tangan Ammora. "Ammora Anthea Olein kan?" Aku mengangguk bingung.

"Aku Aaron. Sebenarnya aku yang mengantarmu ke kelas tadi pagi, tapi aku ada urusan mendadak jadi Felicia lah yang menggantikanku. Ini sudah selesai, mari kuantar pulang."

"Ak-aku bisa pulang sendiri."

"Ayolah, aku sama sekali tidak keberatan." Aaron mengambil tasku menjinjingnya dan tangan satunya terulur kearahku.

*****

"Ini rumahmu?" Tanyanya. Dalam hati, Aaron terkejut melihat ada rumah mewah di tanah kosong daerah ini. Ia sering melewati jalan ini untuk kerumah Felicia tapi tidak pernah ia melihat rumah ini.

"Kamu sedang memikirkan apa?" Tanya Ammora, Aaron mengerjapkan matanya beberapa kali untuk mengembalikan kesadarannya. "Tidak ada, masuklah ini sudah sore. Ibumu pasti sudah menunggu."

*****

Ia bersantai-santai setelah makan malam yang dipesan ketika ada selembar kertas di depan pagar rumah yang ia dapatkan. Makanannya sangat enak tapi sayang tidak ada madu sebagai pendukungnya.

BRUKK.. Ammora terlonjak kaget mendengar suara keras di atas. Secepat mungkin ia menaiki tangga dan melihat pintu balkon terbuka, tidak hanya itu ada siluet seseorang bersayap,

"siapa?" Tanyanya sambil menggenggam kalungnya.
"Saya tuan putri." Ia menghela napas melihat Flora yang datang ke rumahnya,

"maaf kedatangan saya membuat anda terkejut." Katanya sambil bersimpuh setelah berubah menjadi manusia lagi.

"Tak apa, lain kali bertamulah melewati pintu. Bukankah itu tata cara manusia menjadi tamu yang sopan? Berdirilah dan katakan apa yang membuatmu kemari."

"Saya membawakan anda beberapa buku yang harus anda pelajari untuk menjadi manusia dan saya harap ini membantu anda untuk menutupi jati diri anda disini."

*****

"Kudengar kamu menghajar lokermu ya, kemarin?" Baru saja ingin menjawab tiba-tiba ada bola melintas didepan wajah mereka, membuat mereka kaget.
"Maaf, aku tidak sengaja." Ammora hanya diam menatap wajah lelaki di depannya yang begitu tampan dan gagah dengan tubuhnya yang tinggi dan atletis.

"Oh ya, rapat ditunda istirahat ini dan diundur pulang sekolah." Katanya. Ammora terus diam melihat lelaki itu hingga lambaian tangan membuatnya kembali sadar. "Masih pagi untuk melamun." katanya.

Ia hanya diam, malu mengetahui lelaki itu ternyata melihat tingkahnya tadi. "kuharap kamu tidak melamun untuk menghajar lokermu dengan cara lain."

Love Marmaid-fairy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang