Seorang pemuda berambut navy terlihat agak terkantuk siang ini sembari mendengarkan live music yang dibawakan home-band di sebuah kafe cukup besar dan cozy. "Hummhh~" desahnya ketika lagu Roxanna milik TOTO dimainkan.
''Hahhh~lagunya membuat mengantuk...'' Tiba-tiba terdengar suara grasak-grusuk tatkala pemuda dengan helai merah api duduk tepat di depan si kepala navy gelap.
Menjentikkan jarinya di depan pemuda navy yang mungkin... errr-- tertidur dengan raut seolah mengatakan 'tuh kan aku benar'. Satu tangannya sedang memegang es krim yang setengah meleleh, bahkan cara makan pemuda ini tak bagus sama sekali, belepotan.
Merasakan ada yang menjentikkan jari di depan mukanya, tentu saja si navy membuka mata, dan respon alaminya menyiratkan rasa terkejut tak bisa ditutupi.
"Huumm, kau lagi, merah..." tutur Tokiya, langsung teringat siapa gerangan sosok kepala api yang duduk di depannya. Tentu saja ia ingat, karena Hikaru adalah pemuda yang sudah mengambil keperjakaan Ichinose walau navy ganteng itu tetap sebagai sang seme dalam momen sakral waktu itu.
''Humm... iya, ini aku.'' Hikaru manggut-manggut sok memahami sesuatu sambil lirik datar Tokiya sembari keluar masukan es krim ke dalam mulutnya. ''Urmmhh... ahh... daripada kau mengantuk di sini, bagaimana kalau jalan-jalan?'' tawarnya, tarik leher si navy dengan lengan kanannya agar wajah tampan itu mendekat.
"Humm?" Tokiya menyahut malas-malasan. Dia bukan tipe antusias. Tidak seperti Itto--sudah, sudah! Lupakan merah yang satu itu, Ichinose. Dia adalah masa lalumu.
''Misal... pantai?'' Ehee, Hikaru suka tempat itu tentu saja. Kebetulan ada teman, bukan?
"Pantai?" Tokiya masih memberikan nada malas.
''Baiklah, deal!'' ucap Hikaru seenaknya dan tentu ini keputusan satu pihak, sambil masukan es yang sisa sedikit tadi ke mulut Tokiya hingga belepotan.
"Hummphtt!" Tokiya kaget tetiba saja dijejali es krim. Langsung saja melotot ke si merah. Tapi seperti biasanya, gaki merah mesum itu cuma meringis inosens sambil kedip-kedip genit.
Tokiya meraih tisu di dekatnya dan lekas mengelap mulut dan sekitarnya yang barusan ter-bully Hikaru. "Apa kau bilang? Pantai? Untuk apa ke pantai? Kurang kerjaan saja." Ahaaa~ sepertinya Tokiya butuh sebuah rencana detil mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan bila bertandang ke pantai.
Matanya biru gelap Tokiya menatap Hikaru malas-malasan sambil meremas tisu yang ia gunakan barusan, lalu dibuang ke asbak kosong di pojok meja. Dia tidak merokok. Bagaimana mungkin kalau dia ini tipe perfeksionis. Dan baginya, seorang penyanyi tidak boleh merokok apalagi minum alkohol.
''Tentu saja berenang,'' sahut Hikaru sekenanya sambil tarik kerah pakaian Tokiya dengan binalnya. ''Atau-- '' jeda, Hikaru menoleh dengan seringai tipisnya ke arah Tokiya. ''-- kau mau ke hotel~puhh.'' Ia tiup pelan wajah Tokiya setelah menggoda tadi, kemudian terkekeh pelan. ''Bercanda, aku tak mau mengulangi traumamu lagi.''
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Boy x Boy)
FanfictionDua pribadi yang berbeda, disatukan benang merah takdir yang mengantarkan mereka ke sebuah ikatan yang susah terputus meski sempat terinterupsi pihak-pihak lain. Nyatanya... cinta terlampau kuat untuk mereka tolak. Tokiya Ichinose, pemuda kaku nan...