#15

120 5 0
                                    

Bulan purnama muncul dengan berwarna merah tua menyala. "Iroh, sekarang!" Ia langsung masuk kelingkaran itu dan menuangkan ramuan tepat dilupa perut Ammora.

Penglihatannya mulai gelap.. gelap dan gelap. Seketika mata itu terbuka dengan berwarna merah menatap Iroh. Tanpa bisa dihindari, lidahnya yang panjang menghempaskan Iroh jauh.

"Lepaskan!" Geramnya. Rantai itu bergerak menerima pemberontakan makhluk itu. Tubuhnya bergerak tidak karuan mendengar Laurel mengucapkan mantra yang menyakitinya.

Rantai terputus dan dia berdiri dengan cepat menatap Sean dan Aurel secara bergantian. Senyumnya mengembang melihat ada celah untuknya keluar dari lingkaran ini.

"Portego obdingus!" Kata Sean dengan satu tangannya direntangkan kedepan membuat sekitar lingkaran itu berwarna biru. "Argh.. ternyata kalian benar-benar menantangku!"

Suasana semakin mencekam, melihat bulan semakin memerah yang mengakibatkan minimnya cahaya yang disertai angin kencang menerbangkan dedaun kering membuat Aurellia sulit untuk berkonsentrasi.

Aurellia terdiam melihat tubuh Ammora yang semakin besar dengan tanduk kokoh hitam di kepalanya serta sayap berwarna merah.

Sungguh ia tidak menyangka akan melawan penjaga neraka yang ditakuti makhluk di bumi ini. Dahinya mengerut melihat ekspresi makhluk itu seperti mencium sesuatu.

Dengan cepat ia menajamkan indra penciumanya, menemukan manusia ada disekitar mereka. Ia menghantam benteng pelindung beberapa kali. Burung-burung mulai berterbangan menjauh dari tempat itu.

Mengetahui tempat mereka sudah tak aman lagi. Baru saja ia ingin memperkuat benteng itu, tiba-tiba benteng itu hancur. "Sean!" Teriaknya. Lelaki itu menoleh setelah menyadarkan Iroh "oh astaga!" Keluhnya.

"Confringo!" Sean mengarahkan tangannya pada makhluk itu agar meledak tapi sayang makhluk itu berhasil menghindar.

Mereka beradu kekuatan dengan terbang kesana-kemari. Makhluk itu jatuh dan dengan kesempatan ini Sean mengarahkan tangannya, "aguamenti!" Dahulu Aurellia. Makhluk itu pun terperangkap dalam pusaran air.

Tak lama, air itu berubah menjadi anak panah dan melukainya. Aurel tersenyum melihat mantranya berhasil melumpuhkan lawannya.

Seribu sayang, makhluk itu pun menyerap air dan menghantam tubuhnya. "Fiendfyre." Kobaran api keluar dari tubuh makhluk itu menembus pusaran air kembali menghajar Sean yang sedang menghampiri Aurel.

Iroh menendangnya hingga terpental jauh dan makhluk itu membalas dengan menjulurkan lidahnya, melilit Iroh untuk mendekatinya. "Aaahhh!!!" Jeritnya kesakitan.

"Gunakan kekuatan terlarangmu sebelum bulan purnama hilang!" Sean menggeleng. Tidak mungkin ia menggunakan kekuatan terlarangnya yang bisa mengakibatkan Ammora mati.

"Tidak itu membuat..." "Sean awas!!" Putus Aurel. Ia langsung menoleh kebelakang dan tanpa ia sadari tangannya reflek membentuk formasi membuka kekuatan terlarangnya. "Expelliarmus!" Katanya.

Tangannya menembus tubuh makhluk itu dan langsung mengepal erat tepat di jantung, membuatnya tidak berdaya. "Iroh!" Teriaknya, Iroh masih tidak sadarkan diri membuatnya sulit untuk bertahan lama.

Aurel berusaha berdiri dengan kakinya yang terluka, membuat dirinya kembali roboh tidak berdaya. Pasalnya, kaki adalah sumber kehidupan bagi putri duyung.

Bayangan cepat menghampiri mereka dan mengambil dua botol ramuan. Tanpa banyak mengulur waktu ia menuangkan semua ramuan itu diatas perut Ammora yang terluka.

Seberkas cahaya keluar dari sana diiringi bulan kembali berwarna putih. Tubuh Ammora terangkat keatas dengan diselubungi cahaya membuat tubuh nya kembali seperti semula.

Sean berlari menyambut Ammora sebelum tubuh itu jatuh, jubah kebesarannya itu ia titipkan untuk menutup tubuh polos Ammora. "Cari kain untuknya!" Perintahnya.

*****

"Kerugian kita cukup banyak. Ibu minta selesaikan masalah perusahaan disini, stabilkan. Ibu tidak mau kita kalah saing." Kata wanita paruh baya sambil mengecek dokumen di tab-nya.

"Kamu bisa melanjutkan pendidikanmu setelah itu selesai" Lanjutnya, membuat Aaron kesal. "Terserah, aku pergi dulu." Jawabnya tanpa memperdulikan ibunya yang masih ingin bicara.

Ammora hanya diam melihat saudara-saudaranya dan juga Iroh sedang memasukkan semua barangnya dibagasi mobil. Sesuai janji, setelah mengeluarkan makhluk jahat itu ia harus pergi dari dunia manusia.

Rasa berat semakin terasa ketika mendengar Aurellia mengatakan semua barangnya sudah masuk kedalam mobil, membuatnya semakin bingung untuk pergi atau menetap disini.

Disatu sisi, Sean melihatnya yang hanya diam menatap foto dirinya bersama lelaki yang sangat dicintainya. Sejak dari tadi ia terus mendengar keberatan dari gadis itu.

"Ammora." Panggilnya, Ammora menoleh kearahnya sambil tersenyum. "Sudah ya? Ayo." Dengan pelan Sean menahannya. "Kamu bisa tinggal beberapa hari disini." Katanya.

"Tidak perlu, aku ingin meninggalkan tempat ini, aku sangat merindukan mereka.." ucapannya terhenti ketika Sean memeluknya erat. "Aku tahu isi hatimu. Kuberi waktu 3 hari untukmu menghabiskan waktu bersamanya."

"Sekarang datangilah dia, aku akan menjemputmu tiga hari lagi." Lanjut nya sambil menarik tangan Aurel untuk masuk ke dalam mobil.

"Kenapa kamu menyuruhnya menetap lagi ha? Pemburu itu masih berkeliaran diluar sana! Ah, jika ada yang menimpanya lagi aku tidak akan segan-segan membunuhmu!" Ancamnya.

Aaron berjalan sambil meneguk minumannya. Sebenarnya ia tak tahu kemana ia pergi tapi kakinya terus melangkah seakan-akan memiliki tujuan. "Aaron!"

Ia melihat Ammora berlari ke arahnya. Sudah lama tak melihat gadis itu. Ia mengusap-usap mata nya tidak percaya melihat gadis itu ada disini. Dahinya mengerut melihat tak ada gadis itu.

"Oh aku sangat merindukannya! Kemana dia pergi?" Desahnya.

Baru saja beberapa langkah menyeberang setelah menolong anak kecil mengambilkan balonnya, sebuah truk berjalan dengan kecepatan tinggi kearahnya. BRRUKKK...

Aaron mendengar suara benturan keras membuatnya kembali menoleh kebelakang, melihat orang ramai di tengah jalan. "Ada apa?" Tanyanya pada salah satu pejalan kaki.

"Gadis cantik ditabrak truk, kondisinya parah. Ayo." Ia pun mengikuti lelaki itu melihat korban. Betapa terkejut melihat korban kecelakaan itu, Ammora.

Ia menembus orang-orang yang berebut melihatnya. "Cepat panggil ambulan!" Perintahnya kesal melihat tak ada satupun dari mereka ingin menolongnya.

Tiba-tiba tubuh dirangkulnya bergerak lalu berdiri membuat semua orang termasuk Aaron terkejut melihat apa yang terjadi.
"Bagaimana bisa gadis itu berdiri dengan luka dan darah yang keluar sebanyak itu?" "Aneh." Kata orang-orang.

"Kondisinya baik-baik saja. aku sudah mengecek bagian kepalanya tidak ada mengalami gegar otak atau semacamnya. Yang membuatku heran, perawat sama sekali tidak menemukan satupun luka dan memar."

Love Marmaid-fairy (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang