Chapter 10: Sebuah Awal Buruk

10.1K 1.6K 58
                                    

Airyl berenang kembali ke gua duyung untuk mengajak Popkin pergi bersamanya. Ia sudah memutuskan untuk meninggalkan ayahnya, Hywel dan semua saudari duyung lain namun, tidak bisa meninggal Popkin. Sewaktu Airyl sudah dekat sampai ke balik karang besar tempat di mana Popkin berada, tiba-tiba dari arah depan muncul Hywel. Hywel dengan cepat mencengkram pergelangan tangan Airyl.

"Kemana saja kau?! Aku benar-benar mencemaskanmu!" seru Hywel. Airyl meronta, mencoba mendorong Hywel menjauh darinya. "Lepaskan aku! Lepaskan aku!" seru Airyl keras. Hywel semakin menguatkan cengkramannya kemudian menarik Airyl dan mendekap pangeran duyung itu. "Airyl, maafkan aku!" seru Hywel. Airyl berhenti meronta. Perlahan-lahan mengangkat wajahnya dan melihat wajah sedih Hywel. "Aku tidak bermaksud menyakitimu." Ujar Hywel suaranya menyiratkan penyesalan. "Hywel, maafkan aku juga." Balas Airyl, Hywel menatap Airyl lalu tersenyum lemah. "Tapi aku tidak bisa berada di antara kalian lagi." Lanjut Airyl. "Kenapa? Apa yang akan kau lakukan?!" tanya Hywel, ia terdengar marah tapi juga cemas. "Jangan katakan kau akan pergi ikut dengan duyung pendatang itu.." Airyl menggelengkan kepalanya. "Aku akan pergi mencari kepastian. Aku ingin menjadi manusia." Jawab Airyl. Apa yang Airyl katakan membuat Hywel terkejut bukan main. Tidak pernah ada di antara mereka satu duyung pun mengatakan hal yang begitu menakutkan. Hywel menyeret Airyl setelah mendengar apa yang dikatakan sang pangeran.

"Hywel?! Tidak! Kau tidak bisa menyeretku kembali! Aku akan pergi! Lepaskan aku!" seru Airyl berulang kali namun Hywel tidak menghiraukannya. Airyl mulai menangis, ia mulai menangis dan memohon pada Hywel untuk melepaskan cengkraman kuat itu, tapi Hywel berhasil menyeretnya bahkan sampai di hadapan sang Raja duyung.

"Airyl!"

"Airyl kembali!"

"Oh! Airyl kembali!"

Para putri duyung saudarinya mulai berceloteh, mereka begitu senang mendapati saudara bungsu mereka kembali. "Nepheyl! Yang Mulia Nepheyl!" Hywel berseru keras. Sang Raja menatap Hywel dan sangat terkejut melihat Putranya menangis bersama Hywel. "Apa yang terjadi? Coba jelaskan padaku mengapa Putraku menangis?" Hywel berenang lebih dekat ke Nepheyl bersama Airyl. "Pangeran kita telah mengatakan hal yang paling menakutkan, Rajaku." Jawab Hywel. "Apa itu? Apa yang kau katakan Putraku?" Nepheyl bertanya. "Ayah... aku...tidak ingin lagi berada di sini..." jawab Airyl dalam isakannya. "Tapi ini adalah rumahmu, Putraku. Di sini adalah tempatmu." Jawab Nepheyl, Airyl menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak, ini bukan lah tempatku, tidak satu pun dari kalian memahamiku!" seru Airyl lalu ia menangis lagi. "Lalu di mana kau ingin berada?" tanya Nepheyl. "Aku ingin berada di permukaan, aku ingin punya kaki, aku ingin jadi manusia.." jawab Airyl. Semua duyung menutup mulutku terkejut.

Nepheyl mengerutkan alisnya dan berseru dengan suara berat yang murka. "KAU TIDAK AKAN NAIK KE PERMUKAAN! KAU TIDAK AKAN MENJADI MANUSIA! BAWA PUTRAKU DAN MASUKKAN DIA KE DALAM GUA BATU, DATANGKAN LAH PARA KERANG LAUT UNTUK MENGHUKUMNYA!"

"Tidak! Aku tidak mau! Ayah tidak bisa melakukan ini padaku! Biarkan aku pergi dari sini!"

Beberapa duyung laki-laki mencengkram tangan Airyl dan menyeretnya berenang pergi dari gua duyung. Nepheyl kembali duduk di atas tahtanya dan menatap putranya pilu. "Bagaimana dia bisa berpikir seperti itu?" gumam Nepheyl sedih. Hatinya penuh duka, ia begitu mengasihi Airyl dan Airyl adalah satu-satu yang ia sayangi namun apa yang lahir dari kasih sayang yang ia berikan? Pikiran pembakang! Nepheyl tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.

"Hywel, terimakasih kau telah membawa Putraku kembali." Ujar Nepheyl. "Namun aku tidak tahu harus berbuat apa padanya..." lanjut Nepheyl. Hywel diam dan berpikir, putri duyung lain pun mulai menangis melihat kesedihan sang Raja. "Nepheyl, Yang Mulia, aku tahu siapa yang menyebabkan Airyl berubah." Ujar Hywel. "Katakan siapa yang harus aku hukum untuk kekacauan ini?" tanya Nepheyl. "Duyung pendatang itu yang membuat Airyl berubah." Hywel memberi tahu. "Aku takut sejak awal dia akan menyebabkan petaka." Nepheyl menatap Hywel, "Hywel, pergilah ke laut bagian selatan dan bunuhlah duyung itu! Bunuhlah ia supaya tidak ada lagi yang membuat petaka untuk kita." Perintah sang Raja. "Jadilah sesuai dengan kehendakmu, Yang Mulia." Hywel berenang pergi meninggalkan gua, berangkat ke laut bagian selatan dengan membawa tombak dari kapal karam para pelaut.

The Prince MermanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang