Chapter - Comfortable

7.9K 429 32
                                    

Boleh minta Votenya dulu ⭐
Jangan lupa tagin typo😘

Lanjut baca😁
____________________________

Tok ... tok ... tok ...
Suara pintu yang di ketuk, membuat konsentrasi Alfy terpecah belah, dengan satu waktu. Sebenarnya, dia ingin sekali membentak seseorang yang ada di balik pintu itu. Kerena ketukannya, mengganggu konsentrasinya saat bekerja.

"Masuk." ujarnya. Tanpa memperdulikan seseorang yang muncul dari pintu. Karena Alfy yakin orang itu tidak jauh, dari Rian yang membawa berkas atau satu spesiesnya.

"Kamu udah makan siang, Alfy?"
Itu bukan suara berat yang biasanya di dengarnya, tapi suara lembut perempuan yang selalu ingin di dengarnya.

Alfy mengangkat kepalanya dan melihat seseorang yang masuk ke dalam ruangannya. Benar saja, perempuan itu berdiri di depan pintu dengan dress putih yang menutupi tubuh sexinya.

Alfy tidak bisa menahan bibirnya agar tidak tersenyum, saat melihat wanita yang di cintainya berada tepat di depan matanya. Yunna.

Ada sedikit rasa heran yang mengahatui fikirannya, jarang sekali Yunna ingin di ajak ke kantornya. Karena Yunna tidak menyukai kantor, tapi saat ini Yunna berada di kantor tanpa permintaan ataupun perintah dari Alfy.

Alfy tidak memperdulikan rasa aneh itu, dia tidak ingin menghabisi waktu dengan sia-sia hanya dengan rasa aneh yanh tidak beguna itu.

"Yunna. Tumben banget kamu mau ke sinih. Ada apa, sayang?" Alfy bangkit dari duduknya, memutari meja kerjannya, berjalan mendekati Yunna dengan senyuman yang menghias bibirnya.

Di peluknya Yunna dan membawanya ke Sofa yang ada di dalam ruangannya. Saat ini Alfy merasa terbang memelukkan Yunna seperti ini. Perempuan ini yang bisa mengalihkan seluruh dunianya.

Tidak ada yang boleh menyentuhnya selain dirinya, perempuan yang berada di pulakannya saat ini. Yunna adalah perempuan terakhir yang di inginkannya. Begitulah yang ada di fikiran Alfy.

Entah dia bisa atau tidak, berhenti mencintai Yunna dan mencoba mamulai mencintai istrinya. Alfy hanya tidak ingin kehilangan rasa nyamannya, dia berada di zona nyamannya sehingga membuatnya lupa dengan lainnya.

Anggap saja Alfy egois. Bukanya, semua orang menginginkan berada di zona nyamannya? Tapi, semua orang yang sudah berada dalam zona nyamannya, akan berfikir kalau ini memang takdirnya dan tidak ada takdir lain yang akan memisahkan takdir yang telah tuhan buat.

Itu pemikiran bodoh yang di miliki orang egois seperti Alfy, dia tidak pernah mensyukuri sesuatu yang sudah jadi miliknya. Mungkin dia akan menyadarinya, saat miliknya sudah menjadi milik orang lain.

Siapa yang tahu, takdir yang tuhan berikan?
Dukun? Peramal? Penyihir? Cenayang?
Hah ... lucu memang kalau ada menusia yang tahu takdirnya masing-masing. Tidak akan ada orang yang tersesat, seperti Maria.

Bisa saja Tuhan mengganti takdirnya, karena takdirnya saat ini hanya takdir sesaat. Tuhan tahu mana yang baik untuk kita dan tidak baik untuk kita, tuhan yang mengatur dan kita hanya menjalaninya.

"Aku pengen ketemu kamu aja, trus aku mau nanya dan ngomong sama kamu" ujar Yunna.

Yunna ingin membicarakan tentang Maria, ia ingin sekali menanyakan kabar Maria karena sebelum ia keluar dari Cafe Yunna sempat nelihat Maria terkulai lemas memegangi dada kirinya dan itu menumbuhkan rasa bersalah pada Maria.

Yunna sangat mengerti bagaimana perasaan Maria. Apa lagi pria yang sangat di cintainya memilih meninggalkannya dan lebih memilih pergi bersama perempuan lain. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa karena memang ia sangat membutuhkan pria yang saat ini berada di hadapannya, pria yang menatapnya dengan mata penuh kasih sayang.

"Kamu mau nanya apa? Dan mau ngomong apa?" Alfy memanjukan wajah tampannya mendekati wajah cantik Yunna. Ini salah satu trik menggoda Yunna, Alfy sangat suka saat melihat pipi Yunna yang memerah. Itu sangat menggemaskan.

Yunna mendorong wajah Alfy yang mendekat, dia merasa wajahnya sudah sangat panas. Yunna yakin pipinya sudah memerah sekarang, perlakukan manis Alfy menjadi godaan untuk Yunna.

Orang yang tidak tahu bagaimana aslinya seorang Alfy, akan berasumsi bahwa Alfy orang yang flet dan tidak menyenangkan. Ternyata tidak seperti itu, karena Alfy hanya memperlihatkan sifat aslinya kepada orang-orang terdekatnya saja.

"Alfy, kamu jangan kaya gitu dong! Kamu bikin aku malu, tau gak?" Yunna menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Alfy selalu berhasil membuat wajah Yunna memerah hanya dengan senyum smirk di bibirnya.

Alfy yang melihat wajah malu Yunna, tidak bisa menahan tawanya. Lalu menarik tubuh Yunna untuk masuk ke dalam pelukannya, Yunna juga berasakan 'NYAMAN' berada di dalam pelukan Alfy.

Semua wanita akan sangat bahagia saat berada di dalam pelukannya, akan tetapi tidak semua orang bisa merasakan pelukan hangat Alfy. Maria, selama dia menikah dengan Alfy, tidak ada satupun pelukan hangat dari Alfy. Tapi Yunna, dengan mudahnya dua mendapatkan pelukan yang di inginkan Maria.

"Bagaimana hubungan kita ke depannya? Gimana sama Maria, dia baik-baik aja, kan?" Pertanyaan itupun meluncur manis dari mulut Yunna. Pertanyaan yang susah sekali kekuar dari mulutnya Yunna ini, akhirnya keluar dengan sangat cepat.

Mendengar pertanyaan Yunna, Alfy melepaskan pelukannya dan menatap mata coklat wanitanya. Mata sendu yang di miliki Yunna, memperlihatkan kesedihan. Sebenarnya Alfy ingin sekali mengihindari pertanyaan ini apa lagi Yunna membawa-bawa nama Maria.

Alfy juga tidak menyukai mata sendu Yunna memancarkan kesedihan. Yunna adalah wanita terakhir yang ingin Alfy lihat saat bersedih. Alfy terlalu mencintai seorang wanita di depannya ini, Alfy tidak tahu bagaimana cara hidup tanpa ada Yunna.

"Sayang ... aku juga, lagi nyari jalan agar hibungan kita tetap berlanjut. Beri aku sedikit waktu untuk bisa mengatasi masalah ini. Dan tentang Maria, aku gak tahu soalnya kemaren aku gak pulang ke rumah."

Jawab Alfy, lalu menarik tubuh kecil Yunna agar kembali ke dalam pelukannya. Alfy menyalurkan rasa sayang dan rasa cintanya kepads Yunna. Yunna juga merasakan sayang dan cinta yang Alfy salurkan. Ia tidak akan pernah melepaskan pelukan ini dan memberikannya kepada orang lain, karena pelukan ini hanya untuk Yunna seorang.

Kemarin, setelah mengantar Yunna ke apartemennya Alfy memang tidak pulang ke rumah karena dia masih marah dengan apa yang Maria lakukan pada Yunna. Di tambah lagi, sudah pasti wartawan berkumpuk di depan rumahnya.

Terkadang Alfy heran dengan Maria, bagaimana bisa wanita itu sangat populer pada hal Maria hanya seorang Model. Bahkan seorang aktor sekalipun kalah populernya dengan Maria.

Tanpa mereka ketahui, seorang wanita dengan dress biru muda bekas kemarin yang masih dikenakannya, menyaksikan peranan saling mencintai yang mereka lakukan dan itu membuat hatinya teriris secara kasat mata. Mungkin bukan teriris lagi, tapi hatinya sudah terpotong kotak-kotak seperti dadu melihat kedua mata yang bertatapan itu memancarkan cahaya saling mencintai.

Tas yang di bawanya, terjatuh dan dia tidak menyadarinya.

Dunianya hancur sudah, dia tidak tahu harus berpulang kepada siapa untuk mendengarkan keluh kesahnya di saat seperti ini. Air matanya mengalir membasahi pipi lembutnya.

Dia ingin sekali berada di dalam pelukan itu, dimana pelukan yang menyalurkan rasa kasih sayang dan cinta. Pelukan yang menghangatkan, pelukan yang menenagkan, pelukan yang sangat di inginkanya.

Kenapa hidupnya harus seperti ini? Apa tuhan memang menciptakannya, hanya untuk merasakan rasa sakit hati, sakit batin dan sakit fisik?

Kalau memang begitu, tuhan sudah berhasil membuatnya menjadi orang yang paling tersakiti.

➖➖➖➖➖
To Be Continue...

Thank's so much😙

About My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang