2. Meet Princess

2.3K 129 17
                                    

Nicholas

Aku sedang tiduran di kasur memainkan gadget saat papa tiba-tiba memanggilku. "Nicho, papa mau bicara sebentar sama kamu," kata papa setelah membuka pintu kamarku.

"Ada apa, pa?" aku bicara padanya dengan mata yang masih terfokus pada gadgetku.

Papa membuka dokumen yang tadi ia bawa masuk. "Papa punya rencana, bagaimana kalo kamu masuk SMA Bakti. Papa sudah menyiapkan dokumen-dokumen kamu untuk daftar."

Mataku terbelalak. Aku langsung terjingkat bangun, "Apa? Papa mau menyekolahkan aku di sana? Pa, aku mau sekolah di Jerman. Kenapa papa malah nyekolahin aku di Jakarta, pa? Kata papa aku harus jadi anak yang jenius. Maka dari itu waktu aku kelas 8 papa nyuruh aku nglanjutin sekolah di Jerman. Maksud papa apa?" kemarahanku memuncak.

"Nicho, dengerin papa dulu. Papa dulu memang suruh kamu sekolah di Jerman. Tapi sekarang kondisinya sudah beda. Nicho, SMA Bakti bukan saja keinginan papa, tapi juga keinginan mama. Mamamu sedang sakit. Dia butuh kamu disini. Biar nanti kuliahmu saja yang di Jerman. Kali ini papa janji. Untuk SMA mu biarkan di Indonesia saja." reda papa.

Kemarahanku semakin mereda. Setelah lama aku berpikir, aku berkata, "Oke. Aku mau."

"Terima kasih, Nicho." Papa menepuk pundakku pelan. Lalu segera keluar dari kamar.

Argh! Aku membanting gadgetku di kasur. Sebenarnya aku sedikit tidak terima. Bisa-bisanya papa mengubah tujuan sekolahku. Tapi ya sudahlah. Aku terima saja keinginan orang tuaku.

***

Kriingg!!!

Alarm pukul 07.00 tak kuhiraukan. Kudengar papa membuka pintu kamarku.

"Nicho, sudah jam berapa ini? Hari ini hari pendaftaran kamu ke SMA Bakti. Dan sekarang kamu sudah terlambat. Cepat bangun!" papa menarik kakiku.

"Iya, pa bentar lagi." jawabku malas dengan mata terpejam.

Aku mengintip sebelah mata. Sudah tidak ada suara. Berarti papa keluar. Huft, syukurlah. Aku tidak jadi mendaftar ke SMA Bakti. Kulanjutkan saja tidurku.

Byurr!

Apa? Air? Aku segera terjingkat, "Ayo cepat bangun!"

"Papa! I-ni di-ngin ba-nget. Pa-pa te-ga ta-u nggak," badanku menggigil. Aku segera berlari ke kamar mandi. Kudengar papa tertawa. Argh! Sial sekali aku.

***

Akhirnya aku selesai. Aku memakai sepatu snickers biru muda kesukaanku dan menggantungkan headshet ke leherku lalu berjalan santai menuju mobil. Tolong jangan tanya ekspresi wajahku. Jujur saja, aku masih kesal dengan perlakuan papa tadi.

"Ayo, Nicho. Kita sudah terlambat." papa yang menyupir. Aku membuka pintu penumpang di samping papa. Memakaikan headshet ke telingaku dan memutar lagu "Perfect" One Direction.

When I first saw you, from across the room

I could tell that you were curious, oh yeah

Girl, I hope you're sure

What you're looking for

'Cause I'm not good at making promises

Aku memejamkan mataku. Menikmati lirik lagu dan merenungkan apa yang harus kulakukan supaya aku betah di sekolah yang sama sekali tak kuinginkan.

***

"Nicho, kita sudah sampai." aku membuka mataku yang sedikit berat. Mengerjap-erjapkan mataku dan melihat jendela. Oh, jadi ini SMA Bakti.

