"Oh iya, Alfy. Tadi Sore aku nonton TV dan perjanjian kita tentang gubernur itu, Ali dan Salim mendapat vote tertinggi, jadi aku yang menang dan kamu harus nurutin permintaan aku. Untuk permintaan pertamaku, kamu harus mau makan bubur yang aku buat, abis itu minum obatnya. Kalau kamu gak makan dan minum obat, berarti kamu laki-laki yang suka melanggar janji."
Memang lebih baik Maria mengalihkan pembicaraan dari pada melihat Alfy yang terus terdiam dan ia juga yakin Alfy tidak akan bicara.
"Setelah ini kita akan tahu kamu laki-laki seperti apa," ucapnya sambil bangun dari tempat duduk dan meninggalkan Alfy yang masih berdiam dengan lamunannya.
Maria juga tidak bisa berlama-lama dekat dengan Alfy di saat keadaannya seperti ini.
Bagaimanpun juga keadaan ini adalah kelemahan yang tidak boleh orang-orang ketahui, bahkan papahnya tidak tahu kalau ia selalu merasakan sakit di dadanya saat seseorang membentak dan berteriak padanya."Milla, tolong kamu lihat ke kamarnya Alfy. Dia mau makan makanannya atau tidak. Kalau dia tetap tidak mau makan, buang saja buburnya dan berikan makanan apapun asalkan dia mau makan."
Maria berbicara sambil berjalan ke arah kamarnya. Aku tidak kuat berdiri lama-lama.
Milla mengejar dan berdiri di depanku, ia menatapnya Milla heran.
"Nyonya tidak apa-apa? Wajah nyonya pucat sekali." Milla menunjukan wajah khawatirnya. Maria berusaha tersenyum walupun kecil.
Apa ia terlihat seperti itu? Kenapa Maria terlalu tidak pandai menybunyikan rasa sakitnya?
"Saya gak papa. Kamu liat Alfy ya! Dia lagi sakit. Jagain dia buat saya ya, mil?"
Maria menunggu jawaban dari Milla. Milla mengangguk dan ia berlalu menjauhi Milla yang masih berdiri melihatnya pergi ke kamar tanpa menoleh lagi.
'Dimana gue naro obat kemaren? Kok gue bisa lupa si. Kalo gk salah kemaren gue taro di laci ini deh,' ujarku dalam hati.
Laci ... laci ... laci ... Maria memeriksa laci yang biasa untuk menaruh obat. Tapi tidak ada di dalam laci. Kamar mandi? Enggak, Maria tidak mungkin membawa obat ke kamar mandi.
Closet? Apa memang ada di sana.Dengan langkah yang tertatih kakinya membawa menuju Closet yang tersedia di dalam kamar, dengan tangan yang memegang dada sebelah kirinya.
Tapi di meja closet tidak menunjukan adanya botol obatnya.Rasa sakit ini menusuk, rasa sakit ini seperti luka di siram cairnya asam cuka.
Kenapa, harus Maria yang merasakan sakit seperti ini? Kapan, rasa sakit ini akan hilang untuk selamanya? Dimana, dia bisa menghilangkan tusuk-tusukan menyakitkan tanpa obat itu?
Apa, mamih selalu merasakan seperti ini, setiap papih membentak mamih?Sekarang Maria tahu bagaimana rasanya menjadi mamih yang menahan sakitnya selama bertahun-tahun hidup bersama papih.
Dan mengapa di saat seperti ini, di saat ia sangat membutuhkan seseorang untuk membantunya malah tidak ada satu orangpun di sampingnya. Alfy? Maria yakin dia akan sangat illfeel melihat keadaannya yang seperti ini.
Maria dudukan tubuhnya di lantai, kakinya tidak lagi bisa menahan berat badannya sendiri. Kepalanya menjadi berat dan sekarang pandangannya sudah memburam. Rasa sakit seperti ini pertama kalinya di rasakannya, karena biasanya ia tidak sampai merasakam kepalanya memberat dan mata memburam.
'Jangan lupa! Di tas kamu harus selalu ada obat ini!' suara yang selalu Maria rindukan memutar di kepalanya. Mengingatkannya akan obat yang selalu Maria bawa kemanapun ia pergi.
Menarik tas yang ada di dekat sepatu. Dimana obat itu. Maria cari benda bulat, tempat di mana ia menuruh obatnya.
Tidak sabaran, Maria mengeluarkan semua isi tas dengan menumpahkan ke lantai. Dan DAPAT! Tangannya bergemetar, tapi aku harus mengambil obat dan segera meminumnya.
"Mencari benda ini__" Tiba-tiba saja suara yang sangat Maria kenal, terdengar dari belakangnya. Seseorang itu melangkah mendekati Maria sambil membunyikan benda yang di bawanya.
Tubuh Maria menegang saat tangannya memegang pundaknya.
Berhenti di sana! Maria tidak ingin memperlihatkan ke adaannya yang yang lemah seperti ini, menyedihakan dan wajah mempertontonkan rasa kesakitan. Maria adalah perempuan paling kuat, yang tidak akan memperlihatkan kelemahannya pada orang lain dan tidak ada satu orangpun yang bisa melihat kelemahannya. Kecuali tuhan dan mamihnya.
'Tapi sekarang. Semua orang akan melihat kelemahanmu, sayang.' suara itu lagi, dia selalu membuat hati Maria menjadi risau seperti sekarang.
Aku tidak suka melihat mata yang mengasihaniku. Bagiku lebih baik mendengar kata kasar dari pada melihat mata yang mengasihaniku, itu adalah suatu penghinaan terbesar untukku.
Tangan itu memutar tubuh Maria, untuk menghadap ke arahnya dan Milla yang ada si sana. Mata Maria berat, 'aku tidak bisa menahannya lagi Milla!' Mataku tertutup dan hanya warna hitam yangku lihat.
"Nyonya!" Samar-samar Maria masih bisa mendengar Milla memanggilnya, tak lama suara itu hilang.
➖➖➖➖➖
To Be Continue..Thank's buat yang udah baca😘
Apa lagi yg kasih komen dan vote, semoga kalian dapet pahala+tambah cantik..Ig : dalaeliani
KAMU SEDANG MEMBACA
About My Pain
ChickLit𝐀𝐛𝐨𝐮𝐭 𝐌𝐲 𝐏𝐚𝐢𝐧 | 𝐂𝐡𝐢𝐜𝐤𝐋𝐢𝐭 Setelah kami menikah. Aku yakin, dengan perlahan Alfy akan mencintaiku. Itulah yang ada di pikiran Maria. Tapi ekspetasi Maria tidak sesuai dengan kenyataan. Karena pada kenyataanya Alfy sama sekali...