#Text Four

262 54 25
                                    

◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆

"Dandelion Kuning"

◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆


Don't Like Don't Read!

SORRY FOR TYPO

.

.

.

[BAGIAN 1]

"Ketika aku belajar untuk mencintai, dan itu..
Kau—Apa aku SALAH?!"

...
Sudah selama tiga tahun aku melalui hari-hari menyenangkan di sekolah menengah atas, terasa begitu cepat.

Beberapa siswa terlihat sangat sibuk hari ini, beberapa diantaranya masih sempat bercanda gurau seperti biasanya, dan beberapa yang lain hanya diam memperhatikan.

"Bisa bantu aku membawa itu?" gadis yang ku tahu bernama Yola masih menunggu. "Ayolah, cepat!" benar-benar pengganggu.

Mau tidak mau aku beranjak dari duduk nyamanku, mengangkat sebuah kardus kecil yang terlihat—Berat! Oh, seharusnya wanita sepertiku tidak membawa barang seberat ini.

"Letakkan disana ya?" intrupsinya, kemudian ia masuk kedalam ruang OSIS meninggalkanku.

"Bahkan ia tidak mengucapkan terimakasih. Dasar, penjilat!"

"Jangan letakkan di tengah jalan."

"Ini sangat berat! Pindahkan saja sendiri, aku bukan pembantu!" ucapku kesal.

"Ada apa Za?" Yola yang baru keluar menatapku lalu mengalihkan tatapannya pada pria disebelahnya. "Oh, itu salahku. Aku yang menyuruhnya karena kupikir itu berat.." dari segi manapun juga itu terlihat hanya pura-pura bersalah. Mengapa mereka selalu mengukur kadar kesempurnaan seseorang lewat wajah. Wajah itu menipu!

"Sudahlah, biar Bimo memindahkannya nanti." putusnya.

Karena tidak ada gunanya akau berada disini, kuputuskan untuk pergi. Sebelum..

"Terimakasih." ucap pria bernama Eza tersebut masih dengan raut datarnya.  "Hm.." kurasa itu sudah cukup.

Setidaknya ia tahu cara memperlakukan orang yamg telah membantu mereka -walau dengan berat hati- kurasa hari ini tidak terlalu buruk.

...

Empat hari lagi pesta kelulusan akan diadakan. Seluruh siswa yang bertugas semakin sibuk saja, bahkan ada yang menghabiskan sepanjang hari di sekolah dan tentu saja, aku tidak masuk kategori itu.

"Sebentar lagi kita lulus, disini nggak ada kerjaan juga. Bolos aja yuk?" itu ide Tari, dia temanku yang selalu berpikir santai namun memiliki otak cerdas. "Lo gila? Hari ini ada absensi tiap kelas." Ucap Ica tidak setuju dengan ide yang menurutku— "Aku setuju!"

Setelah berhasil keluar lewat pagar belakang yang tidak terlalu tinggi, kami berjalan menuju kafe yang jauh dari sekolah. Takut ada yang memergoki ataupun mengenali kami.

Unrequited Love : 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang