[BHP3] The son of bitch

53.1K 3.6K 47
                                    

Kereta kuda itu berhenti tepat di sebuah rumah yang cukup besar, tak hanya itu saja, rumah tersebut berdiri sendiri di tengah hutan yang cukup lebat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kereta kuda itu berhenti tepat di sebuah rumah yang cukup besar, tak hanya itu saja, rumah tersebut berdiri sendiri di tengah hutan yang cukup lebat. Kepala Eleazer terdiam sesaat, otaknya bekerja mengenai bangunan yang tak pernah ia ketahui berdiri dengan kokoh di wilayahnya. Mungkin rumah ini dibangun secara diam-diam, pikirnya.

"Kau mau di situ sampai malam?" teguran itu membuat Eleazer tersadar. Pria tersebut sudah turun dan berdiri tak jauh darinya dengan wajah dingin. "Kuperingatkan! Tempat ini tak ada yang bisa masuk dari luar atau keluar dari dalam."

Eleazer mendengus kesal dengan sikap pria kejam itu, dia mengutuk dalam hati semoga pria itu berubah menjadi monyet hutan atau apapun asal layak dengan sikapnya yang tidak pernah berpikir. Kekesalannya melingkupi otak warasnya, ia menurunkan salah satu kakinya dari kereta, namun tidak ia sangka kakinya terpeleset dan ia mencium tanah.

"Bodoh! Kalau turun hati-hati," bentak Eugene sebelum Eleazer mencium tanah merah.

Tubuh Eleazer bertopang pada tangan kokoh Eugene, namun ia tidak bisa melihat wajah Eugene karena posisinya yang hampir tengkurap dan tangan Eugene berada tepat di bawah payudaranya hingga membuat sebagian payudaranya menyembul. Secepat ia sadar, tubuhnya langsung berdiri dan menutup dadanya dengan waspada.

"Apa? Kau lihat apa?" tanya Eleazer tajam dan semakin menutup dadanya dengan jubah merahnya.

Mata Eugene berputar bosan dan berbalik. "Tanpa aku lihat, punyamu hanya segenggam tanganku."

Kali ini mata Eleazer membulat sempurna dan wajahnya merah karena ucapan Eugene. Pria itu benar-benar menyebalkan dan membuatnya ingin membunuhnya dalam sekali tusukan. Dengan sabar ia mengatur nafasnya dan tidak terpancing dengan sifat pria tersebut dan berpikir positif bahwa pria itu lebih baik dibandingkan Edward sebelum bertemu Alyse. Matanya menatap gerak gerik pria tersebut dan melihat Eugene sibuk dengan kereta kudanya.

"Masuk!" perintah Eugene tanpa menatap Eleazer.

"Aku? Ini rumahmu, aku akan pergi." Eleazer melangkah pergi dari tempat tersebut, namun tak lama kemudian Eugene menarik tangannya lagi dengan cengkraman lebih erat.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?" tanya Eugene begitu tajam dan mengintimidasi Eleazer. Tubuh Eleazer terkurung oleh tubuh Eugene yang tegap, ia tidak bisa bergerak dan merasa sesak karena jaraknya begitu dekat dengan Eugene.

"Lalu aku harus tinggal di mana?" tanya Eleazer yang tak ingin kalah oleh Eugene, matanya membulat sebagai reaksi menantang.

Eugene mengambil tangan Eleazer dan mencengkramnya kuat, ia membawa Eleazer masuk ke dalam rumah tersebut. Tanpa berkata lebih panjang, Eugene menaiki anak tangga dengan langkah cepatnya. Eleazer berusaha untuk menyusul langkah Eugene yang cepat, gaunnya serta jubahnya sejak tadi belum ia lepas dan sekarang menyulitkannya melangkah.

"Pelan-pelan, bodoh! Aku memakai gaun," seru Eleazer begitu kesal dan memukul tangan Eugene dengan kesal.

Tanpa diduga, Eugene berhenti dan membalikkan badannya untuk menghadap Eleazer. Kedua tangannya langsung merobek jubah serta bawahan gaun Eleazer hingga rusak tak jelas, sebagian kaki Eleazer terekspos hingga pahanya.

3. Be His Prisoner [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang