Prilly pov'
Adzan subuh telah berkumandan. Membangunkan setiap insan untuk sesegera mungkin menjalankan 2 rakaat di waktu subuh ini.
Aku baru saja selesai mengambil wudhu di kamar mandi dan bergegas ke sebuah ruangan yang tidak terlalu besar dan tidak pula terlalu kecil, tapi mampu menampung sekitar 20 orang untuk melaksanakan sholat berjamaah, ruangan itu sering kita sebut musholla.
Saat aku baru memasuki ruangan tersebut, aku langsung di beri pertanyaan oleh sepupu perempuanku.
"Kamu darimana ajha Prill? Kamu lama sekali sih. Aku dan Ibu udah dari tadi nungguin kamu." tanya sang sepupu dengan nada kesal'y padaku.
"Maaf ya cha? Kamu kan tau, aku habis dapet tamu bulanan kemarin. Jadinya lama, soalnya aku mandi wajib dulu Cha." jawabku sambil memakai kerudung sholatnya.
"Udah-udah. Yang penting Prilly udah disini." ucap sang Ibu yang hanya ditanggapi anggukan oleh Icha, yang tak lain adalah ponakan dari Ibu.
"Ayah mana Bu?" tanyaku pada Ibu.
"Ayahmu sudah berangkat ke Masjid nak." jawab Ibu, dan aku hanya menanggapi dengan anggukan kepala.
"Kamu yang jadi Imamnya Prill." ucap Icha. Aku pun langsung berdiri di tengah-tengah mereka menjadi Imam, dan segera melaksanakan sholat.
*****
Setelah sholat berjamaah bareng Ibu dan Icha, aku segera ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Saat menuruni tangga, aku bertemu dengan Ayah yang baru pulang dari Masjid.
"Assalamu 'alaikum nak. Ibumu mana?" tanya Ayah padaku yang sedang berjalan menemuinya, dan menyalaminya sambil menjawab salamnya tadi.
"Wa'alaikumsalam Warohmatullah Yah. Kayaknya Ibu masih ada di musholla bareng Icha Yah." jawabku sambil berjalan ke dapur, dan Ayah nampak menaiki tangga sambil berucap
"Yasudah, Ayah temui Ibumu dulu." Aku hanya menjawab ucapan Ayah dengan anggukan.
Setelah sampai di dapur, aku segera membuat sarapan pagi. Pagi ini aku hanya buat sarapan yang mudah saja, karena waktu juga tidak memungkinkan untukku masak yang berat. Aku hanya membuat sandwich yang berisikan daun selada, tomat, telur mata sapi, lalu dilapisi selada lagi, lalu kuberi mayones, lalu kuberi juga keju lapis di atasnya.
Sstelah menyiapkan sendwich-sendwich itu di atas piring, aku pun meletakkannya di atas meja makan, dan tak lupa juga, aku menyiapkan dua buah sendwich untuk menjadi bekalku pergi belajar nanti.
"Sudah jam berapa ini? Aku harus siap-siap sekarang. Pelajarannya akan dimulai jam 8." ucapku pada diri sendiri.
"Ini udah jam 7, biar aku saja yang selesain itu semua Prill. Lagi pula kamukan ada jadwal belajar hari ini. Iya kan?" tanya Icha yang tiba-tiba sudah berdiri di dekatku.
"Iya Cha. Sarapannya udah hampir selesai kok. Tinggal susu dan kopi saja yang belum aku siapkan. Kamu bisa lanjutin ini kan?" ucapku pada Icha, sambil bertanya padanya, apa dia siap membantuku.
"Iya. Udah gih siap-siap. biar aku yang menyelesaikannya." jawab Icha sambil mengambil panci dan menyisinya air dan memasak ari tesebut.
Aku pun segera berlalu dari dapur menuju kamar. Saat di tangga, aku berpapasan dengan Ibu dan Ayah.
"Pelan-pelan nak. Nanti kamu jatuh kalau naik tangganya sambil berlari." tegur Ibu yang melihatku berlari sambil menaiki tangga dengan tak sabaran.
"Ehh, maaf Bu. Prilly lagi buru- buru, soalnya ini hari ada jadwal belajar di pondok." ucapku pada Ibu.
"Ya tapi nggak pakai lari-larian kayak gitu nak. Pelan-pelan saja." ucap Ibu menasehati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di Ujung Jilbab
AléatoireBagaimana jadinya jika seorang Badboy tiba-tiba tobat setelah melihat seorang Akhwat bercadar? Mau tau kelanjutanya? Langsung saja baca ceritaku ini. Jangan lupa vote and coment kalian yaa... :)