Kau Bukan Untukku 1

175 4 1
                                    

Malam yang dingin, rintik hujan seolah enggan pergi dari pekatnya malam. Risa melihat jam dinding yang baru menunjukan pukul 19.24 malam. Sambil melihat ke jendela dia terus menghubungi seseorang dari ponselnya, 'tuuuuut... Tuuuuttt.tuuuut' namun tidak ada jawaban. Dia terus menunggu hingga jam 8 lewat stengah jam orang yang ia tunggu akhirnya datang.
Seorang lelaki menggunakan kaos berwarna merah darah mengendarai motor Vixion Merah yang senada dengan kaosnya. Namun bajunya agak lepek, mungkin akibat gerimis yang tak kunjung reda.

"Kamu udah nunggu aku dari tadi ya? Maaf ya aku terlambat. Hujan beib"

"Iya gak apa-apa kok, baju kamu lepek gitu kalo masuk angin gimana?"

"Gak, gak bakal masuk angin" jawab Avri sambil mencubit pipi Risa yang tembem.

"Ayo masuk, aku bikinin teh anget ya"

"Gak usah beb ahh air biasa aja"

"Iih kalo kamu sakit gimana, kamu kan kedinginan"

"Yaudah deh iya cantik"

Biasanya Avri selalu datang tepat jam stengah 8 malam, dan pulang jam 10 sampai stengah 11 malam. Tapi karena malam ini dia datang terlambat, dan mungkin karena keasyikan mengobrol dan mencurahkan kerinduan bersama Risa, malam itu Avri pun pulang sedikit malam. Tepatnya jam stengah 1 malam.

"Udah malem nih, pulang gih"
"Iya aku pulang ya"
"Hati- hati beib"..

Risa masuk kekamar dengan wajah berseri-seri. Tanpa ia sadari mamanya memerhatikan dia dari jauh.

...

"Semalam yang main pulangnya malam amat. Mama gak suka ah! Kalo main ya tau waktu dong! Pulang ampe jam 12 lewat gitu. Udahlah gak usah sama dia. Mama gak suka"

Risa yang sedang menyapu rumah tiba-tiba dikejutkan oleh mamanya yang langsung menegurnya tanpa basa-basi.

"Mama semalam sengaja pengen tau kalo didiemin sampe jam berapa yang main kerumah, taunya pulang jam segitu. Kira-kira kalo udah saatnya pulang ya pulang itu yang main kerumah kamu bilangin dong. Malu diliat tetangga anak gadis mama diapelin yang main pulang jam segitu"

Dan bla...bla...bla...

Bagai pidato yang menggelora mama marah dan menceramahi Risa anak gadis pertamanya. Namun Risa tau ia salah, karna memang akhir-akhir ini Avri sering pulang kemalaman kalau sedang apel kerumahnya.

"Iya Ma, nanti mah gak bakal pulang jam segitu lagi. Nanti Risa kasih tau suruh pulang jam 10 aja"

"Jangan iya-iya aja atuh. Udah lah ga usah pacaran sama dia. Bukannya yang apel kekamu banyak. Kenapa sukanya sama si Avri? Si Rian menurut mama anaknya sopan. Atau si Irfan yang pegawai KUA itu. Mereka baik dan sopan-sopan. Kalo pulang apel tau waktu. Gak kayak Avri, pulangnya kemaleman terus"

"Apaan sih mama, aku kan ga ada rasa sama mereka ma"

"Yaudah lah cepetan nyapunya. Abis itu ngepel. Pusing mama. Ayah kamu tuh marahnya ke mama tau"

"Iya Maaa"

Tak lama kemudian lagu Noah Separuh aku terdengar riuh memanggil sang punya hp untuk menandakan ada seseorang yang menghubungi nya.

"Halo"
"Halo beib, lagi apa? Udah makan?"

Ohh, ternyata Avri yang telfon. Tapi tidak seperti biasanya, kali ini Risa mengangkat telfon dari kekasihnya dengan raut wajah yang tidak bahagia.

"Aku udah tadi, aku lagi nyapu. Kamu lagi ngapain?"
"Aku lagi mikirin kamu ni bebz, main yuk. Minggu nih"
"Kayaknya aku gak bisa deh, masih banyak kerjaan rumah"
"Hehe aku ngerti kok bebz, yaudah sore aja gimana?"
"Emm, gimana nanti aja deh"
"Emmm yakin?"
"Iya"
"Kamu kenapa sih bebz kok tumben gak semangat gitu? Biasanya juga kamu yang ngajak jalan kalo Minggu"
"Aku gak kenapa-napa. Nanti aja deh aku ceritain. Lagi nanggung nyapu nih belum kelar"
"Hahaha iya nona Risaku yang cantik, sana nyapu yang bersih yaaa aduh pacarku ini rajin banget ya hihii"
"Ih apaan sih kamu, udah ya aku tutup telfonnya"

Klikk telfonpun ditutup sepihak oleh Risa. Risa bingung, apa yg harus ia lakukan, sedangkan dia dan Avri sudah hampir stengah tahun menjalin hubungan. Tapi dilain pihak, Risa terus memikirkan kata-kata mama kalau mama tidak menyukai Avri.

"Baiklah, aku sudah memikirkan ini. Aku tau apa yang harus aku lakukan" desah Risa pelan.
...

Waktupun berganti sore, sudah 4 kali panggilan tak terjawab dari Avri yang memang sengaja tidak dijawab oleh Risa. Dan pada dering ke 5 lah baru Risa berani mengangkat telfon dari Avri.

"Halo"
"Hai bebz, kok baru diangkat sih lagi sibuk ya? Gimana nih udah jam 4 sore loh jadi main keluar gak?"
"Jangan sore ya, malem aja sekalian ada yang mau aku omongin"
"Oh gitu oke dehh jam berapa bebz?"
"Jangan kemaleman datangnya. Jam 7 usahain udah disini"
"Iya bebz jam 7 aku kesana. Udah mandi belom bebz?"
"Belom, tadi abis ngerumpi sama emak-emak hehehe"
"Ih kamu ya, masih muda ikut-ikutan emak-emak ngerumpi"
"Emangnya kenapa? Hwweeee" sambil mengulurkan lidah seolah Avri ada dihadapannya dan bisa melihat lidahnya yang panjang menjulur keluar.
"Cepet tua lho"
"Ihh kamu ngatain aku udah tua, awas ya"
"Hahaha engga kok kan bebebz aku mah palinh cantiiik sedunia"
"Udah lah ngengombal mulu aku mau mandi nih"
"Yaudah sana mandi bau acem"
"Yeee kamu tuh bau acem belom mandi"
"Kamu juga belom kan?"
"Aku mah udah tadi, yaudah mandi gih sampai jumpa nanti malam sayang mmuachh"
"Ihh dasar genittt"
"Hahaha tapi suka kan"
Klik.. Lagi lagi telfon ditutup sepihak oleh Risa. Tak bisa dipungkiri betapa senangnya Risa tapi kesenangan itu hanya sementara. Kenyataan pahit harus ia terima kalau ia harus putus dari Avri.

Bersambung...

Kumpulan Cerpen PATAH HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang