Bab 27

2.5K 359 11
                                    

   Tapi ada yang aneh.

   Dinding itu sama sekali tidak mengeluarkan peluru ataupun laser yang dapat membunuh kami. Melainkan, dindingnya bergerak maju dan yakin itu akan menghimpit kami hingga kami tewas nantinya. Namun itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan.

     "Steve, geser semua meja dan barang-barang disini ke depan pintu dan ke arah selatan untuk menahan dindingnya" ujarku.

   Aku membantu Steve memindahkan barang-barang. Aku bingung harus berbuat apa lagi untuk menghentikan kedua sisi dinding ini.

   Besi-besi dinding sudah mulai menembus kursi singgasana Walikota dan lemari-lemari panjang.

   "Braks!!" kursi dan lemari kayu itu hancur perlahan. Lemari dari kayu itu saja bisa hancur apalagi kami yang manusia ini. Aku tidak bisa bayangkan bila tubuhku dan Steve terhimpit oleh besi-besi di dinding itu.

   Hanya tinggal sekitar 4 meter sisa ruang kami untuk bergerak di antara kedua dinding yang saling bergerak mendekati satu sama lain.

     "Apa yang akan kita lakukan?" tanya Steve kebingungan. Aku juga sudah kehabisan akal.

   Ayo Wizzy! Putar otakmu. Bukankah kau sudah pernah mengalami hal seperti ini saat di sekolah Lizzy? Maka seharusnya ini sudah biasa bagiku. Tapi, ruangan ini berbeda. Ruangan ini telah dimodif oleh Walikota menjadi sangat rumit.

   Dindingnya kian mendekat. Sekarang kami hanya bisa berdiri menghadap dinding yang hanya berjarak 2 meter dari tubuh kami. Tunggu! Aku punya ide.

      "Seperti biasa, Steve. Kita akan membuat jalan keluar" jawabku.

      "Bagaimana?"

      "Tembak lantai mengelilingi tubuhmu!".

   Aku menembak lantai dibawahku dengan tidak ada jarak antara peluru satu dengan yang lainnya, hingga mengelilingi tubuhku.

   Kini jarakku dengan dinding di depan dan di belakang hanya tinggal satu meter lebih.

     "Lalu?" steve bertanya lagi.

     "Lompat ditempat!" jawabku.

   Kami melompat dan menghentakan kaki kami sekuat-kuatnya pada lantai yang telah ditembak, tetapi lantainya belum ambruk. Jaraknya tinggal kurang dari satu meter. Bahkan duri"duri besi itu sedikit lagi mengenai tubuhku.

     "Le-bih kuat!" seruku. Kali ini kami melompat menghentakan kaki ke lantai dengan sepenuh tenaga agar lantainya ambruk.

     "Stringg!!" suara kedua dinding berduri besi itu rapat saling menempel.

      "Brukk!" kami terjatuh dari atas, ruang walikota dan sepertinya ini lantai 4. Kami berhasil selamat dari ruangan neraka itu.

   Setelah bangkit kami segera berlari kearah lift dan memasukinya. Pintu lift tertutup. Aku menekan tombol yang waktu itu tidak sengaja kutekan. Lalu alat pendeteksinya keluar.

     "Silahkan lakukan pemeriksaan".

   Aku membuka kotak beningnya dan menatapkan mataku pada papan scannya.

      "Terdeteksi!"

      "Mengapa kau bisa terdeteksi disini?" Tanya Steve keheranan.

      "Ibuku yang membuat ini dulu, kau tahu? Terkadang mata seorang ibu diturunkan kepada anaknya" jawabku.

       "Dan itu menguntungkan kita" jawab Steve tersenyum samar.

War of The CityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang