Meet the boss

290 11 0
                                    

"Ayah! Perusahaan kita sudah cukup lancar, ngapain lagi sih ngeluarin proyek baru? Ini aja belum kelar, Sharla capek yah kerja terus." Omelku tak henti.

Ayah Sharla, Hermawan Wijaya, memang pekerja yang sangat keras, ia sangat menyukai hal baru, tentunya proyek baru. Dan karena itulah Sharla terpaksa harus bekerja keras di kantor perusahaannya sampai larut malam, terkadang ia sampai ketiduran di kantor dan tidak pulang kerumah. Menjadi bos besar memang sangat susah bagi Sharla, ia harus mengatur semua proyek yang diberikan dari ayahnya. Kini Sharla yang mengatur perusahaan Artex company, perusahaan milik ayahnya. Kini ayahnya sudah menjadi pensiunan, tetapi terkadang ayahnya juga ikut membantu Sharla dalam bekerja sama dengan perusahaan lain. Terutama proyek baru yang ayahnya dan sharla kerjakan, mereka bekerja sama dengan Illec company, perusahaan terbesar di seluruh asean. Memang sangat berat untuk bekerja seperti ini, tapi Sharla harus tetap giat untuk bekerja. Karena proyek itu merupakan sebuah anugrah untuk membahagiakan ayahnya, Sharla sangat mencintai ayahnya.

Ayah tersenyum simpul sambil berjalan mendekati meja Sharla yang ada diujung ruangan "Sharla, ini permohonan terakhir kalinya yang ayah berikan padamu. Tapi tolong kali ini kerja lah dengan sangat baik untuk mendapatkan hasil yang bagus. Ayah mohon, perusahaan itu sangat besar, mereka sangat teliti untuk bekerja sama dengan perusahaan yang lain. Jadi ayah mohon, buat perusahaan ini bisa diterima oleh perusahaan illec company."

Sharla kini menyerah, ia harus benar-benar bekerja dengan sangat baik. Ia ingin membuat perusahaan ini makin maju, sekaligus membuat ayahnya bahagia.

"Baiklah yah, Tetapi setelah ini jangan suruh-suruh lagi ya. Sharla capek ayah." Ucapku lesu menghadap ayah.

"Iya anakku sayang. Setelah ini, ayah ingin kamu pergi mencari pasanganmu, pendamping hidup kamu. Kamu kini telah dewasa, kalau bisa secepatnya ayah ingin melihat calom mantu ayah."

"Kalau itu Sharla belum tahu ayah, Sharla masih kurang mengerti apa itu artinya cinta, Sharla sekarang hanya membiarkan cinta ini berkembang dengan sendirinya. Toh, katanya jodoh ga kemana kan?" Jawab Sharla mantap.

Ayah Sharla segera memeluk Sharla dengan cepat dan sangat erat, Sharla ini adalah anak satu-satunya di keluarga Wijaya.

"Beri yang terbaik buat ayah." Kata ayah

'tok' 'tok' 'tok' tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari ujung ruangan.
Pintu terbuka, dan masuklah seorang pria bertubuh kurus dengan kacamata kotak berwarna hitam. Dia adalah Peter, asistennya Sharla.

"Bos, permisi. Ada yang mau ketemu dengan anda, katanya orang dari perusahaan Illec company, dia bilang dia mau bahas kerja sama pembuatan proyek yang cukup besar." Jawab Peter sambil memegang berbagai berkas dokumen ditangannya.

"Kasih dia masuk ke sini." Pinta Ayah.

Sharla terdiam tak percaya, kini ia merapikan berbagai kertas berantakan yang ada di atas meja kantornya. Setelah itu ia membenarkan jas dan roknya agar terlihat semakin rapi.

Peter menghilang seketika, setelah 2 menit berlalu, ia kembali masuk. Membawa seorang pria berbadan kokoh, tidak begitu berotot, tapi sangat enak untuk dipandang. Pria itu masuk dengan wajah datar, mungkin sifat pria ini agak aneh, Tidak suka menebar senyumnya ke siapapun seperti Sharla.

"Selamat pagi pak,bu. Saya direktur di perusahaan Illec company. Bos saya, sekaligus ayah saya, tidak bisa membahas proyek ini karena dia sedang membangun suatu company yang lain. Jadi saya yang menggantikan pembahasan proyek ini, sekaligus bos untuk melakukan kerja sama ini." Pria itu tersenyum sinis kepada Sharla. Ia tahu, Sharla lama kelamaan akan bersujud kepadanya, tidak ada yang berani menentang pria yang bernama Benjamin Jaden. Pria cuek, judes, sekaligus misterius.

Ayah Sharla kemudian berjabat tangan dengan pria itu, dan mengangguk-ngangguk setuju. Itu artinya ayahnya udah 100% setuju untuk bekerja sama dengan perusahaan Illec company. Sharla memang harus mempersiapkan diri secara matang untuk membuat pria tersebut menyetujui proyek yang Sharla minta.

Tanpa sepengetahuan Sharla, ayah Sharla telah pergi dari ruangan kantor Sharla. Disusul Peter yang juga keluar dari ruangan tersebut. Kini tinggal mereka berdua yang ada di ruangan ini. Sharla tidak dapat mengucapkan kata apa-apa, ia hanya menggunakan bahasa tubuh untuk mengarahkan pria itu duduk di sofa ruang tengah. Pria itu duduk dengan ala-ala bos besar, memang bos sih. Kakinya duduk terlintang dan kedua tangannya ditaruh di atas pahanya.

"Actually gue masih belom mau bahas tentang proyek ini. Tapi gue datang kesini masih mau ngenal lo lebih banyak lagi, gue mau mastiin lo tu pantes ga kerjasama sama perusahaan gue."
Ucap Benjamin judes.

Sharla sekarang sedang membelakangi pria itu, ia sedang membuatkan dua cangkir kopi untuknya juga untuk pria itu. Saat Sharla mendengar perkataan tersebut, seakan wajahnya memanas kian tak karuan. Tapi ia harus sabar, ini adalah cobaan. Dia harus bersikap baik dengan pria ini.

Kemudian Sharla membawa kedua cangkir kopi panas itu dengan pelan-pelan, saat hendak menaruh kopi panas itu didepan pria tersebut, entah kenapa tiba-tiba saja Sharla kehilangan keseimbangan dan menyebabkan cangkir kopi itu jatuh dan pecah. Cipratan air kopi itu mengenai kaki kiri Sharla, ia berteriak seketika. Sharla kemudian berjalan mundur dari meja itu, tetapi ia baru sadar. Dibelakangnya ada sofa, dan sofa itu sedang diduduki pria yang Sharla anggap judes, yes, Benjamin is sitting right there. Mau tak mau Sharla tidak sengaja terduduk dipangkuan pria itu. Kini tangan pria itu sedang mendekap Sharla cukup erat, dan Sharla seketika tak tahu harus melakukan apa, ia hanya melamun tak percaya dengan kejadian ini.

*Continue*
•••
Selamat membaca!❤️ sori kalo masih ada salah kata atau apapun, soalnya masih pemulaa, hehe😁
Hope you like it!

Xoxo, Silvia's

Pounding On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang