Paper 2

28.9K 2.5K 171
                                    

Disclaimer: Naruto dan seluruh castnya milik Masashi Kishimoto. Tulisan ini dibuat hanya untuk menghibur dan merupakan ungkapan seorang fans saja. Kesamaan apapun dalam cerita ini hanya kebetulan semata.

Pagi hari yang sangat tenang bagi Sasuke, ini sudah hampir dua minggu Naruto tinggal di apartemennya. Minggu lalu, ibunya mengirimkan email padanya lengkap juga dengan foto. Sasuke mendecih saat melihat foto ibunya yang tengah membawa banyak belanjaan di mall kota Seoul.
Seenaknya Mikoto bersenang-senang sedangkan ia harus menjaga seorang anak laki-laki dirumah. Sasuke meruntuki nasib sialnya.

Sasuke yang baru bangun tidur, mengerjapkan matanya berkali-kali. Ia tengah menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Sasuke bisa mencium bau harum masakan.

"Dia memasak ya? Harusnya aku menyuruhnya sejak dulu... Masakannya enak juga" Sasuke menggumam pada dirinya sendiri. Dia tidak bayangkan bahwa si bocah itu pandai memasak.

Setelah membasuh muka dan menyikat gigi, pria berambut hitam itu berjalan menuruni tangga dan menuju ke ruang makan.

Naruto yang melihat Sasuke datang langsung tersenyum manis untuk menyambut si pria tampan.

"Selamat pagi Sasuke-nii" Sapa Naruto dengan suaranya yang lembut.

"Hn"

"Aku membuatkan omelet dan bubur kentang. Apa Sasu-nii mau dibuatkan yang lain lagi?"

"Tidak. Ini cukup"

"Baiklah"

Mereka berdua pun duduk untuk menikmati sarapan mereka. Rasanya ternyata sangat menyenangkan saat ada seseorang yang menemanimu sarapan dan peduli padamu, batin Sasuke.

"Apa ibuku sudah menghubungimu lagi?" Tanya Sasuke.

Naruto menggeleng.

"Sebenarnya kemana wanita itu? Ini sudah dua minggu dia meninggalkanmu disini? Dimana adanya pikiran wanita ini?" Kesal Sasuke. Ia bahkan menyentakkan sendoknya karena terlalu marah.

"Mungkin ibu sedang banyak urusan"

"Urusan apanya? Shopping? Wanita itu..... " Sasuke menggeram kesal. Ia bahkan sampai lupa bahwa wanita yang sedang mereka bicarakan adalah ibunya sendiri.

"Niichan...."  Naruto berusaha menegur Sasuke walaupun dia agak takut.

Sasuke yang mendengar suara lirih Naruto jadi merasa tidak enak. Entah mengapa belakangan ini ia sering merasakan hal aneh bila berada di dekat Naruto. Ah ya, Sasuke baru tau jika usia Naruto sudah lima belas tahun, ia pikir usia si pirang masih sekitar tiga belas tahun. Mungkin karena Naruto dulu tinggal di panti asuhan, asupan gizi yang ia dapat tak sebaik disini.... Atau mungkin Naruto itu memang 'mini'?

"Sudahlah, kita lupakan soal wanita itu. Aku sudah bertanya pada rekanku tentang pendaftaran ke gakuen. Aku rasa sekarang waktu yang tepat untuk mendaftar sebelum semua kursi di sekolah terbaik akan penuh"

Sejujurnya Sasuke heran pada dirinya sendiri yang bisa peduli pada anak itu. Bahkan Sasuke sampai mencari tau sekolah terbaik untuk tempat Naruto bersekolah. Sasuke hanya tau ia ingin yang sempurna untuk Naruto, entah Naruto benar-benar anak selingkuhan ibunya ataupun hanya sekedar anak angkat.

"Apa tidak lebih baik kita menunggu ibu?" Tanya Naruto agak ragu.

"Sampai kapan kau mau menunggu wanita itu. Dia selalu lupa waktu jika sudah ada di Seoul. Sudahlah, lebih baik kita cepat urus masalah sekolahmu. Aku tidak mau kau malah harus menggangguku jika aku sibuk"

Naruto hanya mengangguk setuju. Ia sudah tidak sabar untuk pergi ke sekolah, bertemu teman baru dan belajar. Ia jadi rindu panti, dulu di panti ia punya banyak teman. Walaupun hidup disana cukup berat, tapi jika dijalani bersama, rasanya jauh lebih ringan.

That's My Boy (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang