Chapter 7 - Queen of Princeton (2)

137 5 0
                                    

WARNING!
Part ini khusus pembaca yang berusia 18 ke atas. Bagi yang belum cukup umur diharapkan tidak membaca part ini. Jangan salahkan aku yang masih sebentar lagi memasuki umur 18 karna part ini sesuai dengan ide aku sendiri wkwk, penasaran gimana kelanjutannya? This is it!

***Happy Reading***

****

Tiara sendiri benar-benar tidak menyangka bahwa ia memiliki ide segila itu untuk membantu sahabatnya. Namun bodohnya, Viona mau-mau saja diberikan ide itu. Demi Revan katanya. Tapi jika ide itu gagal, maka persahabatan mereka lah taruhannya.

"Lo yakin, Ra, ini bakal berhasil?" Tanya Viona. Diana dan Cindy juga nampak tidak percaya akan hal gila ini. Sementara Viona, mau tidak mau harus pasrah saja apapun ide sahabatnya asalkan ia bisa mendapatkan seorang Revan, siapa lagi kalau bukan sosok cowok super ganteng bin tajir pewaris tunggal perusahaan besar Sebastian Group.

"Tapi gue rasa.. Revan bukan tipe cowok yang begitu deh" Diana sengaja menekankan kata "begitu" agar tidak terlalu canggung dihadapan sahabat-sahabatnya. Hanya mereka bertiga yang tahu inti dari ide yang sebenarnya bagaimana, kecuali Viona.

"Udah lo diem jangan cepu. Gue rela mempertaruhkan persahabatan kita asalkan Viona ngedapetin apa yang dia mau" ujar Tiara tajam. Ia sudah tidak memiliki pilihan lain.

"Sorry, Vi" ucap Tiara pada Viona serba salah. "Gapapa, Ra. Gue rela apapun itu. Dan semoga aja ide lo ini berhasil, karena kalo nggak, lo pasti tau akibatnya" balas Viona disertai dengan senyuman sinis. Tiara yang malang.

***


"Iya, Ma, Pa, hati-hati. Kak, lo jagain Mama sama Papa ya" pesan Oxcel ketika ia sedang mengantar keluarganya di bandara bersama sopir dan satu pembantunya. Ya, hari ini adalah keberangkatan mereka menuju Madrid untuk menengok neneknya Oxcel. Tentu saja Oxcel tidak ikut karena ia masih harus masuk sekolah.

"Iya, Cel. Pasti kok. Lo juga jangan macem-macem ya dirumah. Gue nggak mau pas pulang lo udah ngebakar rumah" serunya sambil tertawa.

"Yaudah kalo gitu, kita berangkat dulu ya, Cella. Baik-baik dirumah" pamit Papa dan Mama. Oxcel mengangguk.

Oxcel melambaikan tangan ketika keluarganya sudah mulai memasuki area boarding pass. Ia pun segera pulang diantar oleh Pak Agus dan Mbak Risma.

WILDBLOOD (5)

O: I'm free! Bonyok sama kakak gue udah pada berangkat ke Madrid.

V: lo lagi dimana?

O: lagi dijalan sih, abis dari bandara

S: berarti jadi dong, malem ini nginep dirumah Repan?

M: jadiin lah, masa gajadi? Kan gue mau bobo sama Oxcel :3

O: Mal! -_-

V: ett si pea, bae-bae lo ntar dibikin korengan sama Oxcel

M: mau dong dibikin korengan :3

O: Mal, ga lucu

V: wkwkwk bego

S: btw, Repan mana nih?

O: iya nih, kemana ya? Coba lo chat dia Tan, kuota gue sekarat

M: barusan gue chat tapi ga di read

S: iya sama ga di read, mungkin dia sibuk

V: yaa kalo misalkan dia bener-bener ga ada kabar juga ntar kita langsung ke rumahnya aja

O: ok sip

WILDBLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang