Tokiya berusaha--sangat berusaha--untuk mengendalikan sikapnya agar tidak tampil memalukan. Maka, ia mati-matian menentramkan diri dan mencoba fokus pada rasa nikmat yang sudah menguasai penisnya.
Bahkan penis-sama saja ternyata sudah berkedut manja meminta pelepasan yang iklas dari si empunya.
Maka itu, Tokiya makin mempercepat dan terus memompa hardcore lobang anal Hikaru disertai lenguh dan deramannya.
"Arrhh... Hika... arrghh... hampir... rasanya... hammpiirr... aarrghh... orrhh... hamm... Orrrgghhh!!!"
SPLURT! SPLURT!
Akhirnya penembakan peluru cair nan hangat itu terjadi sudah. Tokiya diam sejenak demi menuntaskan semua amunisi bersarang di tubuh Hikaru. Namun nafas yang tercipta tak bisa dielakkan dari namanya ngos-ngosan. "Haanhh... aahhh... haaahh..."
''Errgmmhh...''
Hikaru memejamkan matanya erat disertai deraman kecil kala sang navy menembakkan cairan ambigei panasnya dalam lubang anal si gaki merah. Aktifitasnya terdiam sesaat dikala itu terjadi. Bahkan sang merah sempat tenggelamkan wajah pada perpotongan leher Tokiya.
''Huaaahhh... hhh~ su-sudah?'' tanya Hikaru seraya membuka matanya dibarengi nafas ngos-ngosan pula, sekaligus melirik si navy tampan dengan ekor matanya. Hoo... maksudnya apa Tokiya sudah puas akan seks mereka di antara batu karang ini?
Hikaru gulirkan matanya ke atas, menatap hamparan biru langit. Yah, ia agak sedikit tenang setelah itu. Ia peluk leher si pemuda navy dan lingkarkan kaki pada pinggangnya.
''Aku... ingin berenang...'' gumamnya. Nah, nah. ''Hehe~'' Dan sialannya itu otak malah terbayang hal-hal nista yang pastinya sangat kotor.
Tokiya sudah 'pulih' dari diamnya, kini beranjak berdiri usai melepaskan penisnya dari dekapan lobang anal Hikaru.
"Ayo kita berenang. Telanjang saja tak apa karena sepertinya sudah sepi di sini dan ini terlindung batu karang besar." Tokiya membantu Hikaru bangun.
Lalu ia penuh percaya diri menggandeng tangan si merah, masuk ke air dan berhenti ketika ketinggian air sudah sebatas dada Hikaru.
Hikaru mengikuti kemana Tokiya membawanya. Ah, tentunya sesuai request sang pemuda helai api, yaitu berenang. Namun belum sempat mulut nakal itu melontarkan satu kata, si navy sudah menyuguhkan kalimat yang membuatnya bungkam.
"Aishiteru yo~" bisik Tokiya sambil memeluk Hikaru, lalu mengecup keningnya. "Tapi... aku tak mau mengikatmu jikalau kau tak mau terikat. Yang penting... kau tau perasaanku padamu."
Apa tadi Tokiya bilang? Ai-Aishi...teru? DEMI CANGCUT LUMBA-LUMBA !!
Ahh... manisnya~
Tokiya yang biasanya tertutup, kini mulai mau membuka hatinya untuk mengucap kalimat sakti yang sangat jarang ia gunakan. Apakah Hikaru benar-benar spesial?''Haaa...'' Dan kampretnya, Hikaru cuma melongo di tempat beserta pipi merona, seolah otaknya lagi masa-masa loading atas kalimat manis seorang Ichinose Tokiya barusan. Apa ia salah dengar? Ada yang mengatakan cinta padanya yang... yang... ah-- yang begitulah!
''Hehe~'' Hikaru malah menampakkan cengirannya sambil tepuk-tepuk kepala si navy tampan. Tak ada kata-kata laksana seorang gadis malu-malu karena baru ditembak oleh senior pujaannya-- errr... tak masalah jika tak nyambung.
''Kurasa akan menyenangkan jika menjalin hubungan dengan seseorang. Iya kan, Toki-chan~?'' goda si merah sambil colek-colek dagu Tokiya, gemas. ''Lagipula--'' jeda, ia tarik leher Tokiya menggunakan lengan kanannya hingga dua dada refleks saling berbenturan. ''--kau sangat menggemaskan.'' Dan--cup~-- Hikaru curi kecupan dari bibir si navy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Boy x Boy)
FanfictionDua pribadi yang berbeda, disatukan benang merah takdir yang mengantarkan mereka ke sebuah ikatan yang susah terputus meski sempat terinterupsi pihak-pihak lain. Nyatanya... cinta terlampau kuat untuk mereka tolak. Tokiya Ichinose, pemuda kaku nan...