# Hujan ini, apakah sama ?

16 2 1
                                    

Hujan seharian, kaca jendela kamar penuh bergalur titik air.
Pandangan terhalang basahnya.
Dingin di luar, dan dingin menerabas masuk melalui ujung bawah bingkai jendela yang di biarkan terbuka.

Sudah sejam lamanya, Lintang berdiri mematung di depan jendela kamarnya.
Dari semula bening hingga kaca jendela basah penuh noktah air.
Matanya pun basah , air mata mengalir menyusuri pipinya yang pucat.

Setiap melihat hujan, Lintang akan berdiri berlama-lama, memandangi hujan. Menyatukan kesedihannya bersama derai hujan. Seolah hujan adalah teman setianya, saat di mana ia bebas mengurai kedukaannya.

Lintang tidak menyadari bahwa sepasang mata sendu memandangnya dengan kesedihaan yang sama. Walaupun dengan sebab yang berbeda.

Sepasang mata mamanya. Mamanya selalu tidak tega anak kesayangannya terpuruk seperti itu.

Kehilangan Timmy membuat hidup Lintang berubah seperti ini.

*

Perlahan mama mendekatinya, disentuhnya pundak Lintang lembut.

"Sayang, mengapa harus seperti ini?"

Dibelainya rambut anaknya lembut. Disusutnya butiran airmata yang membasahi pipi kurus anaknya, dengan jemari gemetar.

Dengan iba dan kasih sayang dipeluk buah hati kecintaannya.
Anak beranak berpelukan menangis bersama.

Basah di dalam kamar oleh airmata. Basah di luar oleh hujan yang berpelantingan di atap rumah di bawah dedaunan jambu.

Biar... biarlah saat ini hujan menemani kegalauan hati anaknya. Ia yakin, akan tiba saatnya Lintang mampu berdamai dengan perasaannya.
Mampu menghadapi kenyataan, bahwa kehidupan harus terus berjalan dan masa lalu adalah sebuah kenangan.

Masa depan adalah harapan.

Berharap ada cinta yang baru di hari-hari indah ke depan.

Hujan seperti saat ini, nanti akan menjadi hujan yang berbeda.
Doanya sepenuh hati.

Tamat

DUNIA KITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang