Saat perjalanan ke tribun, Ejun ngomong ke putri kalo dia bakalan tahu siapa yang paling gak seneng jika seandainya SMA Pinus juara. Dan perlahan tapi pasti, Putri hampir mengetahui jawabannya.
Sementara Rena, yang dijanjikan akan duduk disampingnya kak Rafli, memang benar-benar duduk diposisi itu. Tapi, kak Rafli lebih sering nyender ke bahunya si Tari. Kurang lebih, si Rena cuma jadi nyamuk.
Suasana tribun masih sama meriahnya dengan tadi. Bahkan, kini yel-yel pembangkit semangat kedua tim makin keras dinyanyikan. Tepukan balon serta koreografi tangan membentuk perpaduan luar biasa yang hanya bisa didapatkan disini. Pelan-pelan, hiforia super yang dijanjikan mulai terlihat.
Satu persatu pemain pun mulai memasuki lapangan. Sorak sorai makin keras menggema saat Sugeng, kapten futsal SMA Pinus menjabat tangan kapten sekolah cemara yang menjadi lawannya. Formalitas sekaligus tanda sportifitas.
"Saudara-saudara, sebentar lagi kita akan menyaksikan laga pembuka yang benar-benar luar biasa. Dimana SMA Cemara sekaligus SMA Pinus langsung berhadapan pada partai pembuka!" Kata komentator yang bertugas mengisi acara.
Sambil mempersiapkan pertandingan, Leo ingin memperkenalkan punggawa-punggawa dari tim Pinus kepada Putri dan Rena yang pasti belom mengenalinya.
"Putri, Rena, tim kita pake Jersey warna merah marun. Dan lihat, yang pake nomor punggung 9, dia kapten tim kita. Namanya Izzi. Anak kelas 12 IPS, sekelas Ama gua. Skillnya? Haha jangan ditanya lagi."
Putri hanya mengangguk iya. Sementara Rena, masih sedikit cemberut menanggapinya. Ia masih kesal lantaran merasa ketipu sama Leo.
"Di posisi kiper ada si hend, terus yang nomor punggung 7 itu si Alva, nomor punggung 6 si Kino, terakhir, nomor punggung 8 ada si Saki." Leo menjelaskan lagi sambil menunjuk-nunjuk kearah yang dimaksud.
"Mereka tim terbaik yang dimiliki oleh sekolah kita untuk saat ini." Si Ejun menyambar obrolan. Putri dan Rena lagi-lagi mengangguk sok paham.
Sementara itu, dilapangan wasit utama sudah memasuki lapangan. Memanggil dua kapten tim untuk melakukan tossing kick off. Sang wasit melempar koin keudara, dan membiarkan jatuh di lantai lapangan. Entah apa yang mereka diskusikan, Si Izzi dan kapten lawan mengangguk paham. Semua pemain kembali ke posisinya, sang wasit mengangkat tangan, dan dengan lantang meniupkan peluit saktinya.
Kick off.
Riuhnya suara tepuk tangan, terompet, juga balon pukul langsung beradu menjadi satu irama menyambut bola pertama yang dioper.
"Pemira, baru saja kita saksikan kickoff yang baru saja dilakukan oleh tim dari SMA Cemara. Mereka langsung memainkan bola di lini pertahanan. Melakukan operan 1-2... Oh begitu cantik permainan ini..." Sang komentator pertandingan begitu semangat membimbing jalannya pertandingan. Sorak-sorai semangat juga langsung terdengar dari tribun sebrang. Tribunnya SMA Cemara.
Tak mau kalah, Leo, Ejun, dan Kuceng juga langsung memandu suporter kami untuk turut menyanyikan lagu-lagu pembangkit semangat khas sekolah Pinus. Semuanya tak mau kalah mengeluarkan suara.
"Ya pemirsa, kita lihat pemain SMA Cemara sedang berusaha mengotak-atik pertahanan dari SMA Pinus Bung! Tapi seperti biasa, pertahanan sekolah Pinus masih terbilang kokoh sehingga masih sulit untuk dilewati." Gemuruh tepuk tangan langsung datang dari tribun kami. Sebagai ungkapan bangga atas pujian itu.
"Ayo, bongkar pertahanan mereka!" Teriakan salah satu supporter sekolah cemara. Begitu antusias sekali dia.
Seperti berniat menyahut teriakan tadi, Leo juga ikut berteriak, "Santai aja bro, jangan kasih celah buat mereka. Biarin capek sendiri mereka, kan dengkul mereka kopong!"
![](https://img.wattpad.com/cover/105633916-288-k754952.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Look Back
Mister / ThrillerSudah kubilang, ada yang tidak beres disini. Hal itulah yang terus mendorongku untuk mencari tahu. Sampai Ketika aku sudah terlalu jauh mencari, aku lupa bahwa jawaban terbaiknya adalah jangan pernah lagi melihat kebelakang.