Transisi

5 0 0
                                    

"Kau serius ingin mengakhiri ini bos?", Tanya Deny.

"Ya, saatnya kita berubah​. Scoresku mengajarkan ku sesuatu hal yang sangat berarti. Bahwa apa yang selama ini kita lakukan tidaklah berguna.",

"Kami adalah pengikutmu kemana pun kau pergi kami pasti ikuti.", Kata salah satu diantaranya​.

"Tidak, kalian adalah temanku",

Mereka semua tersenyum.

***

Bel sekolah sudah berbunyi. Hari ini terasa begitu cepat. Entah apa yang aku rasakan, tapi ya benar. Ini waktunya pulang. Aku melihat Sasa pulang bersama anak-anak perempuan yang lain, Sahabat-sahabatku dan Joy...

Mana Joy? "Hey kau tidak mau pulang?", Tanya Joy.

"Aku kira kau sudah pulang, kenapa kau belum pulang?", Tanyaku balik.

"Kau sendiri kenapa belum pulang?", Tanyanya kembali.

"Teruslah, kau bertanya dan membalikan pertanyaan itu. Jangan buat aku kesal Joy. Aku seperti biasa. Aku ingin pulang belakangan", kataku.

"Oh baiklah, ayo kita pulang sama-sama!", Ajak Joy.

"Oh tidak-tidak! Aku tidak bisa. Aku ada urusan sebelum sekolah. Terimakasih Joy, kau boleh pulang duluan", jawabku.

"Oke kalo begitu, kau agak aneh", Joy.

Sebenarnya, sifatku yang benci pada keramaian sudahlah menghilang. Entah apa sebabnya tapi memang benar aku mulai berani berdiri didepan umum dan tak perlu ragu dengan keadaan ramai.

Aku senang kalau sifat burukku telah tiada, dan mengingat hari ini adalah hari pertama aku masuk kembali kata guru-guru aku anak yang pintar melihat dari nilai yang aku capai pada test ini, meski aku terlibat dalam sebuah masalah disekolah.

Namun, aku kata para guru aku bisa menjadi contoh yang baik bagi mereka. Dan aku rasa sekarang sudah sepi, aku rasa sekaranglah waktunya.

***

Gang tersebut biasa di lalui oleh gerombolan itu, dan benar. Mereka berjalan pulang melalui jalan itu. Dengan sesuka hati mereka tertawa-tawa sambil mendorong satu sama lain.

Tak jarang mereka juga melemparkan botol dan sampah sembarangan. Bahkan yang lebih parah mereka menghancurkan pot tanaman milik warga sekitar.

Perjalanan mereka cukup jauh, tapi tetap melalui banyak gang gang kecil. Aku tau bagaimana caranya menggunakan siasat telah aku rencanakan.

Itu adalah gerombolan Candra dan yang lainnya. Mereka bertujuh pulang bersama, sampai di suatu gang kecil. Gang itu sangat gelap agak sulit untuk melihat.

Sekaranglah saatnya. Aku berlari dan mendorong salah satu diantara mereka. Ia terjatuh. Mereka panik. Ada apa ini? Akupun sulit melihat siapa yang ada didepanku. Namun aku sudah terbiasa dengan kegelapan.

Aku memukul wajah orang yang ada didepanku. Mereka langsung mengepung dan menyerang dengan membabi buta. Pukulan, tendangan, bahkan juga hantaman kepala keras.

Before The Jaksteel Born (Part 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang