DELAPAN

5 1 1
                                    

LELAKI DI JALAN SEPI

“TIDAAAKKK!!!!”
Jeremy menjerit histeris. Ia tidak menerima keputusan yang dibuat oleh Traya hari ini. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Jeremy benar-benar tidak satu pemikiran dengan gadis itu. Abraham. Orang yang hampir memakannya hidup-hidup berada satu mobil dengannya. Traya yang mengajak lelaki itu untuk ikut dalam perjalanan mereka. Entah darimana Traya bisa berpikiran seperti itu. Menurutnya, Abraham mampu membantu mereka untuk menemukan aura hitam itu. Setiap Ahool memiliki mustika yang mampu melacak aura. Lebih seperti GPS dalam kendaraan bermotor. Mungkin saja dia bisa berguna karena kemampuannya itu.

Traya mengorek telinganya. Jeremy menjerit seperti bayi yang kurang susu. “Bisa berhenti nggak sihh?? Telinga gua sakit nih” Gerutu Traya. Gadis itu sudah jenuh dengan lolongan penyesalan Jeremy atas keikut sertaan Abraham dalam misi mereka.

“Aku bisa membuat bayi ini terdiam selamanya, kalau kau mau” Kata Abraham sambil mengigit kukunya. Jeremy hampir mati kesal karena itu. Lelaki itu mencoba memberi usul yang membuat Jeremy berniat untuk loncat dari mobil saat itu juga. Walaupun dalam keadaan serius, Abraham masih saja berniat untuk membunuhnya. Abraham hanya tersenyum jahil saat Traya melototinya. Sepertinya sarannya tidak diterima dengan baik oleh orang banyak.

“Ah..” Abraham menepuk bahu Jeremy “Sumpal kaos kaki mulutnya, aku sering melihatnya di TV” Tambahnya lagi asal. Mungkin usulnya kali ini bisa membantu memecahkan masalah Traya. Ia sering melihat adegan itu saat seorang penculik membungkam korbannya.

“Heii, apa kita bisa menurunkan orang bermulut besar itu di sini??” Jeremy menggerutu. Ia mengacungkan ibu jarinya ke arah Abraham. Mungkin saja Traya lupa kalau Abraham adalah orang bermulut besar yang dimaksud olehnya. Perasaannya campur aduk saat bersama Abraham. Telinganya sudah panas mendengar perkataan Abraham. Ia juga merasa terancam saat mereka berdekatan. Terlebih sedari tadi dia terus meniupkan udara segar dari mulutnya ke tengkuk Jeremy. Dia sengaja melakukan itu berulang-ulang untuk membuat Jeremy ketakutan. Bagi Abraham, bau orang yang sedang ketakutan ibarat sedang mencium bau rendang yang baru di masak di rumah makan padang, roti yang baru keluar dari panggangan. Yang jelas semua makanan yang enak bagi Abraham adalah sosok Jeremy.

“Astagaa!!! Kalian bisa diam nggak sih. Gua cariin penghulu tau rasa lo” Traya ikutan sewot. Mendengarkan kedua lelaki itu bertengkar tentang hal yang tidak penting membuatnya naik darah. Selama perjalanan, Traya sibuk menjadi penengah di antara Abraham dan Jeremy. Ia seperti seorang wasit dalam pertarungan tinju sengit antara dua kubu yang saling menyimpan dendam kesumat. Traya mengepal tangannya pada setir. Ia geram bukan kepalang. Telinganya panas dengan perbincangan dua makhluk yang berbeda alam itu.

Konsentrasinya terpecah. Jalanan itu terlalu gelap dan licin untuk dilewati. Belum lagi embun sehabis hujan yang menutupi pandangannya. Traya sampai memicingkan matanya agar ia tidak menabrak sesuatu. Ia menurunkan kecepatannya. Ia tidak bisa berkendara dalam kecepatan tinggi saat ada dua orang berisik selalu intervensi pekerjannya. Matanya mencari lampu lalu lintas sebagai petunjuk arahnya. Rumah kliennya tak jauh dari lampu lalu lintas yang dicari itu. Traya tidak mau melewatkan itu. Tapi, suara dua orang tukang ngomel itu merusak konsentrasinya akan lampu lalu lintas yang dicarinya. Mereka bedebat selayaknya gadis yang terperangkap dalam tubuh lelaki. Ia sampai tak tau lagi rute mana yang harus diambilnya karena suara mereka yang mempengaruhi pikirannya. Traya menginjak rem tiba-tiba. Lampu merah yang dicarinya terlewatkan.

“Tuh kan!!Kelabasan lampu merah nih. Kalau ditilang gimana” Traya kembali menggerutu. Mereka yang beradu argumen membuatnya kehilangan kesabaran.

Si Anak TerkutukWhere stories live. Discover now