SEPULUH

10 1 1
                                    


PENJELAJAH MALAM

Andika sedang duduk di atas sebuah batu karang. Matanya kosong menatap cakrawala. Tak ada pula yang terpikir oleh otaknya. Matanya sama kosong dengan otaknya. Hanya senyumnya yang masing menggantung di ujung bibir. Ia hanya mematung di atas karang berlumut itu untuk beberapa menit. Cakrawala yang berwarna jingga kemerahan membuatnya terpana. Petang sudah menyingsing. Matahari sudah tergelincir ke barat. Hanya separuh dari tubuhnya yang tertinggal di ujung lautan.

Kriek!!! Suara ranting patah memecah keterpesonaanya pada alam. Ia menoleh. Senyum itu mendadak hilang. Ada makhluk lain yang dilihatnya. Seorang wanita. Rambutnya pendek dengan gaya Melindrosa. Cahaya kuning matanya seakan begitu menyatu dengan cahaya langit yang memantul di sana. Wanita itu tersenyum manis padanya. Diangkatnya gaun merah itu sampai di atas mata kaki. Tangan lainnya menenteng sepatu dengan warna senada.

Andika mencibir. Kehadiran wanita itu merusak keterpesonaannya akan langit. Makhluk itu memang indah bahkan lebih indah dari langit saat petang tapi tidak di mata Andika. Keindahannya menyembunyikan monster yang tersimpan di dalamnya.

"Apa maumu?" Tanya Andika datar. Ia menopang dagunya dengan kedua tangan. Bahkan kepalanya sangat malas melihat wanita itu di sana.

"Tak perlu begitu kasar padaku, anak muda" Gretel-Si wanita Melindrosa-cemberut. Anak muda itu berbicara tak sopan pada orang yang ratusan tahun lebih tua darinya. Tak bertata krama, gerutu Gretel dalam hati."Aku ke sini hanya mengantarkan pesan."

"Pesan?"

Pendeta. Pendeta itu pastilah si pemberi pesan. Karena jika bukan; Gretel tidak akan repot-repot datang ke tempat itu. Andika mulai turun dari tempatnya mematung. Lelaki itu mulai tertarik dengan apa yang akan disampaikan oleh Gretel. Lagipula ia sudah tak sabar untuk memulai pekerjannya. Ia ingin pekerjaan itu selesai dengan cepat agar keabadian menjadi milikinya secara utuh.

"Yah. waktunya memainkan peran."

"Pakai ini"
Traya melempar beberapa setel pakaian ke arah Abraham. Ia sungguh berantakan hari itu. Wajah dan pakaiannya juga penuh dengan lumpur yang mengering. Akan memalukan jika mengajak Abraham menemui tamunya dalam keadaan begitu. Seperti anak tak diurus saja.

"Apa kau yakin mau mengajak ke sana" Tanya Abraham.

Abraham menunjuk sebuah rumah dengan gaya jawa yang berdiri kokoh di ujung tebing. Traya dengan amat yakin mengajak si pemangsa itu untuk menemaninya. Ia mencium banyak bau yang mengenakan berkeliling di sekitar rumah besar itu. Daging segar yang di dalamnya mengalir darah yang segar pula. Ada puluhan jantung yang berdenyut di rumah itu. Tempat itu seperti ladang peternakan di mata Abraham saat ini.

"Gua nggak tega ninggalin lo di sini. Sendirian." Traya menekankan kata 'sendirian' di telinga lelaki itu. Ia juga menepuk kepala Abraham sebagai tambahan.

"Apa kau mengataiku pengecut"
Pada perkataan Traya, Abraham jadi naik darah. Gadis itu memperlakukannya seperti seorang gadis yang tak ingin ditinggal sendiri karena takut gelap. Ialah si raja malam, ia seorang Ahool. Pemburu ulung Manungsa. Ia tak kenal takut dan Traya sepertinya meremehkan ketangguhannya itu.

"Tentu saja nggak, lo adalah kesatria tangguh." Puji Traya. Ia sedikit tertawa setelahnya. terlebih terhadap Abraham yang benci dikatai pengecut. Ia menunjuk sebuah hutan kelam yang berada di seberang mereka. "Lo liat hutan di seberang sana mereka bilang hutan itu sedikit berhantu. Gua nggak mau lo ngelawan mereka sendirian"

Abraham meneguk ludahnya sendiri. Ia menatap hutan yang mengepung rumah itu. Pepohonannya bergerak-gerak seperti memanggil seorang untuk masuk ke dalam kelamnya hutan itu. Angin yang mendesau juga seperti berbisik dan kabut muncul dari sela-sela pepohonan itu seperti mengintai Abraham. Hutan itu membuatnya takut setengah mati terlebih mendengar cerita Traya kalau hutan itu 'sedikit' berhantu. Bukan hutan yang membuatnya begitu. Hanya satu makhluk di dunia yang membuatnya mendadak pengecut. Hantu atau di dunia Abraham itu disebut Orang Mati. Ia sangat takut Orang Mati. Budaya populer menggambarkan makhluk itu dengan sangat menakutkan. ia jadi tak bisa tidur hanya dengan mendengar 'hantu' saja.

Si Anak TerkutukWhere stories live. Discover now