"Nicho, ikut papa ke ruang administrasi. Disana kamu akan diwawancarai." Kata papa setelah aku baru menutup pintu. Aku hanya menganggukkan kepalaku.

Aku dan papa berjalan menuju ruang administrasi. Kulihat gadis-gadis memandangiku dengan kagum. Aku hanya melihat sekilas dan fokus berjalan ke arah ruang administrasi.

Setelah sampai, papa menyerahkan dokumenku ke salah satu staff. Aku bisa mendengar staff itu menyebutkan nama lengkapku walau jarak kami cukup jauh. Setelah papa cukup lama bercakap-cakap dengan staff tadi, staff itu duduk berhadapan denganku. Setelah diwawancara kurang lebih 20 menit, aku dan papa segera keluar dari ruang itu. Selama menunggu pengumuman, aku baru tersadar kalau headsetku tertinggal di mobil. Aku minta izin ke papa lalu mengambil kunci mobil.

Setelah menutup pintu mobil, aku sibuk membenarkan kabel headsetku yang tidak beraturan. Ah, kenapa begini sih. Aku membenarkan sambil menunduk, tidak tahu kalau di depanku ada seorang gadis yang berjalan ke arahku. Dari langkah kaki yang kudengar, sepertinya ia sedang berlari. Aku tetap menunduk mebenarkan headsetku.

Brukk!

Gadis itu menabrakku dan terjatuh. Kulihat wajahnya menunjukkan dia sedang kesakitan. Tapi, setelah memandangku, raut wajahnya seperti, hmm.. sedang kagum? Kuakui dia cantik. Rambut coklatnya bergelombangnya yang dikuncir kuda dan wajahnya yang bisa dibilang manis. Setelah memandangku cukup lama, dia menggeleng-gelengkan kepalanya cepat. Apa yang dia pikirkan? Kubantu dia berdiri.

"Sori, sori gue nggak sengaja. Lo gapapa?" aku mencoba untuk ramah. Sepertinya dia tersenyum walau sedang menunduk.

"Iya gapapa. Gue buru-buru. Dah." suaranya terdengar lirih. Tunggu, apa? Dah? Dia mengucapkan 'Dah' padaku? Lucu sekali. Padahal aku sama sekali tak mengenalnya.

Setelah kembali ke tempat papa, ternyata belum ada pengumuman. Ah, lama sekali. Lebih baik aku ke taman saja mendengarkan lagu. Aku berjalan ke taman. Tunggu, itukan gadis yang menabrakku? Bersama dengan teman wanitanya. Gadis itu tersenyum-senyum sendiri. Apa yang terjadi padanya? Aku diam-diam menguping dibalik pohon.

"Hei, lo ngapain senyum-senyum gitu. Jangan-jangan, lo habis ketemu cogan ya?" teman wanitanya itu menggodanya. Astaga, wajah kagetnya itu lucu sekali, Dia menggelengkan wajahnya cepat seperti yang dia lakukan saat memandangku.

"Nggak, nggak kok. Gue nggak ketemu siapa-siapa? Aduh, udah deh Ovin! Aku tuh mau fokus belajar! Lo tau kan gue masuk SMA ini supaya bisa jadi yang terhebat dan terpintar. Udah deh, jangan mulai." Kulihat gadis itu memanyunkan bibirnya. Haha, lucu sekali. Tapi, apa yang barusan ia ucap? Menjadi yang terhebat dan terpintar? Cih, dia mau menyaingiku ternyata. Tidak akan kubiarkan.

Aku mengurungkan niatku ke taman dan kembali ke papa. Dalam hati, aku sudah tau apa yang bisa membuatku betah di sekolah ini. Bersaing dengan gadis itu.

###

Hai, teman-teman!!!

Aku udah mulai ketagihan nulis nih :v. Rasanya sehari gak nulis gak enak. Menurut kalian, ceritaku gimana? Silahkan kalo kalian mau kritik atau saran, pasti aku terima. Karena aku masih sangat pemula, kritik saran kalian berguna sekali.

Happy reading,

Fransisca

Mars Vs VenusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang