8. Sampai...

15.6K 1.7K 89
                                    

Di kaki bukit hijau yang dihiasi pohon-pohon pinus menjulang itu, semilir sejuknya angin yang Karina rasakan bergerak di sekitar telinga dan lehernya. Hatinya tengah berbunga-bunga kala itu. Sudah lama ia menanti masa itu, masa dimana pria yang bertahun-tahun ia cintai diam-diam menawarkan tangan dan hati secara utuh.

Perlahan Karina membuka mata, memperhatikan bandul kalung berbentuk cengkeh dihiasi permata yang menggandul di atas dadanya. Senyumnya belum tenggelam, melainkam bertambah lebar saat mengamati benda secantik itu bertengger manis menghias lehernya.

"I love you."

Kepala Karina terangkat. Pemandangan bukit hijau yang diselimuti kabut di belakang pria di hadapannya seolah-olah menjadi berkali-kali lipat terlihat lebih indah.

"Kamu sudah bilang itu lho tadi."

"Anggap saja bonus karena kamu mau jadi kekasihku."

Karina menggeser tubuhnya lebih mendekat, dan meraih bahu pria itu untuk menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.

"Terima kasih ya, Karina."

Pelukan Karina mengerat saat ia merasakan tangan besar membelai rambut hingga punggungnya. "Aku yang harusnya berterima kasih." Karina melirik bagian belakang rambut ikal pria yang ia peluk, lalu membelainya. "Sampai tunangan nggak ya kita nanti?"

"Sampai menikah dong."

Karina mendengus geli. "Sampai aku hamil?"

"Sampai kita punya anak-anak yang lucu. Giman?"

"Sampai kita tua?"

"Hmmm... sampai kita nantinya kembali hanya tinggal berdua."

"Sampai aku mati?"

Pria itu melepaskan pelukannya, menatap mata Karina dengan teduh. "Sampai aku berada di liang kubur sebelahmu nanti."

Mata Karina memanas. Tenggorokkannya terasa sakit bahkan untuk menelan liurnya. "Jadi... untuk selamanya?" tanyanya lirih.

Pria itu mengangguk. Ia menempelkan keningnya di kening Karina dan berbisik berat. "Untuk selama-lamanya, Karina."

"Mas Edgar yakin?"

"Yakin seyakin-yakinnya."

.

.

.

.

"Jangan pernah melepas genggamanmu, Mas."

"Tak akan pernah, Karina."

.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

Saya ingat dulu upload part ini di tanggal 14 April 2017 waktu saya pergi ke rumah nenek di desa. Tepatnya di Kediri.

Ya ampun... udah 3 tahun aja :')

To be honest... cerita ini berada di urutan pertama karya emosional bagi saya. Mungkin setelah Bersauh nanti lahir, Gerimis yang akan saya lahirkan di urutan kedua sebagai adiknya :')

.

.

.

"Kowe tak sayang-sayang loh, Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kowe tak sayang-sayang loh, Mas."
🥺

GerimisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang