1. Introduction

20K 1.2K 43
                                    

ZACH POV

Akhirnya, setelah sekian belas jam di udara, pesawat yang kutumpangi mendarat juga. Kalau bukan permintaan Papa, mungkin aku masih stay di New York. Aku ogah sebenernya tinggal di Indonesia, apalagi Jakarta. Macet, pengap, dan lain-lain sebagainya.

Oh iya, aku Zachary Pramudya Sukarlan, biasa dipanggil Zach. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, umur 29 tahun dan masih lajang. Oke, apa lagi yang perlu kalian tau? Segitu dulu aja ya, selebihnya silahkan nilai nanti. Aku cuma ngenalin diri doang, mengingat pribahasa Tak Kenal Maka Tak Sayang, nah sekian aja kenalan kita. Biar kalian bisa sedikit sayang. Uhuy!

Aku menunggu bagasi keluar dengan tak sabar, lama! Kesel! Aku udah pengen ketemu sama Nadira dan Nathan, keponakan kembarku. Entahlah, sepertinya mereka berdua yang menjadi alasan aku mau kembali ke Jakarta, karena aku sudah lama sekali meninggalkan kota ini. Pulang hanya setahun sekali, aku lebih suka mengurus perusahaan yang ku bangun sendiri di New York. Bukan kerajaan perusahan milik Papa.

Hampir dua puluh menit menunggu, dua koper besar yang kubawa akhirnya keluar. Langsung saja ku angkat dan kuletakan di atas troley. Setelah itu, tanpa pakai basa-basi apapun, aku keluar. Mencari orang yang menjemputku. Aku melihat namaku dalam kertas, dipegang oleh seorang pria paruh baya. Langsung saja kuhampiri.

"Saya Zachary, Pak." Kataku pada pria tua itu.

"Ohh, Mas Zach? Yukk!" Ia langsung sumringah begitu tahu akulah yang ia tunggu. Ia langsung mengambil alih troley dan berjalan memimpin arah.

"Lama Pak nunggunya?" Tanyaku.

"Ah engga, paling sejam." Jawabnya.

Wedan! Sejam dibilang ga lama? Kalo aku yang nunggu, siapapun itu bakal aku omel-omelin kali ya! Nah ini bapak, masih bisa nyambut aku dengan senyuman lebar.

"Bapak namanya siapa?" Tanyaku.

"Oh iya, gasopan ya saya. Nama saya Pak Mahdi, Mas Zach" Katanya, kami masih berjalan menuju parkiran.

"Papa apa Mama yang nyuruh?" Tanyaku.

"Ibu, Mas. Bapak lagi turun kesehatannya. Jadi minta saya yang jemput Mas Zach." Jelasnya.

Kami sampai di mobil, aku membantu Pak Mahdi memasukan koperku kedalam bagasi. Setelah selesai aku langsung masuk ke kursi penumpang depan.

"Mas gadibelakang aja? Gaenak loh ini saya kita kaya temenan. Hehehe!" Kata Pak Mahdi.

"Santai Pak kalau sama saya, semua orang di mata saya sama ko." Jawabku.

"Bener kata Mbak Leia. Mas Zach tampilannya aja yang agak seremin, tapi baik aslinya." Sahut beliau sambil menyalakan mesin mobil.

Aku tertawa mendengarnya.

"Orang rumah pasti udah gosipin saya ya Pak?" Tanyaku. Pak Mahdi mengangguk.

"Mereka bilang apa aja?" Tanyaku.

"Saya gaenak Mas bilangnya, nanti saya dianggep gabisa jaga rahasia." Kata Pak Mahdi.

"Pak, saya udah bilang tadi. Santai aja kalo sama saya. Saya cuma pengen tau." Kataku.

"Mas Zach udah jadi topik obrolan orang rumah seminggu ini. Kapapun pasti ngobrolin Mas Zach, katanya Mas mau pulang gara-gara Bapak sakit. Kalo Bapak gasakit, mungkin Mas Zach gabakalan pulang." Jelasnya.

Aku terdiam mendengar penjelasan itu. Kok kaya anak durhaka ya aku? Aku cuma gasuka Jakarta, keluarga ga cukup jadi alasan aku mencintai kota ini. Aku lebih suka New York. Mungkin karena lahir disana, kuliah disana dan banyak menghabiskan waktu disana, mangkanya aku lebih suka di New York daripada di Jakarta.

MY GRAVITY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang