Vierzehn - 14

56 27 21
                                    

Author.

Motor besar Ata berhenti di depan rumah bergaya minimalis dengan cat putih mendominasi. Echa turun dari motor Ata lalu berdiri di samping Ata.

"Makasih Ta."

"Hm, gue cabut ya?"

"Bentar, bentar." Alex keluar dari rumah bercat putih itu menghampiri Echa dan Ata.

"Lo siapa?" Ucap Alex sambil menunjuk kearah Ata.

"Gue Juna bang, lo lupa?"

"Lo Juna yang-ah lupain deh, gue percaya lo gak salah."

"Yaudah gue cabut ya bang?"

"Hati-hati lo."

Motor besar Ata melaju membelah jalanan. Sementara Echa masuk ke rumahnya dengan interogasi dari abangnya. Sampai-sampai saat Echa hendak masuk ke kamar mandi abangnya tetap menginterogasinya.

"Lo kenal Juna darimana? Lo kok bisa sama Juna? Darimana aja lo tadi? Lo inget sama Juna? Kok dia bisa satu sekolah sama lo?"

"Bang gue mau mandi, sabar dulu kek. Tanyanya satu-satu bisa?"

Wajah Echa terlihat masam saat melihat abangnya menginterogasi dengan berlebihan. Echa akhirnya menutup pintu kamar mandi karena kesal dengan abangnya. Sama seperti tadi selesai mandi abangnya masih saja menginterogasinya.

"Jawab dong."

"Woi! Jangan Cuma diem, gue traktir deh lo mau apa, tapi jawab dong."

"Tumben lo peduli? Biasa juga cuek."

"Cepetan ah."

"Jadi gue gak inget sama Juna, yang gue inget dulu gue sama dia punya kalung sepasang dan gue sama dia sering main hujan-hujan bareng. Gue satu sekolah sama dia dan dia kakak kelas gue. Mana gue tahu bisa satu sekolah sama dia. Oya satu lagi panggilan dia sekarang Ata bukan Juna. Puas?"

"Terus apalagi yang lo tau soal dia?"

"Yang gue tahu dia sahabat gue dulu, kata dia sih. Udah ah keluar sana bang bukan urusan lo."

Echa mendorong abangnya itu keluar dari kamarnya lalu mengunci pintu kamarnya. Ia lalu beralih ke meja belajarnya mengambil kalung berbandul bulan lalu menuju balkon kamarnya.

"Gue seneng lo berjuang buat gue karena selama gue hidup belum ada orang yang berjuang buat gue sehebat lo kecuali keluarga gue," ucap Echa sambil menatap kalung berbandul bulan sambil mengoyang-goyangkannya.

LINE.

Nathara.A: Lo emang belum berubah ternyata, pilihan baju lo sama kayak waktu sebelum lo lupa ingatan. Semoga inget ya :)

**

Markas besar "cowpop"

"Ra, lo abis darimana?" Ucap Ray sambil memantulkan bola berwarna biru oranye ke lantai.

"Habis nganter Echa balik, ngapa?" Jawab Ata santai.

"Streetball yok? Gue gabut nih," balas Ray sambil melemparkan bola berwarna biru oranye itu ke ring basket.

"Yok, ajak yang lagi ngegame juga noh." Ucap Ata sambil menunjuk Bryan dengan dagunya.

"Bentaran, nunggu Vino juga," jawab Bryan sambil tetap memainkan ponsel canggihnya.

"Panjang umur lo Vin, baru aja lo diomongin Bryan eh dateng lo."

"Yok cabut." Ucap Ata mengambil kunci motornya.

Ata berserta teman-temannya meninggalkan lapangan basket outdoor yang di desain dengan sedikit ruang untuk duduk-duduk dan bersantai yang berada di rooftop apartement Ata yang sejak dulu sudah menjadi markas mereka.

Motor Ata beserta gengnya berhenti di depan gedung yang dulu merupakan GOR namun sekarang sudah tak terpakai lagi lalu dijadikan tempat untuk streetball. Mereka bertiga masuk lalu langsung berganti pakaian kemudian menuju ke lapangan.

"Hei bro, langsung main aja udah ada yang nunggu pengin lawan lo." Ucap Frans, orang yang biasa menjadi wasit saat ada pertandingan streetball.

"Yoi bro," Ata memberikan tos khas cowok.

Ata beserta Vino dan Ray bersiap diri untuk melawan tiga musuhnya yang diketahui bersekolah di SMA Karya. Ata, Vino, dan Ray menamai diri mereka dengan julukan 3King.

"Gue bacain dulu peraturannya. Di sini setiap tim dianggap menang apabila tim tersebut bisa mencapai angka 20 terlebih dahulu, setiap kali masuk angka yang di peroleh dua point sedangkan tembakan tiga angka tiga point dan kalian boleh main fisik asalkan gak di luar batas wajar. Ngerti kan?"

"Hmm, oke kita mulai."

PRIT.

Frans meniupkan peluit lalu melambungkan bola ke udara. Ata meraih bola tersebut lalu langsung mendribel bola menuju ke ring, beberapa langkah ia maju langsung di hadang oleh kapten dari lawan mereka. Ata melewati kapten tersebut dengan mudah dan langsung mencetak angka dengan tembakan tiga angka.

Pemain Most Wanted (lawan mereka) tak mau kalah dengan membalasnya melalui lay up mulus dari salah satu pemain. Skor menunjukkan 2-3 untuk 3King.

Pertandingan berlangsung begitu cepat hingga papan skor menunjukkan angka 17-18 untuk 3King. Sewaktu Ata hendak melewati hadangan kapten Most Wanted untuk mencetak angka terakhir ternyata kaki si kapten menjegal kaki Ata.

Detik berikutnya Ata jatuh dengan tangan kirinya menabrak lantai sedangkan si kapten Most Wanted terjatuh duduk.

Argh, geram Ata saat merasakan tangan kirinya terasa begitu sakit.

**

15 April 2017

Kira-kira gimana ya Ata selanjutnya?

Jangan lupa tinggalin jejak ya

Vote+comment

Jangan bosen sama EA

Say SomethingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang