08. B E G I N

3.3K 562 52
                                    

Tidak ada yang berbeda dari hari-hari yang Jisoo lalui akhir-akhir ini. Dia masih tetap menjadi seorang kitchen assistant—datang pagi, membersihkan dapur, membantu para Chef, ikut kelabakan, dan kemudian terbaring lelah setelahnya. Semuanya berjalan normal dan tak ada yang terlalu membebani pikirannya. Tidak banyak—atau begitulah menurut Jisoo.

Kecuali satu hal. Chef-nya, Lee Taeyong, kini jadi lebih bersikap ramah padanya. Ya, walau hanya sedikit. Kira-kira sebesar satu tetes air dari derasnya hujan yang jatuh dan membuat seisi kota basah kuyup. Tetapi, karena itu Taeyong, seakan hal itu adalah sikap berbeda darinya yang sangat besar dan kontras.

Ah, meskipun masih saja di banyak waktu Taeyong tetap menjadi Taeyong. Karena memang begitulah dirinya. Tegas, dingin, dan menakutkan. Atau, mungkin Jisoo dan sebagian besar orang lainnya memang sebenarnya belum mengerti Taeyong yang sesungguhnya.

Jisoo menyambar ponselnya yang dia taruh di dalam rak penyimpan di ruang ganti yang ada di dekat dapur, setelah selesai dengan pekerjaannya. Wajah Jisoo langsung berubah serius saat melihat ada sekitar lima pesan masuk dan lebih dari dua puluh panggilan tak terjawab dari nomor yang tidak dia kenal.

Bergegas Jisoo langsung membuka isi pesan itu dan membacanya. Dari siapa? Tunggu. Jangan bilang—oh! Benar kan! Ini gadis yang dia temui beberapa minggu lalu, seseorang yang mengaku sebagai kawan lamanya, Im Nayeon.

Jisoo menepuk jidatnya sekilas. Kala itu, Nayeon memang meminta nomor Jisoo yang aktif dan dia berjanji akan menghubunginya nanti. Dan kali ini, di dalam isi pesannya, Nayeon mengajak Jisoo untuk bertemu kembali esok hari.

"Jisoo. Apa kau akan di sana terus semalaman?" teriak seseorang dari luar, suaranya terdengar sudah kelelahan.

"Iya, Jongup. Maafkan aku. Aku sudah selesai," balas Jisoo.

Jadi yang harus Jisoo lakukan sekarang adalah, meminta ijin ke Chef, mengatakan bahwa dirinya besok akan terlambat.
-------

Ada sedikit perasaan yang janggal di dalam hati Jisoo. Entah itu apa, tapi seperti ada yang salah. Apakah itu Nayeon, ceritanya, atau dirinya sendiri. Bagi Jisoo, Nayeon memang hanyalah orang asing yang secara tanpa aba-aba mendobrak masuk lalu mengatakan hal yang tidak masuk akal.

Dia tidak mempercayai Nayeon, tapi setelah semalaman dia merasa gelisah, Jisoo sadar bahwa dia juga menjadi tidak percaya pada dirinya sendiri. Dia ingat kalau dia sama sekali tidak mengingat seperti apa masa lalunya, siapa saja temannya, dan bagaimana keluarganya.

Yang dia tahu adalah kehidupan setelah dia terbaring di rumah sakit, dengan Tuan Lee Jaejoong berada di sampingnya.

Jisoo mendadak menggeram kecil seraya memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Apakah saat ini dia harus percaya dengan Nayeon? Apa mungkin dia memang kawan lamanya? Begitukah?

"Jisoo!"

Seseorang memegangi pergelangan tangan Jisoo dan berusaha menenangkannya, membuat Jisoo menoleh cepat dan menangkap sosok yang dia temui beberapa minggu yang lalu.

"Im Nayeon?" tanya Jisoo lirih.

Nayeon mengangguk, menurunkan tangan Jisoo yang sempat terasa kaku lalu mengusap rambutnya perlahan. Keadaannya kini mulai kembali tenang.

"Sebelumnya, maafkan aku. Aku tidak menghubungimu dulu. Saat aku tahu, apa yang sedang kau alami. Aku tidak ingin mengejutkanmu atau membuat keadaanmu semakin memburuk," ujar Nayeon yang mendapatkan tatapan tidak mengerti dari Jisoo.

"Apa yang kau tahu?"

"Semuanya. Lalu apa yang kau ingat?"

"Tidak ada." Jisoo terdiam. "Aku terbaring di rumah sakit," lanjutnya.

Burned Up ㅡ taeyong ; jisoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang