About My Pain - Pain

9.8K 518 13
                                    

Awas jangan sampe Baper.
Gak baik buat tubuh😉

Lanjutkan!
_____________________________

Rasa sakit di dada Maria sudah berkurang dan kesadaranyapun mulai kembali. Maria membuka mata, menjelajahi ke seluruh ruangan yang sangat ia kenal.

Ya, ini kamarnya. Mau kamar siapa lagi?
Kamar Alfy? Itu mustahil, Alfy saja melarang Maria masuk ke kamarnya.

"Nyonya sudah sadar?" Maria tidak tahu Milla berada di depannya dengan wajah cemas, dan itu membuat wajah Milla terlihat menggemaskan.

"Yah, aku sudah sadar. Bagaimana Alfy? Apa dia sudah makan dan minum obatnya?" Milla menjawab Maria dengan anggukan. Syukurlah kalau suaminya ingin makan dan minum obat, itu sudah membuat sakit di dadanya semakin berkurang.

Maria penasaran seperti apa wajahnya saat makan masakannya. Alfy akan memuji atau malah memarahinya, bukan urusannya yang penting suaminya mau makan dan minum obat, itu cukup.

Obat! Maria teringat obat yang di pegang Milla, sebelum pingsan. Dari mana Milla bisa medapatkan obat itu? Jangan-jangan Maria teledor menaruhnya.

"Apa ini benar milik nyonya?" Milla menujukan botol obat putih polos. Yes, that's mine.

"Dimana kamu dapat obat itu?" Tanya Maria sambil mengambil alih botol obat itu..

Tidak biasanya Maria teledor manaruh benda ini, benda yang bisa membuatnya tenang dan tidak merasa kesakitan yang berlebihan.

Obat berwarna putih lonjong ini tidak sembarangan orang bisa membelinya, hanya boleh di beli dengan resep dari dokter.

"Waktu saya ke kamarnya tuan Alfy, saya melihat ada botol obat itu. Setahu saya tuan Alfy tidak memiliki sakit apapun dan melihat wajah nyonya yang pucat, saya berfikir obat itu milik nyonya." ya, Maria jadi mengingatnya bahwa tadi malam, tiba-tiba saja dadanya sakit tanpa sebab. Karena itu Maria minum obat dan botol obatnya ketinggalan di kamar Alfy

"Apa Alfy lihat botol ini?"

"Sepertinya tidak nyonya, tuan Alfy sedang melamun ketika saya masuk ke dalan kamar tuan Alfy untuk memeriksanya." untung saja Alfy tidak menyadari botol obat Maria di kamarnya.

"Nyonya, tangan nyonya berdarah," Milla terlihat khawatir cepat-cepat mengambil tangan kanan Maria, lalu membalut lukanya dengan perban. Maria juga tidak tahu kalau terluka, jadi ia membiarkan Milla mengobati lukanya. Maria sangat kalap akan sakit di dadanya, hingga ia tidak menyadari kalau tangannya terluka.

Maria menyingkap bad cover dan benar saja darahnya mengotori sepray.

"Kira-kira kena apa tanganku?" Maria memoerhatikan tangannya yang diobati.

"Sepertinya kena vas bunga yang jatuh,"

Lukanya memang tidak terlalu besar, tapi banyak darah yang keluar. Bahkan sampai menembus perbannya dengan cepat, sepertinya luka Maria sangat dalam, tapi tidak merasa sakit mungkin karena masih dalam efek obat..

"Nyonya. Darahnya tidak berhenti, kayanya luka nyonya sangat dalam. Apa nyonya mau saya panggilkan dokter?" Milla memberi saran.

Saran yang di berika Milla memang tidak buruk, tapi bagaimana nanti kalau Alfy tahu. Alfy memang sedang tidur, tapi bagaimana nanti dia terbangun dan melihat ada dokter di rumahnya. Dia pasti akan marah sekali.

About My PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang