Bab 14

3.2K 408 2
                                    

Perlahan lahan kubuka mataku. Kesadaranku mulai terkumpul kembali. Aku melihat ruangan putih bersih dengan lampu yang cukup membuatku silau.

Aku berusaha bangun tapi pelipisku terasa berdenyut. Aku meraba pelipisku, terdapat plaster.

"Hei, jangan memaksakan dirimu untuk bangun dulu. Kau sudah sadar, bagaimana kondisimu? Sudah merasa lebih baik?" Tanya Clark membaringkan tubuhku kembali. Aku tidak tahu darimana munculnya Clark tadi. Mungkin ia yang menungguku dari tadi.

"Dimana Steve? Apa dia baik baik saja?" Tanyaku balik.
"Berhenti mengkhawatirkan orang lain dulu, Wizzy. Keadaanmu masih buruk sekarang" jawab Clark.

Aku melirik kakiku. Ada perban yang di balut disana dan di lengan kiriku.

Aku benci ini, aku jadi terlihat lemah dan tak berdaya. Seharusnya aku sedang berlatih saat ini.

"Mengapa mereka melakukan ini padaku?" Entah mengapa pertanyaan ini keluar begitu saja tanpa terlintas di pikiranku.

"Itu sudah biasa, kau lebih hebat dari mereka dan mereka iri padamu. Satu hal lagi, mereka ingin menyingkirkanmu dan menjadikan diri mereka yang terbaik. Tapi tenang saja, kami sudah memberi keempatnya sanksi" jawab Clark.

Cukup masuk akal jika mereka berprilaku seperti itu, ditambah lagi dengan sikapku yang cuek terhadap mereka.

"Aku harus pergi dari sini Clark, kita masih ada pelatihan".
"Tidak, dan aku ragu dengan kondisimu Wizzy".
"Ragu? Apa maksudmu?".
"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan hal ini. Tapi, sebaiknya kau tetap berada di baramu selama beberapa hari".
"Beberapa hari? itu berarti aku akan melewatkan pelatihan terakhirku besok. Dan itu berarti aku tidak akan menjadi prajurit".
"Hanya beberapa hari saja Wizzy. Sampai kondisimu pulih. Itu tidak berarti kau tidak akan menjadi prajurit. Hanya saja...".
"Hanya saja apa? Aku tidak akan ikut ke dalam pasukan benteng pertahanan yang akan menyerbu mesin mesin di luar sana?".
"Ya, sepertinya begitu".
"Tidak Clark. Aku akan tetap mengikuti pelatihannya" kataku tegas.

Aku berusaha bangun tapi pelipisku kembali berdenyut.

"Issh, aww!!" erangku.

"Lihat ini? Bahkan kau susah untuk bangun. Jangan memaksakan dirimu Wizzy" kata Clark membantuku berbaring.

Seseorang membuka pintu dan memanggil Clark.

"Aku harus pergi" ujar Clark. Ia keluar ruangan bersama orang yang menjemputnya.

Mengapa semua ini harus terjadi. Andai aku bisa lebih keras memukul Jicky and friends tadi. Aku tidak mau melewatkan pelatihanku.

Steve masuk ke dalam ruangan tanpa aku sadari. Wajahnya masih babak belur dengan beberapa bekas luka yang tidak di plaster.

"Kau sudah baikan? Hm sudah 3 jam aku menunggumu sadar tadi lalu Clark datang dan aku ingin pergi ke toilet"

Jadi yang menungguku bukan Clark, tetapi Steve. Memang dia yang selalu ada disampingku.

"Terimakasih, Steve".

"Jadi bagaimana keadaan mu sekarang? Sudah lebih baik?" Steve duduk di bangku sebelah ranjangku.

"Ya,".

"Mengapa kau tidak pernah bercerita padaku tentang si jicky itu?".
"Aku kira itu tidak penting. Sebelumnya, aku hanya menganggap kalau mereka sekedar iseng. Lagi pula kami satu tim".
"Tapi akhirnya kau jadi begini".
"Bagaimana juga dengan wajahmu itu?".
"Aku baik baik saja".
"Aku belum pernah melihat si patung kelas berkelahi seperti itu".
"Ya, memang belum. Bahkan ini yang pertama kalinya aku berkelahi dengan seseorang".
"Benarkah?".
"Iya, dan lain kali kau harus bercerita tentang siapa pun orang yang mengganggumu. Ingat Wizzy, kita hanya memiliki satu sama lain disini maka dari itu aku akan tetap disampingmu. Apa pun yang terjadi".

War of The CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang