Chapter 9 - Skandal

192 5 1
                                    

****

Melihat kemunculan Vino, ketiga teman Oxcel tidak tinggal diam. Mereka pun menghampiri Oxcel dan cowok aneh itu.

*Oxcel POV*

Gila! Ini cowok kenapa sih doyan banget muncul secara tiba-tiba? Dan kenapa harus di saat-saat seperti ini? Jelas-jelas tanganku sudah gatel buat nonjok muka cewek ganjen tadi. Aku sudah nggak peduli lagi mau di tonton orang banyak kek, wartawan kek, yang penting dendamku terbalaskan.

Lagian, lagi enak-enak jogging kenapa pake nongol si grup kegatelan itu sih? Rasanya kalau sudah melihat komplotan nyebelin itu, aku nggak tahan buat bikin mereka mengaduh kesakitan. Eh nggak tahunya ada yang lebih menyebalkan lagi, nongol juga deh ini cowok. Dasar perusak suasana.

Aku nggak habis pikir, sebenarnya apa yang dia inginkan? Maksudku, apa yang dia inginkan dari kami, Wildblood? Semenjak pertemuan di kafe, dia juga sudah muncul. Yang bahkan menumpahkan kopinya di sweater kesayanganku. Nyebelin. Dan sepertinya cowok ini juga ada urusannya sama Revan.

Tapi masalahnya ini... kenapa tiba-tiba seluruh tubuhku kaku semua? Aku bahkan tidak bisa menggerakkan kepalan tanganku yang saat ini sedang ditahan olehnya. Oh God, Help me! Rasanya aku ingin segera menggunakan kepalan tangan ini untuk menonjok wajahnya saja. Aku bersyukur ketiga sohibku menghampiri.

"Weits, santai aja, man," Malik menghempaskan tangan cowok itu yang masih menahan kepalan tanganku. Malik yang pengertian.

"Iya gue santai kok. Kita main halus aja ok!" Jawab cowok itu yang baru saja ku ingat namanya adalah Vino. Ya, Alvino. Untung saja si Pantat Botol dan si Burik sempat menyebut namanya waktu di ruangan dia.

"Ngapain lo disini?!" Tanyaku ketus. Yang justru dibalas dengan senyuman yang meremehkan. Sialan juga nih cowok. Maksudnya apa coba?

"Lo emang nggak tahu apa pura-pura bego sih? Ya lo liat aja sendiri, menurut lo ini tempat buat ngapain? Malah pake nanya gue ngapain disini," celotehnya. Ia memasang wajahnya yang sengak itu. Kurang ajar! Pake ngatain bego segala lagi di depan teman-temanku.

"Sialan juga lo. Gue nanya karena gue nggak ada urusannya sama lo tapi lo malah tiba-tiba nongol kayak gini! Nggak usah ikut campur deh. Mau gue ribut disini ditonton orang kek, yang penting nggak ada urusannya sama elo kan?!" Protesku panjang lebar. Tatapan cowok itu berubah.

"Tapi cewek-cewek tadi itu urusan gue juga." Kalimat itu sukses membuatku membelalak tidak percaya.

"Emang lo siapanya, hah?! Anak baru aja sok-sok mau ngebelain mereka," aku memutar bola mataku.

"Dan pertanyaan lo itu nggak ada urusannya sama lo, jadi nggak usah ikut campur juga ok!"

Argh! Sialan banget nih cowok. Dia balik membalas dengan perkataanku tadi. Apakah ini sebuah skakmat buatku?

"Elo jadi cowok kenapa demen banget adu bacot sama cewek ya? Haha nggak malu emang?" Kini Sutan yang angkat bicara.

"Tahan dulu, bro, sori aja gue cuma ngejelasin ke temen lo doang kok. Santai," cowok itu tampak pede dengan ucapannya.

"Sstt udah udah, yuk lanjutin. Nggak usah ngurusin nih orang," Revan melangkah sambil merangkul kami semua untuk mengajak kami melanjutkan olahraga.

"Haha. Woy bro, sopan juga ya cara nyapanya elo. Inget, kita juga masih punya urusan hehe." Cowok itu terkekeh mengejek. Sementara Revan terdiam sejenak tanpa menengok ke belakang, sebelum akhirnya ia melanjutkan langkahnya. Mungkin Revan berpikir bahwa tidak ada gunanya menghabisi cowok ini di tempat yang ramai seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WILDBLOODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang