Suasana kantin saat ini sangat ramai. Ya kenapa lagi kalau bukan karena ini jam istirahat. Sebagian siswa-siswi pasti lebih memilih mengisi perut mereka di kantin ketimbang pergi ke perpustakaan atau diam baca buku di kelas.
Sama seperti yang dilakukan oleh Shila dan kedua sahabatnya. Mereka bertiga sedang duduk di salah satu meja yang ada di kantin dan memesan makanan mereka. Setelah di hadapan mereka sudah tersedia makanan dan minuman, Vina segera membuka pembicaraan.
"Shil, gimana tadi lo sama Arfan di taman belakang sekolah?" tanya Vina yang sudah tidak sabar mendengar cerita dari sahabatnya itu.
"Kok lo tau?" Shila segera menolehkan kepalanya ke arah Vina dengan raut wajah yang sangat bingung.
"Yaelah Shil, tadi kan si Arfan disuruh Bu Andi buat jagain lo tuh." jelas Abel yang juga merupakan sahabat Shila semenjak duduk di bangku kelas 10.
"Dia nggak ngomong sama gue kalo dia disuruh Bu Andi,"
"Tapi ya dia tuh jutek banget jadi orang. Masa gue tanyain ini itu jawabannya datar banget. Mana mukanya datar terus lagi kayak strikaan." ucap Shila dengan suara khas orang bergosip.
"Lo kayak nggak tau Arfan aja sih, Shil. Orangnya kan kayak mayat hidup gitu." Vina mengakhiri ucapannya dengan tertawa pelan.
"Ceritain dong Shil, kalian ngapain aja di sana." sambung Vina yang mendesak-desak Shila untuk menceritakannya.
"Eh Vin, lo pikir mereka lagi ngapa-ngapain gitu?" tanya Abel dan diakhiri dengan tawa.
"Enak aja lo berdua," dan setelah itu Shila menceritakkan kejadian tadi di taman belakang sekolah. Mulai dari dia yang dikejar kodok, lalu kebentur tembok, Arfan yang dikiranya setan sampai Arfan yang membantunya menangkap kodok.
Hal itu lantas membuat Vina serta Abel tertawa terbahak-bahak. Bahkan mereka tertawa sampai banyak orang yang menatap mereka.
"Udah ah, dari tadi ngetawain gue mulu lo berdua." ucap Shila dengan bibir yang manyun.
"Yaudah yaudah, yuk balik ke kelas." perkataan Abel lantas membuat mereka bertiga segera melangkahkan kaki menuju ke kelas.
°°°°
Kring...
Surga bagi murid-murid SMA Bhakti Samudra ketika mendengar bel tanda pulang sekolah berbunyi.
Begitu juga dengan Arfan dan ketiga temannya. Mereka berempat langsung berdiri dan meninggalkan kelas karena setelah ini Arfan dan Rio akan latihan Futsal. Sedangkan Arya akan pergi ke toko buku untuk membeli buku-buku yang memusingkan kepala untuk dibaca dan jangan tanyakan Angga karena dia hanya akan molor di rumah.
Saat ini Arfan dan Rio sedang berjalan di koridor untuk pergi ke ruang ganti.
"Fan, gimana lo sama bokap?" ucap Rio dengan tiba-tiba.
Raut wajah Arfan berubah menjadi lebih dingin membuat Rio pun mengerti bahwa keadaanya masih seperti dulu.
"Gitu-gitu aja." jawab Arfan dengan singkat.
Setelah itu Arfan langsung masuk ke ruang ganti untuk mengganti seragam sekolahnya menjadi seragam Futsal yang biasa dipakai untuk latihan. Rio hanya bisa menghela nafas pasrah melihat itu.
Rio tau hubungan Arfan dengan Papanya. Dia udah 10 tahun sahabatan sama Arfan, bung. Jadi, dia sangat mengenal laki-laki yang lebih tinggi darinya itu. Dia tau Arfan sama sekali tidak mau membahas Papanya. Dia terlalu benci sama pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHILFAN
Подростковая литератураIni cerita tentang seorang gadis ceria dan disenangi banyak orang. Ashila. Pertemuannya yang kerap terjadi dengan seorang laki-laki di sekolahnya membuatnya penasaran akan sosok tersebut. Akan tetapi, rasa penasarannya berubah menjadi rasa aneh yang...