#Text One

1.1K 86 64
                                    

————————————————LITTLE REASON
————————————————

Don't Like Don't Read!

SORRY FOR TYPO

.

.

.

Lagi-lagi aku tanpa sadar terus memandanginya. Pria itu, sangat tampan, begitu mempesona, dan dia teman masa kecilku.

"Matamu bisa buta jika terus melotot seperti itu!" gadis yang berbicara dengan kata penuh sindiran disampingku bernama Runa, sahabatku.

"Diamlah! Tidak bisakah kali ini saja aku dapat memandangnya sampai puas?" tanpa menoleh kearahnya aku sudah tau Runa duduk disebelah.

"Apa kau bodoh? Untuk apa memandangi yang bukan milikmu?"

Deg—dia benar, Satria sudah memiliki kekasih, dan aku tidak boleh menyimpan rasa padanya.

"huft.. Ayo pergi."

Walau itu berat bagiku. Mencintai teman masa kecil yang terlalu populer mengapa begitu menyebalkan? Aku tidak berani mendekatinya, dia berubah.

"Hei Mika!" suara itu.. Memanggilku.

Sa—

"Satria.. Ada apa?"

"Pak Izu memanggilmu Mika, tugas untuk pengurus kelas."

"A-aku akan segera kesana."

"Baiklah.. Bye."

Mengapa? Mengapa aku tidak dapat memanggil namanya? Seburuk itukah? Aku ingin mengobrol dengannya.

Satria

☆☆☆


Musim panas memang menyebalkan. Semuanya terlihat kering, aku membencinya.

"Kau tidak berubah."

"Apa maksudmu?" aku tidak dapat berbalik.

"Kau masih sama—" ia membuat sebuah jeda.

"—kau selalu seperti ini, tidak pernah jujur pada perasaanmu. Apa kau mencintaiku?"

"A-aku membencimu!"

Mengapa seperti ini? Mengapa harus sesakit ini.. Mencintai dan dicintai sangat berat. Kuharap ini hanya mimpi.

Hari ini UKS terlihat sepi. Kemana para petugas PMR itu? Mereka sering menghilang saat dibutuhkan, tidak bertanggung jawab.

"Dimana tempat obat merah ya?" kubuka satu-persatu lemari dan kotak obat yang ada disana. "Kenapa tidak ada?".

"Apa yang kau lakukan?"

Seseorang datang.
"Eh? Apa yang kau cari?"

"Aku mencari obat merah."

"Apa kau terluka?" pria itu mendorongku kekursi. "Bagian mana yang terluka?" berbalik mengambil sesuatu didalam laci.

"Aku tidak terluka parah, hanya terjatuh." masih memperhatikan pria yang kini mendekatiku.

"Bagian mana?"

"Ini." kunaikan sedikit rok yang menutupi luka di kaki.

"Hanya luka kecil, bikin cemas saja."

"Apa kau bilan— aww.. Pelan-pelan." luka itu terasa perih saat cairan gelap meresap kedalamnya.

Unrequited Love : 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang