# SESAL

11 2 0
                                    

"Bu ne, bagaimana posisi jaringan kita bulan ini?" tanyaku kepada Bune, sambil merapikan segala keperluan untuk nanti malam.

"Bu ne rekrutan, tutup poin?" tambahku lagi.

Bu ne mengacungkan jempol, sebagai jawaban bahwa semua yang aku tanyakan sudah beres. Tinggal nanti malam sentuhan akhir, untuk memastikan perolehan komisi bulan ini.

Berarti pundi-pundi rupiah di tabungan kami akan bertambah.

*

Begitulah kegiatan kami setiap bulannya. Prospek, rekrut, pertemuan, sharing, belanja, antar belanja dan tutup poin.
Jalan-jalan jauh ke luar kota, ya tujuannya Prospek, rekrut, saudara, kenalan lama maupun kenalan baru.

Gilanya lagi yang ada di otak kami, jika bertemu orang di manapun tempatnya, mereka akan jadi "mangsa" kami untuk memperluas jaringan.

Otomatis mempergemuk pundi-pundi uang kami.

*

Uang selalu mengalir, selalu ada dan terus bertambah setiap bulannya. Walaupun level kami masih belum seberapa, tapi INCOME kami lumayan besar. Bisa untuk merehab rumah, mengisi perabotan rumah, pergi ke mana suka, makan ke mana ingin. Pokoknya uang yang ada, ringan saja dipakai. Karena yakin, besok ada uang lagi yang akan selalu bertambah.

*

Tidak hanya satu perusahaan saja kami bergabung, 3 sekaligus malah.
Transferan komisi sebulan tiga kali. Mantap bukan?

*

Sebenarnya Bu ne, sudah merasakan adanya ketidakseimbangan di kehidupan kami.
Uang berlimpah tapi untuk perhatian di kehidupan pribadi berkurang.

Semua tenaga, semua semangat, semua fokus untuk mengejar dunia.

Tapi SESAL memang selalu datang terlambat.

Tuingggg...

Sekejap semua berubah.

Kami tidak pernah benar-benar belajar bahwa ada ujaran penting yaitu:

Hidup di dunia marketing itu bagaikan sebuah musim :

"Di saat kau meraih panen berlimpah di satu musim, simpanlah di lumbung yang aman.
Agar suatu saat jika ada paceklik, atau gagal panen. Kau masih punya simpanan untuk bertahan hidup dan kemudian bangkit kembali di musim berikutnya."

Yang lebih PARAH, aku merasa menjadi Tuhan Baru. Kehidupan aku yang atur, rezeki aku yang menentukan. Dengan usahaku, dengan pikiranku dengan otakku.

Ooooo.....ooooo.

Sesal selalu datang terlambat, "indera laba-labaku" tidak berdering.
Hatiku tidak bergetar.
Jiwaku tak mampu menyesap sinyal-sinyal... kehancuran!

Pada saatnya TIBA semua sudah terlambat. Sangat terlambat.

Hanya dengan hitungan detik ke detik, langkah "kesesatan manusiaku" menghancurkan kesombonganku.

SESAL selalu datang terlambat.

Untungnya Kasih-Nya melebihi Murka-Nya.

Allah...

SESAL memang terlambat
tapi, SESALku masih tetap ENGKAU sambut.

Tamat

DUNIA KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang