03. S A N D W I C H

4.2K 769 115
                                    

Mentari pagi menyapa Taeyong. Dia terbangun, sedikit menyipitkan matanya berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang memasuki kamarnya.

Kepalanya terasa begitu pusing. Sebenarnya dia tidak terlalu bisa meminum banyak alkohol, tapi dia tidak peduli. Meskipun Taeyong tahu bahwa dia perlahan merusak dirinya sendiri.

Pintu kamarnya terbuka pelan saat Taeyong mengangkat dan mendudukkan tubuhnya.

Jisoo yang masuk membawa satu baki berisi sandwich dan segelas teh hangat, tidak tahu bahwa Taeyong sudah bangun. Dia menjadi sedikit membeku saat kedua mata mereka bertemu.

"Aduh. Lupakan kejadian semalam, Jisoo. Dia bahkan tidak sadar."

Dengan perasaan canggung Jisoo berjalan menghampiri Taeyong dan meletakkan baki tersebut di atas meja tepat di sebelah tempat tidur Taeyong.

"Aku membuatkanmu sandwich isi tuna dan keju. Aku tidak tahu harus membuatkanmu apa, tapi aku menemukan bahan-bahan ini di kulkasmu, jadi aku pakai saja. Aku harap kau tidak keberatan."

"Terima kasih," ucap Taeyong singkat.

Taeyong mengambil piring berisikan sandwich yang dibakar dibagian luarnya dan terlihat keju yang melumer keluar.

"Sepertinya tidak buruk," batin Taeyong yang telah memegang sandwich tersebut hingga tiba-tiba dia menyadari sesuatu.

"Kau memotong pinggirannya?" tanya Taeyong sembari menatap Jisoo dengan tatapan yang tidak dia mengerti.

"Ah! Itu— maafkan aku. Aku terbiasa memotong bagian pinggir roti. Aku lupa kalau ini untukmu, Chef," ujar Jisoo terselip nada panik di suaranya. "Aku akan membuatkanmu yang baru—"

"Tidak usah," sahut Taeyong memotong perkataan Jisoo.
Gadis itu terdiam, masih dengan perasaan sedikit takut.

"Aku suka. Sangat menyukainya. Lain kali jika kau membuatkanku sandwich lagi pastikan kau memotong pinggirannya seperti ini."

Taeyong tersenyum kecil yang berhasil membuat Jisoo sedikit mengernyitkan dahinya. Dia pikir Taeyong akan memarahinya atau apa, tapi ini diluar dugaannya. Bahkan Taeyong sempat menunjukkan senyuman langkanya.

"Oh iya. Uhm. Kalau begitu aku keluar dulu. Aku— kau bisa menghabiskan sarapanmu," ucap Jisoo terbata.

Sesaat setelah gadis itu memunggunginya dan menutup pintu kamarnya dari luar, Taeyong kembali memerhatikan sandwich yang masih dia genggam dan kemudian memakannya.

"Rasanya seperti sedang memakan sandwich buatanmu, ibu."

Taeyong pun kembali tersenyum.
-------

Pagi telah berganti siang. Taeyong yang daritadi hanya membaringkan tubuhnya di kasur sambil sesekali mengecek ponsel pintarnya kini sudah selesai mandi dan berganti pakaian.

Untunglah hari ini restoran tidak buka. Percayalah, jika hari ini dia harus bekerja ia tidak tahu harus bagaimana. Masalahnya tadi malam dia benar-benar meneguk banyak sekali alkohol dari biasanya.

Ya, bagaimana tidak? Kemarin adalah hari yang cukup berat dari sekian banyak hari-hari berat yang dilaluinya. Tanpa kabar, tanpa diduga, Shim Changmin, salah seorang kritikus makanan ternama di Seoul datang mengunjungi restoran bergaya Korea klasik ditambah sedikit sentuhan modern dengan sebuah papan besar terpampang di depan bertuliskan "The Lee's Signature" itu.

Setiap kata dari ulasan yang diberikan seorang kritikus dapat memengaruhi seluruh reputasi restoran. Taeyong sebenarnya cukup tenang menghadapi ini, karena dia yakin bahwa restoran yang dimiliki olehnya bersama dengan rekannya, Johnny, dan segala menu serta masakannya dikepalai oleh dirinya sendiri itu mampu bertahan dengan tiga bintang digenggaman selama 5 tahun semenjak restoran ini dibuka, bahkan dalam daftar Michelin.

Burned Up ㅡ taeyong ; jisoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang