Part 7

1K 82 0
                                    

Ali pov' 

"Enak aja lo mau nyium adek gue. Pacar bukan, seenaknya aja mau nyium-nyium." ucap Mila ketus.

"Tau lo Li. Lo sebenarnya suka nggak sihh sama Sisi? Kalau iya, tembak dia. Jangan lo gantung mulu. Lo pikir Sisi itu jemuran apa?" ucap Dinda dengan ketus.

Gila... Tuhh dua bocah mulutnya minta gue sumpel pakai duren beserta kulitnya apa? Ngeselin banget jadi orang. Tuhh mulut bikin gue malu depan Sisi aja. Ckkk...

Gara-gara mulut rempong mereka, gue nggak jadi ngencenin Sisi malam ini.

"Arrggghhh...." teriak gue sambil mukul stir motor yang saat ini gue kendarai.

"Ada apa sebenarnya dengan diri gue sih? Apa mungkin gue mencintai Sisi? Tapi, bagaiman perasaan gue terhadap Zahra? Apa mungkin hanya sekedar kagum karena kesholehannya? Arrrggghhh...." batin gue berteriak yang semakin buat gue frustasi.

Saat gue melajukan motor gue di perempatan halte. Tak sengaja mata gue menangkap sosok wanita bercadar. Dan entah mengapa gue yakin itu Zahra. Tanpa mikir kepanjangan lagi, gue langsung nyamperin dia di halte.

"Assalamu'alaikum Zahra." ujar gue setelah memarkirkan motor dan segera menghampiri wanita bercadar yang gue yakini itu adalah Zahra.

"Kamu..." ucap wanita bercadar itu yang kelihatannya kaget dengan kedatangan gue. Dikira gue ini Hantu apa?. Ckk...

"Ali. Masih ingat aku kan?" ucap gue mengingatkannya sambil memberikan senyum termanis yang gue punya. Aseeekkk...

"Ngapain kamu ada disini? Dan bagaimana bisa kamu tahu kalau ini aku?" tanya Zahra dengan nada jutek yang lembut itu, sambil menggeser ke samping untuk membatasi jarak kami. Ahh... Menenangkan sekali suara lembutnya itu. Meski jutek sih...

"Bisalah... Ngomong-ngomong, kamu ngapain berdiri disini sendiri aja?" tanya gue penasaran.

"Aku lagi nunggu taksi." jawabnya dengan terus menunduk. Ckk... Nunduk mulu nih cewek.

"Mau aku temenin nungg—" ucap gue terpotong dengan suara lembutnya yang tiba-tiba menyela ucapan gue.

"Nggak usah, makasih. Lagipula taksinya sudah ada. Kalau begitu, aku pergi dulu. Assalamu'alaikum..." ucapnya sambil berlalu begitu saja tanpa menoleh ke gue yang tengah menatapnya.

"Ckk..." setelah berdiam diri beberapa saat. Gue pun beranjak ninggalin halte dengan perasaan dongkol karena di acuhkan begitu aja.

*****

Author pov'

Setelah menempuh perjalanan yang tidak begitu jauh dari halte tersebut, kini Ali telah sampai di apartementnya.

Saat telah tiba di kamar, ia langsung saja menghempaskan tubuhnya yang kekar itu ke ranjang berukuran king size.

"Sisi... Sisi... Lo kok cantik banget sih? Sampai-sampai gue nggak bosan buat lihat wajah lo." gumam Ali sambil tersenyum kepada sebuah benda persegi panjang yang saat ini berada di tangannya. Benda tersebut ialah smartphone'nya. Ia sedang melihat foto Sisi yang menjadi walpaper hp'nya saat ini.

Tiba-tiba, entah mengapa lamunannya jadi berubah. Yang tadinya ia sedang melamunkan Sisi, sekarang lamunannya teralihkan kepada seorang wanita bercadar yang baru hari ini ia kenal.

"Zahra?" gumamnya tanpa sadar.

Dengan isi otak yang sekarang telah dipenuhi oleh sosok Zahra, serta bibir yang semakin lama semakin melebar. Ali mulai memejamkan mata untuk segera tenggelam ke alam mimpi.

Cinta di Ujung JilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang