WHC . 3 .

8 9 4
                                    

Tak melihat aba-aba dari seseorang didepannya ini, dirinya berdiri menggunakan meja yang ada disebelahnya, sebagai bantuan untuk berdiri.

Pinggulnya masih terasa sakit, namun dipaksanya agar tidak memperlihatkan kesakitannya. Bukti bahwa ia baik-baik saja dan tak butuh bantuan dari cowok songong yang berada didepannya.

Segera di ambilnya uang— tercecer dilantai— yang tidak sempat ia simpan dikantong celananya, lalu pergi dari situ dan mencari meja. Bahkan sebelum ia pergi, ia sempat melihat ke arah Dilan  yang berada di depannya. Namun yang didapatinya hanyalah tatapan khasnya. Tajam .

"Ugh,, hilang harga diri. Jatuh dihadapan banyak orang, tanpa di tolong. Astagaa, dasar manusia kejam" umpat Claire —setelah mendapatkan tempat duduk,— dengan mata berkaca-kaca. Segera dipakainya headset orange kesukaannya agar emosinya tidak meledak saat ini juga.

5 menit setelah memesan makanan, akhirnya datang juga. Segera dimakannya dengan lahap hingga tak bersisa, ia lalu keluar untuk mencari udara segar. Sebelum itu, Bola matanya menelusuri seluruh ruangan ini untuk mencari cowok yang hampir membuatnya meledak dalam detik itu juga. Hasilnya Nihil, dia bahkan tidak mendapatkan tanda-tanda kehadiran cowok itu.

"Ya udah dehh, pusing amat mikirin lo. Dasar!!" kesal Claire sambil melipat kedua tangannya didepan dada.

Tanpa disadarinya, seseorang telah berada didepannya sejak matanya menelusuri ruangan itu.
"Cari gue, huh??"

"OMG" badannya agak sedikit termundur akibat kaget yang luarbiasa. Tapi, langsung dikontrolnya, "Emang gue udah gila, mau nyari lo??" ucap Claire bersikap santai.

Orang dihadapannya kini menaikan alisnya sebelah. Lalu membawanya pergi ke arah parkiran,walaupun Claire sempat meronta-ronta minta dilepaskan. "Terus?? Tadi gue dengar ucapan lo. Entah ucapan atau umpatan??tapi, gue yakin itu mengarah ke gue" ucap lelaki itu lagi yang sontak membuat muka

Claire yang sedang marah berubah menjadi buah tomat.
Namun, ditepisnya rasa malunya, dan kembali membalas perkataan lelaki di hadapannya ini. "Lo kok ke ge-eran banget sih jadi laki?? Orang aja kesal karna habis baca novel"

"Lo baca novel?? Jelas-jelas tadi sebelum keluar, mata lo mencari seseorang dan mungkin tak menemukannya lo malah mengumpat" tembak lelaki dihadapannya tepat pada sasaran.

Skak-matt. Dengan kesal, Claire kembali membalasnya, "Okay, gue jujur. Gue kesal sama lo karna, lo udah buat harga diri gue ini jatuh dihadapan banyak orang. Lo udah jatuin gue. Dan tanpa bilang kata 'maaf' lo malah natap gue dengan tatapan tajam lo" ucap Claire menekankan kata 'tatapan tajam'

"Ckckck. Tatapan gue emang tajam kok.. Gue akui itu. Lo butuh kata 'maaf' dari gue??" tanyanya sambil memberikan senyuman menantang.

"Gak usah, daripada nerima ucapan 'maaf'  yang tidak tulus, mendingan gak usah." ketus Claire. "Minggir" lelaki di hadapannya langsung menyingkir ketika melihat aura gelap dari seorang cewek.

"Hahaha,, jangan marah. Woi" ucap lelaki tersebut sambil berteriak ketika, Claire sudah jauh dari hadapannya. Yang berarti cewek yang ia teriaki itu 80% tidak mendengarnya.
*
Claire merogoh tasnya dengan kasar, untuk mengambil hp yang belakangnya dihiasi dengan apel yang tergigit. Segera dia membuka kontak dan setelah mendapatkan nomor yang ingin ditujunya, ia menaruh hp ditelinganya.

"Halo, gue nginap dirumah lo yah. Kan besok hari minggu juga"

".. "

"Okay"

Ia memutuskan panggilan tersebut, lalu merentangkan satu tangannya ke depan. Setelah mobil yang berwarna kuning berhenti dihadapannya ia langsung masuk dan memberikan alamat, tempat tujuannya.

Kini ia telah sampai didepan rumah yang cukup besar, ia mengetuk pintu dan tampaklah seorang wanita yang sudah berumur. "Terrenya ada kan, bi??" tanya Claire

"Iya, non. Sudah ditunggu sama non Terre. Katanya langsung naik saja."

"Okay, bi."

Claire segera masuk dan menaiki tangga. Setelah ia sampai didepan pintu kamar yang berwarna biru muda.

Tanpa berpikir panjang, ia langsung menerobos masuk. Membuat pemilik ruangan, menatapnya dengan tatapan horor.  "Gila lo, Claire. Hampir ni jantung lompat keluar" ucap Terre sambil mengelus-eluskan dadanya. Sedangkan Claire membalasnya dengan tawa yang membahana.

Terre, lalu menyimpan laptop kesayangannya. Lalu menatap sahabatnya. "Tumben lo mau nginap disini?? Biasanya, mau kalau dibujuk hingga 1 tahun" ucap Terre

"Heh, bermajas amat kata-katanya" Claire memperbaiki posisi duduknya menjadi tengkurap diranjang. "Gue lagi kesal. Dan juga orang tua seperti biasa. Belum kembali"

Terre mengangkat satu alisnya, lalu mengubah dirinya sama seperti Claire. "Lo kesal sama siapa??" tanyanya heran. Karna, ini pertama kalinya ada seseorang yang berani membuat sahabatnya ini merasa kesal.

Berani??! Ya, berani. Seseorang yang berani membuat Claire kesal itu hebat. Karena, jika kau baru saja menyenggol tangannya—Claire— lalu ia marah. Kau pasti merasa kesal kan?? Tapi, ketika kau membalas perkataannya. Percayalah kalau kau berjanji pada dirimu takkan pernah mengganggu atau menyesal membalas perkataannya.

"Sama cowok songong+pentatap tajam." ucap Claire cepat.

Kali ini, dahi Terre sudah mengerut ketika mendengar jawaban dari Claire. "Siapa sih?? Dia ngapain?" tanya Terre yang sudah sangat penasaran. Terlihat dari wajahnya yang sangat serius.
Claire menutup mulutnya karna, sedikit terbatuk. "Itu, kakak kelasnya kita, Dilan. Menyebalkan banget tau nggak. Masa dia itu... " mengalirlah cerita Claire beserta kekesalannya semua. Terre juga masih setia mendengarkan perkataan Claire. Terlihat dari wajahnya yang sangat serius.

Setelah Claire menceritakan semuanya, muncul tanda-tanda kalau Terre ingin tertawa, namun diurungkannya."Oh gitu toh, jangan-jangan dia suk-" dengan cepat Claire memotong pembicaraan Terre. "sssttt,, gila lo." kesal Claire.

~TBC~

>>>>>>>>>>>Next part >>>>>>>>>>>

When He CameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang