"Fan, fan, gue ada info penting nih. Mau tau gak?" ujar Rio ketika dia sudah kembali ke meja makan yang berisikan Arfan, Angga, dan Arya.
Tadi dia pergi untuk membeli siomay dan kebetulan tempat jualan siomay deket sama mejanya Shila dan kedua temannya. Jadi, dia bisa mendengar percakapan mereka bertiga.
"Paan?" ucap Arfan, singkat.
"Elah, sok-sokkan info penting. Paling juga infonya gak jauh-jauh dari cewek di toilet," patok Angga.
"Jangan sok tau, Dugong." setelah itu Rio menabok kepala Angga.
"Sakit, Pea."
"Gitu aja sakit. Bangke,"
"Ya sakit lah, Bego."
"Yo, apa infonya?" Arya yang sudah gerah melihat tingkah Rio-Angga pun segera membuka suara.
"Oh iya gue ampe lupa. Lo sih," ujar Rio sambil menabok sekali lagi kepala Angga.
"Gue terus kan yang disalahin. Huft, emangnya seburuk itukah aku di matamu?" ucap Angga, dramatis.
Rio hanya mendengus melihat hal itu, tidak membalas perkataan Angga. Ia segera mengalihkan wajahnya ke Arfan yang berada di tempatnya.
"Ada yang suka sama lo tuh, Fan." ungkap Rio.
"Yaelah udah hal biasa kali denger gitu," sahut Angga.
"Nyahut aja lo, Sarbeng." dengus Rio.
"Lah? Emang bener kan?" ujar Angga.
"Iya sih tapi ini beda. Yang suka sama lo Fan itu loh yang kemaren minjem hp loh," terang Rio.
"Siapa sih?" Angga bertanya.
Sedangkan Arfan, dia tidak terlalu peduli dengan ucapannya Rio.
"Namanya Shila," jawab Rio.
"Shila yang anak IPA 4 itu ya?" tanya Arya.
"Nggak tau sih kelas mana. Gue juga baru tau dia kemaren," ucap Rio
"Eh btw, lo tau darimana Ri?" tanya Rio.
Arya mendengus. Dia tidak suka dipanggil dengan sebutan Ri. Atau panjangnya Ria. Itu semua idenya Rio karena katanya biar bisa kembaran sama Rio supaya jadi Ria-Rio dan juga kata Rio, Arya bagusan dipanggil Ria. "Soalnya muka Arya rada-rada mirip sama Ria-Bali," begitu kata Rio waktu itu.
"Temen SMP gue." jawab Arya singkat.
"Cantik kan orangnya, Fan?" ledek Rio.
"Cantik lah," bukan, itu bukan suaranya Arfan. Tapi itu suaranya Arya.
"Yee si Sapi, orang nanyanya ke Arfan."
"Emang cantik kok," sahut Arya lagi.
"Susah ya kalo orang bego ngomong sama orang pinter." ucap Angga dengan nada meledek. Tentu saja orang bego itu ditujukkan kepada Rio dan orang pinter kepada Arya.
"Tai lo."
"Cantik." gumam Arfan.
"Apa Fan?" tanya Angga.
"Nggak."
Setelah itu Arfan langsung berdiri dari tempat duduknya dan bergegas menuju kelas, mengingat bel tanda istirahat selesai sudah berbunyi sejak 5 menit yang lalu.
°°°°
"Shila bisa tolongin saya bawa buku-buku ini ke IPA 2?"
Shila yang baru kembali ke kelas sehabis dari toilet itu lantas mengangguk dan segera mengambil buku-buku tersebut.
"Oke anak-anak. Jangan lupa minggu depan ada ulangan harian belajar apa yang udah Ibu kasih." ucap Bu Meyra.
"Iya Buuuuu." jawab murid-murid serempak dengan lesu.
Setelah itu Ali selaku ketua kelas memberi komando kepada seluruh temannya untuk berdiri dan mengucapkan terima kasih.
"Ayo Shila."
"Iya Bu."
Sembari berjalan menuju kelas IPA 2, Shila baru teringat kalau itu kelasnya Arfan. Duh, si Rio juga kan sekelas sama Arfan, batin Shila.
"Kenapa Shila?" tanya Bu Meyra yang melihat gelagat aneh dari Shila. Pasalnya anak itu melambatkan langkahnya sembari menggumamkan kata 'mati gue' yang dapat didengar oleh Bu Meyra.
"Ah, nggak papa kok Bu hehe," jawab Shila sembari memberikan cengiran kepada gurunya tersebut.
°°°°
Suasana kelas yang tadinya ramai kini menjadi hening ketika Bu Meyra telah memasuki kelas XI IPA 2.
Setelah murid-murid mengucapkan salam, Bu Meyra pun bergegas duduk. Sesaat kemudian wajahnya nampak heran dan segera mengalihkan wajahnya ke arah pintu kelas.
"Shila, ayo masuk."
"Hey, Ashila!" ucap Bu Meyra lebih keras karena Shila tak kunjung masuk.
Hal itu sontak mengalihkan pandangan seluruh murid ke arah pintu kelas.
Mau tak mau, Shila segera memasuki kelas tersebut.
Pada ngeliatin gue lagi, anjay, batin Shila.
Tiba-tiba terdengar suara seorang murid yang menyeletuk, "Oh Bu, Shilanya malu kali soalnya disini ada pacarnya." itu suara Rio dan sontak membuat seisi kelas menampakkan wajah kebingungan mereka.
Shila rasanya ingin melempar buku-buku yang ada di tangannya ini ke kepala Rio. Rasanya dia ingin sekali mulut Rio tertempel di buku ini sehingga Rio tidak bisa lagi mengeluarkan kata-kata fitnahannya tersebut.
"Siapa pacarnya?" tanya Bu Meyra
"Loh, Ibu nggak tau? Pacarnya Shila kan Arfan, Bu! Tuh Arfannya juga malu-malu kucing gitu soalnya mereka pacarannya baru 1 hari, Bu. Jadi gitu, masih pada malu-malu."
Arfan yang tadinya sedang bermain game di handphone-nya, mengangkat kepalanya dan melihat ke depan.
"Enggak kok Bu! Rio fitnah tuh." sergah Shila yang kini sudah berdiri di samping Bu Meyra sambil meletakkan buku-buku tersebut di atas meja.
Bu Meyra yang usianya bisa dikatakan cukup muda dan mengerti kisah kasih murid-murid di SMA ini pun segera memasang wajah meledeknya.
"Nggak usah malu dong Shila, sama Ibu doang kok." ledek Bu Meyra. Sontak membuat seisi kelas tertawa sambil meledek-ledek Arfan dan Shila.
"Arfan juga malu, ya?" ucap Angga setengah berteriak agar didengar oleh sepenjuru kelas ini.
Arfan dengan muka datarnya itu hanya memutar bola matanya malas.
"Bu, saya balik ke kelas dulu ya." Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Shila segera berbalik badan untuk menuju kelasnya. Dia sudah tidak tahan. Bisa-bisa pipinya akan berganti warna menjadi warna merah.
Saat dia hendak mencapai pintu kelas, suara Bu Meyra terdengar memanggilnya. Lantas dia menoleh ke belakang.
"Nggak mau pamit dulu sama pacar barunya?"
Yang terdengar setelah itu adalah suara tawa dari sepenjuru kelas.
°°°°
Haii masih ada yang baca cerita ini nggak? Hehe
Buat kalian yang suka cerita ini jangan lupa vote dan komen juga yaa. Maaciwww
KAMU SEDANG MEMBACA
SHILFAN
Teen FictionIni cerita tentang seorang gadis ceria dan disenangi banyak orang. Ashila. Pertemuannya yang kerap terjadi dengan seorang laki-laki di sekolahnya membuatnya penasaran akan sosok tersebut. Akan tetapi, rasa penasarannya berubah menjadi rasa aneh yang...