Berhari-hari lamanya Airyl tinggal bersama dengan Shar di laut belahan selatan. Shar mengajari Airyl banyak hal tentang dunia manusia, juga bercerita bagaimana manusia sesuai dengan pengetahuan yang ia dapatkan. Keinginan Airyl untuk mendekati kehidupan manusia dan juga menjadi bagian dari mereka bertambah semakin kuat. Walau begitu, masih ada keraguan yang singgah dalam hatinya.
"Shar, seandainya Bella tidak sakit, apa saat ini kau masih bersama dengannya?" tanya Airyl. Akan menyenangkan melihat Shar bisa hidup bahagia dengan Bella, mereka mungkin akan jadi pasangan duyung dengan manusia pertama yang pernah ada.
"Aku takut memberitahumu ini tapi, hidup manusia sangatlah singkat." Shar menjawab, Airyl menatap Shar tak mengerti. "Sudah 130 tahun berlalu sejak kematian Bella, dan jikalau ia tidak sakit saat ini pun, ia tetap tidak akan ada bersamaku. Tapi aku akan senang bisa menemaninya sampai harinya tiba." Shar menatap Airyl dan tersenyum lemah. Airyl membelalakan matanya tak percaya. "Berapa lama manusia bisa bertahan hidup?!" Airyl bertanya dengan air muka sungguh-sungguh. "Yang aku tahu sembilan puluh tahun itu sudah sangat istimewa. Mereka cepat bertambah tua, sementara kau masihlah sama, sangat mempesona seolah kau adalah makhluk abadi." Jelas Shar.
Airyl menggelengkan kepalanya lemah, ia benar-benar terkejut. Ini lebih mengejutkan dibanding kenyataan bahwa punya kaki akan sangat menyakitkan. Airyl perlahan berenang menghampiri batu karang berlumut di sisi lain gua. Ia duduk sembari memandangi telapak tangannya. "Sembilan puluh tahun? Ayahku bahkan sudah berumur lebih dari 500 tahun... bagaimana bisa hidup mereka begitu pendek?" ujar Airyl lalu menghela napas lemah.
"Meski begitu mereka memiliki akhir yang menyenangkan,"
"Seperti apa?"
Shar berenang menghampiri Airyl dan mengibaskan ekornya di depan Airyl beberapa kali hingga gelembung-gelembung kecil melayang-layang di depan mata Airyl. Airyl mengulurkan jari telunjuknya, bermaksud hendak memecahkan gelembung itu tapi, Shar lebih dulu memecahkannya dan membuat Airyl terkejut.
"Saat duyung mati, jiwa mereka lenyap menjadi buih. Saat manusia mati, jiwa mereka pergi ke langit dan bersatu dengan langit, menjadi satu dengan hamparan biru luas tiada batas sesungguhnya." Ujar Shar.
Shar berenang keluar dari gua setelah ia bicara demikian. Airyl tidak mengerti maksud Shar, dengan sekuat tenaga ia berenang mengejar Shar. Shar berenang naik mendekati permukaan. Airyl pun mengikuti Shar bahkan sampai di atas permukaan.
Shar dan Airyl menyembul keluar dari air, mereka menatap pemandangan biru yang luas di depan mata mereka. Setelah dilihat baik-baik, di atas kepala mereka rupanya ada lautan biru yang sangat indah dan begitu luas, itulah langit. Shar memberi tahu Airyl lagi, "Jiwa manusia akan naik sampai ke atas sana dan menjadi satu dengan laut biru di atas lautan." Shar menunjuk ke arah langit. Airyl menatap awan putih yang merayap tenang seraya membayangkan betapa indahnya akhir hidup manusia.
"Kalau begitu saat ini Bella juga berada di sana? Dia mungkin juga sedang berenang di aut biru yang tenang itu. Indah sekali.." ujar Airyl. Shar sedikit terkejut mendengar apa yang Airyl katakan. Kata-kata itu begitu hangat mengisi dadanya, Airyl benar, saat ini mungkin manusia yang berharga bagi Shar sedang berenang di hamparan luas biru langit di atas kepala mereka.
"Shar, seandainya aku tidak pernah kembali ke laut, tidak menjadi duyung dan memilih menjadi manusia... apa aku juga hanya akan hidup selama sembilan puluh tahun saja? Lalu jiwaku tidak lenyap namun pergi ke laut di atas kepala kita?" tanya Airyl seraya menunjuk ke langit. Shar tidak menjawab Airyl, ia kembali menyelam ke dalam dan berenang kembali ke laut dalam.
Airyl masih memandang langit biru, ia tidak mengerti kenapa baginya manusia benar-benar begitu sempurna.
"Mereka tidak mempunya ekor yang indah namun, sepasang kaki tampak begitu sempurna..." gumamnya. "Mereka memakai pakaian, menutupi kulit mereka. Pakaian tampak sempurna untuk manusia..." gumam Airyl lagi. "Arthur..." Airyl menghela napas sebelum memutuskan untuk kembali menyelam ke dalam laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Prince Merman
FantasiaKapal Pangeran kerajaan Welsh yang dihantam ombak besar dan hujan lebat ketika dalam perjalanan pulang, hancur dan menenggelamkan semua awak kapal termasuk sang Pangeran. Putus asa tidak adanya harapan untuk selamat, sang Pangeran memejamkan matanya...