Prolog

196 73 65
                                    

"Aduh!"

Jeritan itu berasal dari mulut seorang gadis yang tengah berlarian menuruni tangga.

"Kenapa lagi sih, Shila?"

Ashila Clairine Anindhata yang biasa dipanggil Shila. Gadis yang sangat ceroboh, cerewet, ceriwis, dan ceria. Semua cer- sudah diborong oleh sifatnya. Tapi, itulah ciri khas Shila. Dia selalu menjadi dirinya sendiri, tidak pernah jaim. "Lagian buat apa jaim kalo diri tersiksa." Iya, menurut Shila jaim itu buat diri tersiksa.

"Jatoh, Ma. Bantuin," rengek Shila yang baru jatuh dari tangga.

"Ada-ada aja sih kamu." Sambil menggelengkan kepala, Mama Shila yang bernama Ivana Anggita pun membantu anaknya berdiri.

"Shila kan buru-buru, Ma. Lagian kok ada kulit pisang sih disini?" sungut gadis itu sambil memanyunkan bibirnya.

"Palingan juga Abang kamu. Dia kan hobi banget jailin kamu."

"Dasar ya si Adrian,"

"Eh, eh, kok gue sih?" Adrian yang merasa namanya dipanggil pun langsung datang ke TKP.

"Ngaku lo! Lo kan yang naruh kulit pisang di tangga?" tandas Shila yang sudah kesal setengah mati.

Adrian tertawa dengan keras, kerasnya tuh mengalahkan suara Cimot yang lagi melahirkan.
Fyi, Cimot itu kucing tetangga yang selalu aja hamil dan nggak tau lakinya siapa aja.

"Kan, ngeselinnnn!!"

"Udah udah, kalian ya kerjaanya berantem mulu. Ada Mama juga di depan kalian masih juga berantem," Ivana yang sudah tidak tahan melihat perdebatan kedua anaknya pun segera melerai mereka berdua.

"Yah, abis-"

"Ada apa sih kok ribut banget?" ucapan Shila terpotong oleh suara seseorang.

"Ini, Pa. Bang Ian naroh kulit pisang di tangga dan Shila jatoh deh, kepeleset. Dasar monyet emang Bang Ian." jawab Shila dengan nada menuduh dan muka dibuat semelas mungkin.

"Lah kok gue dikatain monyet sih,"

"Adrian, kamu ini kok iseng banget sama adik kamu. Naroh kulit pisang segala di tangga bukannya naroh kecap kek atau oli," jawab Papanya dengan cekikikan.

"IHH PAPA KOK JAHAT BANGET SIH!" teriak gadis itu yang kesal karena dikiranya Papa akan memarahi Abangnya itu, ternyata Papanya malah membela Adrian.

Adrian Kefan Anindhata. Sifatnya emang jail banget. Apalagi sama adik perempuan satu-satunya ini. Padahal udah kuliah semester 3 tapi kelakuannya masih cocok dikategorikan sebagai PAUD. Mungkin sifatnya itu diturunkan oleh Papanya yang bernama Herry Anindhata.

"Udah ah, Papa sama Abang kok malah ketawa Shilanya jatoh." ucapan Mama membuat Papa dan Adrian terdiam dan Shila langsung tersenyum puas menatap Adrian dan Papanya itu.

"Shila, udah jam stengah tujuh loh. Dan kamu belum sarapan. Kamu mau telat emang?" sambung Ivana

"Ya enggaklah, Ma. Bang Ian sih," dengus Shila.

Adrian yang hendak memprotes itu segera dipotong Mamanya yang menyuruh semuanya untuk ke meja makan karena makanan sudah tersedia disana.

Shila makan dengan terburu-buru, bahkan sampai membuatnya tersedak beberapa kali. Setelah meminum minumannya, dia segera beranjak dari tempatnya.

"Bang, ayo cepet. Udah mau telat nih,"

Adrian masih santai memakan makanannya, "Santai kali, Shil. Lagian takut banget telat."

SHILFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang