#12

121 7 0
                                    

"Aku tidak akan lama disini hanya ingin melihat kondisinya." Jawab Sean yang sudah cukup lama berbincang-bincang dengan Aaron setelah makan malam. "Terima kasih sudah menjaganya tadi." Kata Aaron.

Sean berdiri yang hendak ke kamarnya. Tak sengaja ia bertabrakan dengan Aaron yang baru saja meletakkan cangkir di meja. Ada tarikkan yang membuatnya penasaran dengan lelaki itu.

Dengan cepat ia memegang lengan Aaron dengan erat dan mulai memejamkan matanya. Tidak ada yang buruk dari lelaki itu, baik dan.. sangat mencintai Ammora.

Hatinya sedikit tenang mengetahui lelaki itu sangat mencintai adiknya tapi ia tidak bisa membiarkan cinta mereka berkembang semakin lama.

Itu akan membuat mereka sakit apabila sudah mengenal perbedaan mereka. "Kak Sean.." "Sean, panggil aku Sean."

Ia pun melepaskan tangannya dan sedikit menjauhkan dirinya. "Selagi aku tidak ada disamping Ammora, jaga dia untukku dan jangan pernah meninggalkannya sendiri ataupun menyakitinya."

*****

Satu minggu kemudian..

Akhirnya benda yang menempel di leher Ammora sudah bisa di lepas, luka akibat cambuk itu pun sudah hilang tanpa meninggalkan bekas luka.

Beranjak dari tempat tidurnya, dan melihat selembar kertas dicerminnya. "Aku membawa makan malam." Ia tersenyum mengetahui kakaknya mulai suka dengan masakan manusia

Ah, semoga kakaknya mulai suka dengan manusia, batinnya.

"Ammora!" Ia menoleh, dan mendapatkan Edsel sudah mengikuti langkahnya. "Hei, lihat gipsmu sudah dilepas. Itu berarti kamu sudah sembuh ya? Aku senang melihatnya." Katanya.

"Oh ya, hari ini kita bebas belajar. Daripada kamu keluyuran tidak tentu, lebih baik kamu ikut denganku. Ayo." Kata Edsel. Gadis itu mulai mengikuti kemana langkah kaki Edsel.

Hingga sampai di perpustakaan. "Disini tidak hanya membaca buku. Kamu bisa browsing atau membaca cerita seperti novel dan dongeng." Jelas Edsel.

Mengingat dirinya bukanlah manusia, ia mulai mencari buku yang menyangkut tentang putri duyung dan peri. Tidak memerlukan waktu lama ia sudah menemukan buku yang dicarinya.

"Apa yang kamu dapatkan?" Tanya Edsel sambil menoleh kearhbya, Ammora menunjukan buku-bukunya. "Buku putri duyung dan peri." Jawabnya.

Cukup lama berada disana, sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing membuatnya hampir lupa dengan jam istirahat. "Sebentar lagi istirahat, kamu mau istirahat?" Tanyanya.

Ammora hanya menggeleng, sibuk dengan bukunya yang sedang dibaca. "Kalau begitu aku pergi dulu. Aku sudah mencari situs tentang putri duyung dan peri untukmu."

Setelah kepergian Edsel, tiba-tiba saja ia menangis setelah membaca buku itu. Ariel, putri duyung yang sangat mencintai seorang pangeran mengakhiri hidupnya untuk menyelamatkan sang pujaannya.

Sungguh ia tidak menyangka akhir cerita ini begitu tragis. Ia menghela napas menenangkan pikirannya dan mulai kembali membaca buku yang lainnya dan berharap cerita yang dibacanya akan berakhir dengan bahagia.

Lagi-lagi berakhir dengan kematian sangat putri duyung yang kali ini dibunuh dengan lelaki yang sangat dicintainya. "Apa semua kisah putri duyung berakhir dengan kematian?" Tanyanya sedih.

*****

"Hei sendirian saja, baca apaan?" Tanya Aaron yang langsung meletakkan kepalanya dipaha Ammora. "Sangat melelahkan tapi melihatmu aku jadi bersemangat lagi. Ini kan buku cerita penghantar tidur."

"Aku hanya ingin membacanya. Kenapa kisah putri duyung selalu berakhir dengan kematian ya?" Tanyanya. Aaron diam sejenak memikirkan jawabannya,

"ya itu sudah takdirnya. Makhluk itu tak akan bisa hidup bersama manusia walau pun mereka saling mencintai." Jawabnya santai. Ammora hanya diam mendengar jawaban Aaron.

Tidak sengaja matanya melihat sosok berjubah hitam sedang mengamatinya dari jauh dengan cepat ia menarik Aaron menjauh dari tempat itu menuju kantin. "Aku lapar, kita kekantin." Bohongnya.

Sesekali mata Ammora mengitari ruangan yang ia lewati sekedar mencari pemburu itu tidak mengikutinya. "Hei, kenapa wajahmu begitu?" Tanya Aaron.
Ammora langsung duduk setelah sampai dikantin, menghela napasnya.

"Tidak apa-apa. Kamu yang pesan ya, aku bakso saja." Kata Ammora. Aaron berdecak kesal dan langsung mengacak rambut Ammora lalu berjalan cepat agar ia tidak disembur.

"Apa sekolah kita mudah dimasuki orang asing? Aku melihat ada orang asing disini." Kata Ammora. Aaron duduk setelah meletakkan pesanan mereka.

"Tidak mungkin. Penjagaan disini sangat ketat." Jawabnya. "Sungguh aku melihat ada orang asing berjubah tadi. Kamu bisa kan mengajukan pernyataan untuk memperketat keamanan di sini lagi? Kamu itu kan ketua osis. Dan..."

Ucapannya terhenti melihat orang yang diajak bicara sibuk memakan makananya. Geram, ia langsung memukul sendoknya di dahi Aaron. "Arah.. apaan?" Kesal Aaron sambil mengusap dahinya yang sakit.

"Aku dari tadi bicara padamu tapi kamu makan begitu saja. Itu sama sekali tidak menghargaiku" jawab Ammora.

"Aku dengar semuanya dan aku akan melakukan permintaanku itu jadi tidak perlu pukul aku juga dengan sendok itu."

Ammora tertawa geli melihat wajah Aaron yang begitu lucu. Ia mencondongkan tubuhnya lalu mencium dahi Aaron tanpa malu "tidak sakit lagi, kan?" Yang disambut usapan lembut di kepalanya dari Aaron.

Ammora berjalan menuju toilet. Tanpa disadarinya seseorang mengikutinya dengan hati-hati. Baru saja ingin membuka pintu, ia melihat bayangan seseorang tepat dibelakangnya.

Orang itu menyentuh bahunya, dengan cepat ia melayangkan tinjunya tapi gerakkannya terhenti. "Gila lo!" Kata Felicia, Ammora hanya tersenyum tidak enak. "Maaf, kupikir orang jahat"

"Aaron ada diparkiran sendiri." Kata Felicia sambil mengeringkan tangannya, "ya aku menyuruhnya menunggu." Felicia meraih tisu lalu tasnya. "Ayahku sudah menunggu. Aku duluan."

Baru saja ia keluar dari toilet, tiba-tiba lampu mati, "eh kenapa mati?" Tanyanya bingung. Tak lama lampu pun hidup tapi matanya langsung membulat melihat pemburu dibelakangnya.
Gerakkannya kalah cepat untuk melindungi dirinya, ia tersudut di dinding. "Hadiah untukmu karna sudah berani mengatakan pada orang." Ia pun menjerit merasakan perih di lengannya.

Merasa lawannya lengah, dengan cepat ia menghajarnya berapa kali dan melarikan diri sebisa mungkin. Baru saja menjauh dari toilet tubuhnya langsung ambruk ke lantai.

Love Marmaid-fairy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang