Chapter 5 - Si Tukang Pukul

158 8 0
                                    

Halooooo!!
Penulis amatiran balik lagi wkwk
Makasih udah nyempetin buat baca part selanjutnya ^^
Suka lama terus mager mageran nge publish nya tapi tetep dilanjut kok, walaupun pasti udah pada lupa jalan ceritanya gimana haha ._.
Happy reading!!!

*****

[Lanjutan Flashback setahun yang lalu]

Siapa mereka? Berani-beraninya menantangi seorang Revan, yang dari tadi sedang menahan emosinya. Sang macan paling tidak suka di pancing-pancing, di geledah tanpa sebab. Apa mau mereka? Apa yang salah dari laki-laki itu?

Sebuah komplotan perusuh yang entah apa namanya dan darimana asalnya dengan sengaja memancing emosi Revan. Apa yang mereka lakukan tentu salah besar, mungkin tidak bisa di maafkan.

Kretek

Revan membunyikan tiap persendian tangan, termasuk lehernya. Benang yang dari tadi ia genggam, diputus secara paksa oleh mereka. Sebut saja itu adalah kesabarannya yang telah putus. Detik-detik ketika ia terkulai lemas setelah di hajar habis-habisan, ia gunakan untuk mengisi tenaganya perlahan. Dan sekarang, itu sudah cukup.

Beberapa orang yang tadi menahan tangan Revan mundur beberapa langkah ke belakang ketika Revan menoleh ke arah mereka. Mereka cukup bodoh, hanya menahan tangannya dan membiarkan kedua kaki Revan cukup leluasa untuk menendang bos mereka.

"Aargghh!!!" Salah satu dari mereka menyerang Revan dengan kepalan yang menurut Revan itu sangat payah. Belum sempat musuh menyerangnya, Revan sudah lebih dulu menonjok wajahnya hingga mental entah kemana. Mereka pun semakin memanas, sementara Revan membalasnya dengan bringas.

Buak!! Buak!! Buak!!

Berbagai pukulan dan tendangan beriringan mengikuti iramanya. Dan tentu itu semua ulah Revan. Sekitar enam puluh persen musuh dari geng tersebut tumbang karenanya. Laki-laki itu menoleh ke sekeliling mencari-cari sang anonymous yang tadi sudah menghajarnya. Tangannya sudah gatal untuk membalas perbuatan anonymous.

Duk!!

Hantaman dari balok kayu sukses mendarat di tengkuk Revan. Ia jatuh ke depan sambil memegangi tengkuknya.

"Haha rasain lo!" Ternyata itu ulah sang bos. Si gemuk berwajah codet itu pengecut juga ternyata. Ia beraninya memakai senjata untuk melawan Revan. Namun bagi Revan, itu tidak sulit untuk di hadapi.

Tanpa perasaan gentar sedikit pun, dengan secepat kilat ia rampas balok yang ada di tangan sang bos. Lalu ia buang benda itu ke sembarang arah. Baginya, cowok sejati itu seharusnya tidak memakai senjata ketika berkelahi. Kecuali jika sedang tawuran atau situasi yang mendesak.

"Cih! Pake senjata nih? Haha cetek juga nyali lo"

Dukkk!!!

Satu tendangan sukses mendarat di perut sang bos yang buncit. Darah pun keluar dari dalam mulutnya sambil terbatuk-batuk. Sang bos terhuyung ke belakang dan jatuh terduduk. Dengan sisa tenaga yang ada, ia bangkit lagi.

"Bangsat lo!!!" Sang bos berlari ke arah Revan dan menghajarnya dengan gegabah. Revan hanya melindungi diri dengan merapatkan pergelangan tangannya menutupi wajahnya. Sampai akhirnya ia jatuh karena serangan dari belakang yang tentu saja itu ulah anak buahnya.

"Hajar terus! Hajar!!" Perintah sang bos. Revan hanya bisa terbaring lemas dihiasi dengan berbagai pukulan dan tendangan. Peluh dan darah bersimbah tak karuan. Luka lebam pun tak luput dari dirinya.

Revan benar-benar tak berdaya. Ia kesusahan mengatur napasnya. Samar-samar ia masih mendengar anak-anak geng tersebut tertawa puas.

"Masih kuat ngelawan kita? Hahahaha!" Seru sang bos. Yang lain pun ikut tertawa.

WILDBLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang