Chapter - 1 (part 2)

3.6K 166 2
                                    

Naruto kini berjalan ke arah Akademi, berusaha ingin menemui adiknya dan agar ia tidak menghalanginya sebelum waktunya. Walaupun Naruto benci Rei, tetapi ia masih menganggap Rei sebagai adik yang harus ia lindungi. Rei sendiri, menurut Naruto, sama seperti Izuna di cerita Madara. Ia satu-satunya yang mengakui keberadaan Naruto.

Tanpa sadar Naruto kini sudah sampai di Akademi. Saat ini sedang jam istirahat. Ada anak yang boleh pulang, dan anak yang masih berlatih. Ia melihat Rei sedang berlatih melempar kunai Shuriken dengan serius.

Naruto menghampiri Rei, "Rei-chan." Panggil Naruto.

Rei menengok ke arah Naruto, dan kemudian tersenyum. "Nii-san!" Seru Rei dan kemudian memeluk Naruto.

Naruto mengelus kepala Rei, "Rei-chan," Panggil Naruto, ia kemudian merogohkan kantung celananya, dan mengambil sebuah kado berbentuk persegi panjang. Ia kemudian memberikannya pada Rei. "Itu hadiah untukmu." Ucap Naruto.

Rei menerimanya, dan kemudian memberi Naruto tatapan bingung. "Hadiahku? Ulang tahunku masih 2 hari lagi, Nii-san…" Protes Rei.

Naruto hanya tersenyum saja. "Yap. Tapi aku ingin memberimu hadiah lebih awal karena 2 hari nanti karena besok, aku akan pergi dalam misi jangka panjang dan, berlatihlah dengan keras. Jangan buka hadiahnya dulu. Aku tunggu kau di rumah jam 8, aku mempunyai surprise untukmu." Ucap Naruto.

Rei mengangguk dan tersenyum. Naruto kemudian menghilang dalam kepulan asap.

'Uh, aku benci jurus Nii-chan yang itu…'

.

Naruto berdiri di atas salah satu tiang listrik di komplek klan Namikaze. Ia masih memakai Jounin vest, celana panjang ANBU-style, dan baju hitam lengan panjang dan sarung tangan. Bedanya, kini di punggungnya ada sebuah Katana. 'Saatnya…' Ia kemudian mengaktifkan Sharingannya. Tanpa ia sadari, Itachi juga memulai hal yang sama dengan Naruto.

Dan, malam itu diisi dengan teriakan 2 buah klan.

.

3 Jam kemudian, bersama Rei, kini ia sedang berlatih keras, dan sedang sparring bersama salah satu sahabatnya, Sasuke Uchiha, walaupun hari sudah menjelang malam. Hadiah dari Nii-sannya masih ada di kantungnya dan belum ia buka.

Ia menerima pukulan terakhir dari Sasuke, dan terjatuh. "Baiklah, Sasuke. Sudah dulu sparringnya. Nii-chan dan Kaa-chan menungguku!" Ucap Rei. Sasuke mengangguk. "Jaa ne Sasuke!"

Rei berlari kearah komplek klan Namikaze, berusaha menebak surprise apa yang dimaksud Nii-channya. Ia selalu melihat Nii-chan-nya sendiri, dan kesepian. Dan, ia tahu itu karenanya. Ia ingin membuat Naruto merasa tidak sendirian, walaupun tahu itu adalah salahnya. Dan ia tidak sabar, mungkin setelah ini, mereka bisa menjadi keluarga lagi.

Ia kemudian berada di depan komplek klan Namikaze, dan di gerbang klan Namikaze terbuka, dan tidak ada penjaga. 'Kenapa ini? Biasanya gerbang tertutup saat jam segini.. Dan tidak ada penjaga gerbang…' Pikir Rei. Ia kemudian memasuki gerbang, dan suasananya sangat gelap. Ia kembali merasakan firasat buruk. 'Sudah gelap? Ini baru jam 8 dan belum waktunya tidur.. Ada apa ini?' Pikir Rei.

Ia kemudian memasuki lebih dalam, dan, ia kaget, mulutnya terbuka, dan ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Disana, ia melihat semua anggota klan terbunuh, dan terbaring. Dari anak-anak, manula, remaja, dan dewasa semuanya terbunuh. Darah dimana-mana, dan bagian tubuh dimana-mana.

Ia bingung. Apakah ia harus melapor kepada ayahnya yang pastinya kini ada di kantornya, atau mengecek keadaan apakah Kaa-san-nya dan Nii-channya baik-baik saja.

Ia berlari ke arah rumahnya, dan ia melihat, Kaa-sannya terjatuh di hadapan sang pembunuh yang membelakanginya sehingga ia tidak bisa melihatnya.

"Kaa-chan!" Teriaknya.

Naruto-The-Legacy-Of-Uchiha-MadaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang