Suara dentuman pintu, membuat seorang wanita yang masih tertidur pulas terbangun dari mimpinya.
Dia hanya bisa menghirup nafas kemudian membuangnya secara kasar. Lalu dia melirik kearah jam yang terpampang di dinding bagian atas.
5.20
Selesai berdoa kepada Tuhan untuk mengucap syukur, berterima kasih dan memohon untuk melindunginya sepanjang hari.
Dia mengambil segala perlengkapan mandinya, kemudian masuk ke kamar mandi.Tidak sampai 10 menit, ia keluar dari kamar mandi dengan senyuman diwajahnya. Berusaha berpikir bahwa hari ini akan menjadi hari yang indah dan menyenangkan.
Segera dia memakai seluruh perlengkapan sekolahnya, lalu keluar.
Perlahan dia berjalan dan menuruni tangga. Dia kembali menghela nafas dengan pelan, rupanya orang tuanya sedang saling meminta maaf dan ia berharap ini adalah hari terakhirnya melihat kedua orang tuanya bertengkar dan saling meminta maaf."Pagi ma, pa" sapanya. Kedua orang tuanya langsung menghentikan aktifitas mereka seolah olah tidak terjadi apa-apa.
"Pagi juga Claire" jawab kedua orang tuanya.
"Kamu udah mau pergi sekolah nak??" tanya Sebastian, ayah dari Claire. Claire menjawabnya dengan satu anggukan.
"Sorry Claire.. Mama belum memasakanmu makanan. Kamu mau makan roti bakar??" tanya Cynthia, ibu dari Claire.
"Terserah ma, kalau tidak merepotkan" ujar Claire tersenyum
"Tidak ada kata merepotkan untuk anak kesayangan mama" ucap ibunya, sambil tersenyum hangat. Clairepun membalasnya dengan senyuman juga.
Ini yang dia sukai dari keluarganya. Walaupun sering bertengkar, tapi mereka tetap menyayangi dan menghiburnya. Ia berharap orang tuanya akan selalu seperti itu. Peduli padanya.
Selesai memakan roti bakarnya, dia segera pamit kepada orang tuanya. "Claire mau diantar papa??"
"Ehmm,, gak usah kayaknya pah. Papa ada rapat jam 8 nanti kan?? Sekolah Clairekan jauh. Ini juga sudah jam 6.30 dan pasti udah macet. Nanti papa telat." jawab Claire sopan
"Yaudah,, hati-hati di jalan yah sayang. Nih, bayar uang kendaraannya sekalian uang jajanmu" ucap ayahnya sambil menyodorkan uang 20.000 dan 10.000
"Gak usah pa, uang Claire masih ada sisa yang kemarin. Dan cukup untuk bayar kendaraan beserta jajan" tolaknya halus
"Jangan, Taruh di tabunganmu saja." ucap ayahnya lagi, lalu memaksa Claire untuk mengambil uangnya, yang mau tak mau dia ambil juga.
"Makasih pa,, Claire pergi dulu"
>¦ WHC ¦<
"Claire Trisina"
Claire sedikit terkejut ketika miss. Winda memanggil dirinya, tapi untungnya Terre memberitahukannya kalau ini hanya di absent.
"Hadir" seusai mengatakan hal itu, pikirannya kembali pergi berkeliaran.
"Lo kenapa sih claire?? Tumben lo murung, biasanya juga sampai heboh-heboh sendiri" tanya Terre -sambil menyenggol- yang bingung melihat sahabat satu-satunya ini.
"Nggak kok, palingan habis makan udah heboh lagi. Hehehe" jawab Claire.
"Hmm,, kalau ada masalah cerita aja yahh. Jangan disimpen. Nggak enak" kata Terre, sebab ia pernah merasakan hal itu.
"Siap bos" ucap Claire sambil menaruh tangannya di kepala, seperti sedang hormat, Lalu menurunkannya kembali.
Sepanjang pelajaran ia dan Terre hanya bermain pancasila 5 dasar. Karna kali ini pelajarannya benar-benar berlangsung dengan sangat membosankan. Mungkin tak ada yang mendengarkan si guru fisika itu menjelaskan. Terbukti dari teman-temannya ada yang baca novel, dsb.
Tok.. Tok.. Tok
Miss. Winda sempat berhenti bicara, lalu membukakan pintu.
Tampak 2 orang pria sedang memegang buku tulis yang bertumpuk. Miss. Winda lalu menyuruh mereka masuk dan meletakkannya di meja guru.
Claire memperhatikan mereka dengan seksama, 'pasti kakak kelas' pikirnya, dan seketika salah satu dari mereka berdua melihat ke arah Claire sekilas. Tatapan yang Tajam. Itu perkataan pertama yang terlintas dipikiran Claire.
"Kok ciptaan Tuhan itu indah banget yahh" celutuk Terre.
"Gak semua orang ganteng itu keliatan baik. Hati-hati lo, Ter" ancam Claire.
"Yah elahh, gue selalu berhati-hati kok dan lo, gantung banget sebut nama gue. Ter, Ter, lo kira gue kek termometer" ucap Terre yang mampu membuat Claire tertawa.
"Bukan termometer tapi terasi. Hahaha" ujar Claire. "Jahat lu claire" lalu mereka tertawa bersama.
"Claire Trisina, Terresia stefani. Keluar" ucap seseorang dari depan, yang tak lain adalah Miss. Winda.
"Upss" ucap mereka saling menatap, dan sambil tutup mulut
*
Mungkin dihukum bersama teman itu menyenangkan yah. Kita bisa bebas melakukan apa saja.
Disinilah Claire beserta Terre. Mereka makan dikantin yang kualitasnya terjamin. Memesan makanan yang banyak bukan masalah bagi mereka. Tak perlu takut nanti tidak cukup waktu. Sebab mereka masih memiliki waktu 1 jam. Menyenangkan bukan?? Walaupun harus membuat harga diri mereka berdua turun.
Lagipula, sepertinya bukan hanya mereka yang diusir keluar. Tapi kakak-kakak kelas juga. Entah karna mereka yang diusir atau mereka pergi tanpa diusir.
"Claire, kurasa ini seperti pesta. Baru kali ini gue merasakan yang namanya bebas" Terre menoleh kearah Claire.
"Yupp,, kalau ini tidak mencoreng nama baik kita, dari dulu gue pengen bolos daripada hanya dikelas main pancasila 5 dasar. Hehehe" Claire tak sengaja melihat salah satu cowok yg tatapan tajam itu sedang tertawa bersama temannya.
Entah kenapa senyum Claire muncul ketika melihat hal itu, walaupun hanya sekilas.
-------------------------------------------------------------
Like?? Semoga yahh😊😊
Makasih banyak kepada kalian yang mau baca cerita ini..
Makasih, makasih, makasih banyak☺☺☺😊
Next part jika ada yang mau vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
When He Came
Teen FictionWhen you feel sad about him When you feel happy to see his laugh When you said to your self, 'i love him and i hope he come to my life.' But you don't know that will happen or won't to happen. You can read this story and i hope you give me a respon...