Part 1 - Hai, Arfan

142 61 31
                                    

Saat ini, Shila tengah berada di taman belakang sekolah. Taman binatang kali, ya. Di sini segala macam binatang baik yang masih hidup atau yang sudah mati, yang masih melihat atau sudah buta, yang bersuara maupun nggak, semuanya ada.

"Duh, gue harus gimana coba?" Shila sangat takut dengan semua binatang. Bahkan, nyamuk dia takut. Ya iyalah, kalo gue mati karna kena satu gigitan nyamuk aja gimana?, gitu jawab Shila kalo sering ditanya kenapa dia takut sama nyamuk.

"AHH, MAMAAAA,"

Tiba-tiba saja ada kodok yang melompat ke arahnya. Spontan Shila langsung berlari ke arah gedung sekolah dengan tergesa-gesa sambil wajahnya melihat ke belakang -ke arah kodok yang melompat ke arahnya tadi- dan ternyata kodok tadi tidak mengejarnya.

Ketika dia menghadapkan lagi wajahnya ke depan, ia merasa kepalanya terbentur sesuatu yang sangat keras.

"Aww," ternyata tadi dia menabrak tembok yang entah sejak kapan berada di situ.

"Lo gapapa?" sebuah suara yang Shila tidak ketahui berasal dari mana.

Shila menjadi sangat takut saat ini. Bagaimana tidak? Ini di taman belakang sekolah, yang kata murid-murid, di sini pernah ada perempuan yang gantung diri karena hamil di luar nikah dan yang ngehamilin nggak mau tanggung jawab. Di sini juga sepi banget. Tadi juga Shila yakin kok kalo nggak ada orang lain lagi disini selain dirinya.

Jangan-jangan itu suaranya perempuan yang gantung diri itu kali, ya?, pikir Shila.

Eh, tapi kan tadi suara laki-laki. Bodo ah, mungkin pas jadi setan suaranya berubah jadi laki-laki.

"Ehem," deheman dari suara itu membuat Shila makin merinding.

"Duh, mbak maafin Shila ya, kalo Shila ganggu. Shila cuma dihukum Bu Andi aja kok nangkep kodok. Dasar emang si Bu Andi. Hukuman kok aneh-aneh nangkep kodok, sih. Gatau apa kalo Shi- Eh, kok gue jadi curhat sama setan, ya?"

"Siapa setan?" suara datar dari yang-Shila-kira-hantu pun menyahut.

Shila segera membalikkan badannya. Ternyata yang dikira Shila setan adalah seorang laki-laki yang berseragam sama dengannya. Kalau nggak salah, laki-laki ini seangkatan dengannya. Shila mencoba mengingat-ingat nama laki-laki itu. Sampai akhirnya,

"Eh, hai Arfan." sapa Shila dengan cengengesan dan wajah yang menahan malu. Eh, lupa Shila kan gatau malu.

Laki-laki itu sedang menatap ke arahnya dengan alis yang dinaikkan sebelah dan kedua tangan bersedekap di dada. Dia bingung, darimana gadis ini tau namanya? Dia aja nggak tau nama gadis ini.

"Lo lagi apa disini? Lagi dihukum ya? Dihukum apaan? Jangan-jangan kayak gue dihukum nangkep kodok, hehe." Shila penasaran sedang apa laki-laki itu di sini.

Tapi yang Shila dapatkan hanya tatapan semakin bingung dari laki-laki itu.

Kayak udah kenal aja, batin Arfan.

"Nggak dihukum." balas Arfan, yang memang tidak dihukum. Dia hanya disuruh wali kelasnya Bu Andi, buat jagain perempuan yang dihukum oleh wali kelasnya itu.

Tadi dia pergi ke XI IPA 4 untuk membawa tugas Biologi kepada wali kelasnya, Bu Andi, karena kemarin dia tidak masuk sekolah tanpa keterangan.

"Permisi, Bu," sapa Arfan ketika ia memasuki kelas XI IPA 4.

"Kenapa, Arfan?" tanya Bu Andi.

"Mau ngumpulin tugas, Bu, soalnya kemarin saya nggak masuk." jawab Arfan dengan jujur.

SHILFANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang