Satu pesanan lagi baru saja tiba. Tentu saja untuk Sheva, pendatang baru meja Dale dan Hasbi.
"Habis nangis lo, Dal?" tanya Sheva, baru menyadari mata Dale sedikit bengkak.
"Biasalah, Shev, gue mainnya terlalu kuat semalam, jadinya dia mewek, minta turunin kecepatan." itu Hasbi yang menjawab, tanpa dosa dan enteng-enteng saja.
Dale mencubit pinggang Hasbi gemas. "Otak lo tuh, ya! Udah gue suruh bilas sekali tiga hari masih juga kotor!"
Hasbi tertawa, namun setelahnya mengangkat bahunya enteng. "Maksud gue tuh main-main sama Deyek, Dal. Kotor sih pikiran lo." balas Hasbi.
Deyek itu mobil jazz kesayangan Hasbi. Katanya, sih, belinya pakai keringat sendiri, nggak pakai uang. Makanya dikasih nama, namanya Deyek. Kepanjangannya Dale Jelek.
"Nyusahin emang punya pacar cewek," celetuk Hasbi.
"Jadi lo mau punya pacar cowok, nih?" Sheva mengerling jenaka sembari menaik-turunkan alisnya.
Dale langsung menyeletuk. "Sama Kang Uya tuh, lelaki setengah wanita idaman hati!"
Langsung saja Sheva dan Dale cekikikan tidak jelas. Dale juga sudah menerima kehadiran Sheva, tidak mungkin juga ia bersikap menyebalkan karena kehadiran Sheva, yang menganggu waktunya bersama Hasbi. Bagaimanapun Sheva itu temannya.
"Kalau gitu mah, mending sama lo aja gue, Ndut." Hasbi menyeringai. "Seenggaknya lo cewek tulen. Nyusahin juga gapapa, gue jabanin, cewek gue juga ini." Hasbi mengacak-ngacak rambut Dale gemas.
Kemudian yang terjadi; Sheva sibuk menghabiskan makanannya, sedangkan Dale dan Hasbi asyik berduaan. Percakapan mereka didominasi oleh celetukan-celetukan tak masuk akal dari Hasbi.
Dalam hatinya paling dalam, Sheva mengutuk kedatangannya ke kafe ini, terlebih-lebih duduk diantara mereka.
"Perbedaannya tuh, kalau lo cewek yang gue cintai sepanjang zaman, sedangkan Kang Uya, tempat gue ngutang sampai akhir zaman," kata Hasbi. Menjelaskan perbedaan Dale dan Kang Uya. Dale tertawa sambil geleng-geleng. "Lucu lo, jadi pengen cium."
"Nih cium bokong gue, biar sekalian gue kentutin!" kata Dale.
"Lah kok gitu?"
Dale mencibir. "Suka-suka gue lah."
"Sama dong," celetuk Hasbi. "Gue juga suka lo."
Dale tidak bisa untuk tidak tertawa, diam-diam tanpa ia sadari pipinya kembali merona, terlebih Hasbi sedang bermain-main dengan tangannya, sesekali juga menggengamnya.
Tiba-tiba saja tawa Hasbi meledak, gara-gara ceweknya malu-malu kucing. "Yah, cemen lu, Ndut. Baru gue gituin aja udah meleleh."
Langsung saja Dale menarik tangannya kembali, sedangkan Hasbi semakin tertawa. Ketika Dale menatapnya kesal, Hasbi malah mengedipkan sebelah matanya pada Dale.
Karena Hasbi suka bercanda, maka selama ini, diam-diam; tanpa sepengetahuan Hasbi, Dale sedikit takut kalau perasaan Hasbi ternyata ikut sebercanda itu.
"Udah jadi nyamuk mah gue nih," kelakar Sheva, yang baru saja menyelesaikan makanannya.
Melihat Sheva sudah menghabiskan makanannya, dan jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, maka Hasbi memutuskan untuk mengajak keduanya pulang. Lagipula jam keluar malam Dale sebentar lagi akan berakhir.
"Udah mau jam sembilan nih, pulang, yuk. Cindedale gue batas mainnya cuma sampai jam 9," Hasbi melirik Dale singkat. "Ntar gue kena amuk bokapnya kalau telat pulangin anak perawannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Painful Tears
Roman pour AdolescentsPerhatikan baik-baik; -Senja yang sedang kau tunggu-tunggu itu, sebentar lagi datang, dan yaa, sudah terpampang di depan mata! Indah, 'kan? Sayangnya, sudah hilang. -Hujan yang sedang deras diluar sana itu, seolah-olah tidak akan pernah berhenti. T...