Part 3

992 74 4
                                    

Prilly pov'

Di bawah teriknya matahari siang ini, aku tengah berdiri menunggu bis di halte. Kalian pasti bertanya-tanya, kenapa aku berdiri dan nggak duduk saja, padahal di halte ada kursi kan? Ya karena aku lebih suka berdiri, dan kebetulan di halte ini sudah dipadati oleh orang-orang dari berbagai kalangan usia. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya sebuah bis muncul juga.

"Gimana caranya aku mau naik kalau semua orang berdesak-desakan kayak gini? Ya Allah..." ucapku dalam hati.

"Aaaaa..." teriak seorang nenek yang hampir jatuh kesenggol oleh beberapa anak muda yang berseragam sekolah.

"Astaghfirullah..." ucapku sambil menahan si nenek agar tidak jatuh.

"Nenek nggak kenapa-napa?" tanyaku pada si Nenek.

"Nenek nggak apa-apa cu... Cuma kaget saja." jawab si Nenek. Mendengar beliau bilang ia hanya kaget, aku pun dengan cepat merogoh botol minumku dalam tas.

"Ini Nek, minum dulu. Nenek kan habis kaget tadi." ucapku sambil menyodorkan botol minum kepada sang Nenek.

Beberapa orang disekitarku pun mendekat. Membantuku memapah si Nenek masuk ke dalam bus. Setelah mendudukkan si Nenek di kursi bus, aku pun menatap anak-anak muda yang menyenggol Nenek tadi.

"Apakah kalian sama sekali tidak memiliki rasa bersalah sedikit pun pada Nenek ini?" tanyaku kepada pemuda-pemuda itu.

"Lohh? Ngapain kita mesti merasa bersalah pada Nenek itu? Kami rasa, kami nggak punya salah sama si Nenek. Aneh loe." ucap salah satu pemuda dengan nametage Andi sambil menertawaiku.

"Tak punya salah? Kalian telah menyenggol Nenek ini tadi." ucapku tetap mencoba sabar dengan kelakuan pemuda-pemuda itu.

"Cuma gitu doang loe bilang salah? Hei ninja, itu nggak sengaja tadi." ucapnya menghinaku sambil terus menertawaiku.

"Astaghfirullah..." aku hanya dapat istighfar sambil mengelus dada mendengarnya.

"Hei anak muda. Jaga bicaramu kepada seorang perempuan baik ini." teriak seorang pria setengah baya.

"Ada apa Om? Benar kan yang gue bilang? Dia itu ninja. Lihat saja dia, cuma mata doang yang kelihatan, mirip ninja kan?" tanya si Andi pada si Bapak tadi.

"Jaga ucapanmu. Keluar kau dari bus ini." ucap Bapak tadi sambil menunjuk arah pintu.

"Hohoho... Guys, cuma karena si ninja ini, bos kita, Andi di usir? Wow..." ucap pemuda yang kuyakini adalah anak buahnya.

"Loh? Nggak bisa gitu dong om... Ini kan angkutan umum. Siapa aja boleh naik, termasuk saya juga dong. Betulkan guys?" ucapnya dengan senyum miring.

"BETOL BANGET..." ucap teman-temannya serempak.

"Tapi kalian ini mengganggu penumpang lain. Udah sana, naik bis lain saja." ucap Bapak itu.

"Tapi kan Pak..."

"Udah sana. Orang tua tuh di dengerin..." ucap Bapak tadi menyela perkataan si Andi.

"Okelah guys, kita kluar aja dari bis ini. Ckk... Gara-gara ninja doang kita diusir? Cuihh..." ucap Andi sambil meludah didepanku, yang hampir saja mengenai gamisku ini.

"Urasan kita belum selesai. NINJA." ucapnya berbisik dekatku. Aku hanya dapat beristighfar mendengar sebutannya kepadaku sambil menjauhkan badanku agar tak tersentuh olehnya.

"Nak. Kamu nggak papa?" tanya seorang wanita paru baya.

"Iya Bu... Ana baik-baik saja kok. Kalian semua nggak usah khawatir. Hal semacam itu, udah sering ana alami. Itulah ujian bagi seseorang yang sedang mencoba memperbaiki diri untuk lebih taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala." ucapku.

Cinta di Ujung JilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang