Terik matahari menyengat kulit Dika. Keringat yang mulai mengucur membasahi tubuhnya. Terutama dibagian sekitar wajahnya terlihat sangat jelas.Sekitar 30 menit lagi waktu yang harus di habiskan Dika dan menikmati hukumannya.
Bagaimana tidak di hukum, pukul 08.30 Dika baru datang. Sedangkan bel berbunyi pukul 7 .00. Lebih parah lagi Dika ketahuan masuk lewat belakang dan memanjat tembok yang ada di sana. Alhasil ia diberi teguran oleh guru kesiswaan dan membawanya ke sini, di lapangan upacara, mengadap tiang bendera dan hormat pada benda yang berkibar di atasnya.
Bisa dibilang Dika itu anak bandel di sekolah ini. Hampir setiap minggu ia membuat ulah hingga ia harus mengunjungi ruang BK.
Sebenarnya sewaktu Smp Dika tidak seperti ini. Dika temasuk anak yang pintar dan masih begitu sampai sekarang. Tapi yang membedakannya dulu dika selalu patuh terhadap peraturan bahkan dulunya Dika adalah ketua OSIS sewaktu ia Smp.
Dika berubah seperti ini sejak ibunya yang sangat ia sayangi meninggalkannya dan pergi bersama lelaki lain. Ya, orang tuanya telah bercerai. itu membuat Dika sangat terpukul.
Walaupun Dika bandel dan kerap membuat onar tapi Dika tidak pernah lari dari masalah yang ia hadapi. Iya selalu manjalani hukumannya dengan baik tapi setelah itu ia mengulangi kesalahannya lagi.
Raya duduk di bangku di bawah pohon pinggir lapangan upacara. sambil menggenggam sebotol air mineral, Raya memandangi sahabatnya yang sedang dihukum itu. Tak terlihat raut wajah khawatir atau kasihan kepada Dika. Malah, sesekali Raya tertawa dan mengejek sabatnya itu.
"Hey !! Bertahanlah anak nakal ! Hanya tinggal beberapa menit lagi dan kamu bisa bebas berulah dan membuat masalah kembali." Ejek Raya dengan bahasa baku. Ia tertawa puas setelah mengejek sahabatnya.
Meskipun wajahnya tak menampakan kekhawatirannya, namun sebenarnya Raya sedikit khawatir kepada Dika. Sudah 1jam lebih ia berdiri seperi itu. Tapi tak perlu ada yang di khawatirkan. Raya tahu Dika itu kuat.
Raya mengangkat tangan kirinya dan melihat jam tangan yang melingkar cantik disana. Waktu hukuman sudah habis. Dan Raya segera menghampiri Dika di depan sana.
Raya memberikan air minum itu kepada Dika. Dika mengucapkan terimakasih sebelum ia meneguk air yang ada di dalamnya.
Tak lama pak Helmi datang menghampiri mereka berdua. Ya, dia adalah guru kesiswaan yang menghukum Dika.
" Hukuman mu sudah selesai. Jangan coba untuk mengulanginya lagi karena hukumannya akan lebih berat lagi. Catatan pelanggaran kamu itu sudah banyak dalam buku kami. Jangan sampai kami menghabiskan buku kami yang tebal itu hanya untuk menulis pelanggaran yang telah kamu lakukan. Bapak tau kamu anak baik, jadi berhentilah dan coba perbaiki." Kata pak Helmi panjang lebar. Sebenarnya Pak Helmi itu baik hanya saja ia terlalu tegas kepada muridnya.
Dika tidak berbicara sedikitpun, ia hanya mengangguk dan menundukan kepalanya sampai pak Helmi selesai dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Yuk pindah kesana." Kata Raya sambil menunjuk kearah bangku di bawah pohon tempatnya tadi ia menunggu Dika."disini panas, kulit lo juga udah mulai gelap." Celoteh Raya yang membuatnya mendapatkan jitakan di kepalannya.
"Sakit tau!" Eluh Raya.
Duduk dibawah pohon, itu cukup lah. Setidaknya tidak terlalu panas seperti di tengah lapang.
Keringat masih bercucuran di tubuh Dika. Raya memutar otaknya, mencari benda yang bisa digunakan untuk mengelap keringat. Sampai pandangannya terpaku pada suatu objek.
Tanpa banyak cincong Raya langsung mengambil dasi yang menggantung di leher Dika dan menjadikannya lap.
"Baik kan gue ? Ngasih lo minum, lapin muka lo. Kurang baik apa gua jdi sahabat." Cerocos Raya.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHY ?
Fiksi RemajaKamu sahabatku, apa kamu ingin mengubahnya? Kenapa ? Tapi... Apakah itu mungkin? Apa yang akan terjadi setelah itu? Aku takut. Membencimu, aku kehilangan kamu atau hal buruk lainnya. Menceritakan tentang sepasang sahabat yang terjebak di dala...